Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :

dokumen-dokumen yang mirip
BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

BAB I PENDAHULUAN UKDW. DBD (Nurjanah, 2013). DBD banyak ditemukan didaerah tropis dan subtropis karena

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum

PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN MERS-CoV dan EBOLA

BAB I PENDAHULUAN. Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus atau biasa disingkat MERS-

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

BAB I PENDAHULUAN. Waktu survival (survival time) merupakan salah satu penelitian yang digunakan

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

Mengapa disebut sebagai flu babi?

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDEKATAN DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang banyak menyebabkan kematian. Masalah tersebut menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

FORMULIR INFORMASI KESEHATAN PRIBADI SISWA SMA SAMPOERNA (SAMPOERNA ACADEMY BOARDING SCHOOL) Alamat. Tempat/ Tanggal Lahir: Jenis Kelamin

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

KESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM CEGAH TANGKAL MERS-COV DI PINTU MASUK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

A. Formulir Pelacakan Kasus AFP

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa di negara yang sedang berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

PEDOMAN UMUM KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup manusia dan derajat kesehatan masyarakat dalam aspek pencegahan,

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi, walaupun dari

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

Transkripsi:

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : April 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 31 Maret 2014, ada 625 kasus ISPA Berat yang teridentifikasi oleh SIBI dengan proporsi positif influenza sebesar 16% (N = 94 kasus). I. Pendahuluan Kegiatan ini merupakan kegiatan surveilans epidemiologi dan virologi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) Berat termasuk influenza musiman, kasus baru influenza seperti H5, H7, dan Middle-East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS CoV) yang dilaksanakan di enam rumah sakit di enam provinsi di Indonesia. Kegiatan SIBI bertujuan untuk mendapatkan informasi epidemiologi dan virologi ISPA Berat sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pengendalian penyakit dalam kondisi rutin maupun pandemi. Rumah sakit sentinel SIBI tersebut adalah: 1. RSUD Wonosari, DI Yogyakarta 4. RSUD Deli Serdang, Sumatera Utara 2. RS Kanujoso, Kalimantan Timur 5. RSUD dr. M. Haulussy, Maluku 3. RSUD Bitung, Sulawesi Utara 6. RSU Provinsi NTB, Mataram, Nusa Tenggara Barat Definisi kasus ISPA Berat Demam 38 C atau riwayat demam; dan disertai dengan semua gejala atau kondisi dibawah ini: Batuk; Gejala timbul tidak lebih dari 7 hari; Memerlukan perawatan rumah sakit; Laboratorium: Uji real time RT-PCR dilakukan terhadap semua spesimen yang dikirimkan ke Laboratorium Nasional Balitbangkes Jakarta. Spesimen diuji untuk influenza A dan influenza B. Spesimen dengan positif influenza A, akan dilakukan uji subtipe virus influenza A. Isolasi virus dilakukan untuk semua spesimen yang positif influenza. Hasil laboratorium juga dilaporkan ke FluNet. Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain : 1. Diketahuinya gambaran epidemiologi ISPA Berat dan influenza menurut waktu, tempat, dan orang Tabel 1. 2. Diketahuinya proporsi pneumonia dari kasus ISPA Berat Tabel 1. 3. Diketahuinya proporsi kasus influenza positif di antara kasus ISPA Berat Tabel 2 dan Grafik 1. 4. Diketahuinya karakteristik virus influenza yang beredar Tabel 2 dan Grafik 1. 5. Diketahuinya angka fatalitas kasus (CFR) ISPA Berat dan pneumonia Tabel 1. 6. Diketahuinya gambaran klinis ISPA Berat Tabel 1. 7. Diketahuinya riwayat perjalanan kasus ISPA Berat Tabel 3. 8. Memantau kinerja surveilans setiap site sentinel Tabel 4. 1

II. Hasil analisa data kegiatan SIBI (sampai dengan 31 Maret 2014) Dari 625 kasus ISPA Berat, 56% adalah laki-laki dan 44% adalah perempuan. Sedangkan dari 94 kasus yang ditemukan positif influenza, proporsi laki-laki sebesar 54% dan perempuan 46%. Sebagian besar proporsi kasus ISPA Berat (39%) dan kasus positif influenza (44%) ditemukan pada kelompok umur 1 4 tahun (Tabel 1). Berdasarkan gejala saat masuk, sesuai dengan kriteria definisi kasus ISPA Berat, mayoritas penderita ISPA Berat memiliki riwayat panas (99%) dan batuk (99%). Pneumonia ditemukan pada 18% kasus ISPA Berat dan 11% pada kasus positif influenza. Pada anak-anak di bawah 5 tahun yang positif influenza, 26% teridentifikasi dengan gejala kejang. Tidak ada kasus influenza yang meninggal dunia. Cukup banyak kasus ISPA Berat yang memiliki kondisi/penyakit penyerta seperti perokok (9%), asma (8%), penyakit kardiovaskular (1%), dan kelainan neurologis (1%). Sedangkan untuk pasien positif influenza, asma (11%) dan perokok (11%) merupakan kondisi penyerta yang paling banyak terdeteksi. Berdasarkan informasi dari WHO, kondisi penyerta seperti penyakit kronis dapat memperparah penyakit influenza yang diderita (referensi: Vaccines against influenza WHO position paper November 2012. Weekly Epidemiological Record, No. 47, 2012, 87, 461 476, www.who.int/wer). 2

Tabel 1. Karakteristik demografi, gejala, riwayat medis, dan kondisi saat keluar kasus ISPA Berat dan kasus positif influenza (sampai dengan 31 Maret 2014) ISPA Berat (N=625) Positif Influenza (N=94) Jenis Kelamin Laki-laki 351 (56) 51 (54) Perempuan 274 (44) 43 (46) Kelompok Umur < 1 tahun 134 (21) 9 (10) 1 4 tahun 243 (39) 41 (44) 5 14 tahun 98 (16) 14 (15) 15 49 tahun 75 (12) 10 (11) 50 64 tahun 53 (9) 14 (15) >65 tahun 22 (4) 6 (6) Gejala saat masuk* Riwayat panas 624 (99) 94 (100) Panas 38 C 404 (65) 65 (69) Batuk 621 (99) 94 (100) Sakit tenggorokan 203 (33) 42 (45) Sesak napas 286 (46) 35 (37) Muntah 275 (44) 38 (40) Nyeri dada pleuritik 118 (19) 17 (18) Ronki 195 (31) 30 (32) Diare 138 (22) 17 (18) Riwayat medis* Perokok 53 (9) 10 (11) Asma 47 (8) 10 (11) Penyakit kardiovaskular 6 (1) 1 (1) Kelainan neurologis 4 (1) 1(1) Kondisi saat keluar Meninggal 10 (2) 0 (0) Pemeriksaan X-Ray Dilakukan rontgen X-Ray 199 (32) 25 (27) Pneumonia pada hasil rontgen X-Ray 114 (18) 10 (11) Gejala Berat untuk anak di bawah 5 tahun* ISPA Berat (N=377) Positif Influenza (N=50) Tarikan dinding dada 73 (19) 2 (4) Tidak bisa minum 23 (6) 1 (2) Kejang 77 (20) 13 (26) Stridor 22 (6) 3 (6) Kesadaran menurun 6 (2) 0 (0) *Satu pasien bisa memiliki > 1 gejala/riwayat medis 3

Tabel 2. Data surveilans ISPA Berat (sampai dengan 31 Maret 2014) Surveilans ISPA Berat Mar-14 Feb-14 Kumulatif Sampai Maret 2014 Total rawat inap* 4,993 5,183 64,472 Total kasus ISPA Berat* 60 (1) 48 (1) 625 (1) Total spesimen ISPA Berat diperiksa 57 41 577 Total spesimen ISPA Berat positif influenza 7 (12) 13 (32) 94 (16) Subtipe Influenza A(H3N2) 4 (57) 10 (77) 46 (49) A(H1N1)pdm09 1 (14) 1 (8) 20 (21) B 2 (29) 2 (15) 28 (30) A(H1N1) 0 0 0 A(H5N1) 0 0 0 Not Subtyped 0 0 0 *Laporan mingguan dari site sentinel masih ada yang belum diterima Tabel 2 menunjukkan bahwa proporsi ISPA Berat dari total rawat inap pada bulan Maret 2014 adalah 1%. Proporsi positif influenza pada bulan tersebut adalah 12%, lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan Februari 2014. Jumlah Kasus 30 25 20 15 10 5 0 Grafik 1. Jumlah Kasus ISPA Berat dan Proporsi spesimen ISPA Berat positif influenza berdasarkan subtipe virus, Surveilans ISPA Berat (SIBI): Minggu ke 18 (2013) s.d. 13 (2014) 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 2 4 6 8 10 12 100% 80% 60% 40% 20% 0% % Positif Influenza 2013 2014 Minggu Epidemiologi Flu B A(H3N2) A (H1N1)pdm09 Negatif % Positif Influenza 4

Berdasarkan Grafik 1 terlihat bahwa proporsi kasus positif influenza tertinggi ditemukan pada minggu ke 2 dan 3 tahun 2014. Influenza B, A(H3N2), dan A(H1N1)pdm09 merupakan virus influenza yang terdeteksi melalui sistem ini. Pada bulan Maret 2014, influenza A (H3N2) yang paling banyak terdeteksi. Tabel 3. Riwayat perjalanan kasus ISPA Berat pada bulan Maret 2014 Rumah Sakit Jumlah Kasus SARI Ada Riwayat Perjalanan Negara Tidak Ada Riwayat Perjalanan Riwayat Perjalanan yang Tidak Tercatat RSUD Wonosari 4 0 (0) - 4 (100) 0 (0) RS Kanujoso 28 2 (7) Arab Saudi (2) 26 (93) 0 (0) RSUD Bitung 6 0 (0) - 6 (100) 0 (0) RSUD Deli Serdang 6 1(17) Tidak disebutkan 5 (83) 0 (0) RSU Prov NTB 11 2 (18) Jepang (1), Malaysia (1) 9 (82) 0 (0) RSUD dr. M. Haulussy 5 0 (0) - 5 (100) 0 (0) Tabel 3 menunjukkan ada beberapa kasus ISPA Berat yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri, kasuskasus tersebut ditemukan di RS Kanujoso (7%), RSUD Deli Serdang (17%), dan RSU Prov NTB (18%), tetapi tidak ada yang positif MERS CoV atau influenza A(H7N9). Setiap site harus memastikan bahwa semua formulir kasus mendokumentasikan riwayat perjalanan. Kolom Riwayat Perjalanan yang Tidak tercatat pada Tabel 3 menyediakan informasi proporsi kasus ISPA Berat yang tidak tercatat riwayat perjalanannya. Pada bulan Maret 2014, semua site sudah mendokumentasikan riwayat perjalanan semua kasus ISPA Berat. Akan tetapi, ada satu kasus dari RSUD Deli Serdang yang tidak tercantum informasi negara yang dikunjungi. Informasi Data Global Berdasarkan data WHO sampai dengan 17 April 2014: Hingga saat ini WHO mengumumkan adanya 243 kasus konfirmasi MERS-CoV dengan 93 di antaranya meninggal dunia. Sedangkan kasus influenza A(H7N9) hingga saat ini telah tercatat sebanyak 422 kasus dengan 147 kasus meninggal dunia. Kasus A(H5N1) di dunia sampai dengan saat ini adalah 650 kasus dengan 386 kematian. o Di Indonesia, ada sebanyak 195 kasus A(H5N1) dengan 163 kasus diantaranya meninggal dunia. 5

Tabel 4. Indikator kinerja SIBI per rumah sakit sentinel (sampai dengan 31 Maret 2014) Rumah Sakit Rawat Inap A B C D E Kasus ISPA Positif A Positif Positif A Berat dengan Influenza (H1N1) Negatif Flu B Flu A (H3N2) Spesime (%) pdm09 Kasus ISPA Berat (%) Pending RSUD Wonosari 7,353 71 (1) 68 (96) 13 (19) 3 10 4 6 52 0 RS Kanujoso 15,605 175 (1) 170 (97) 37(22) 13 24 9 15 133 0 RSUD Bitung 6,386 98 (1.5) 80 (82) 10 (12.5) 2 8 2 6 70 0 RSUD Deli Serdang 9,087 79 (1) 59 (75) 7 (12) 6 1 1 0 52 0 RSU Prov NTB 13,219 137 (1) 136 (99) 22 (16) 3 19 3 16 114 0 RSUD dr. M. Haulussy 12,822 65 (0.5) 64 (98) 5 (8) 1 4 1 3 59 0 Total 64,472 625 (1) 577 (92) 94 (16) 28 66 20 46 483 0 A. Sampai dengan 31 Maret 2014, proposi kasus ISPA Berat paling banyak (1.5%) ditemukan di RSUD Bitung. Sedangkan proporsi kasus ISPA Berat paling sedikit (0.5%) ditemukan di RSUD dr.m. Haulussy. Indikator yang penting untuk kinerja deteksi kasus adalah proporsi (%) kasus ISPA Berat dari jumlah rawat inap. Secara umum, hal ini seharusnya 1% dan dapat meningkat menjadi 5% saat puncak musim influenza atau penyakit pernapasan lainnya. B. Indikator kelengkapan data adalah proporsi kasus dengan spesimen, yang menandakan bahwa (a) kapasitas petugas dalam meyakinkan pasien supaya bersedia diambil spesimennya, dan (b) kapasitas untuk mengumpulkan, mengambil, dan menyimpan spesimen secara benar ke laboratorium. RSUD Deli Serdang mempunyai proporsi kasus dengan spesimen yang paling rendah (75%). C. Proporsi positif influenza dari kasus dengan spesimen memberikan informasi tentang kegiatan influenza di daerah tersebut. Hal ini juga dapat menjadi indikator kualitas spesimen dimana jika proporsi positif influenza tetap rendah dalam periode waktu yang lama, hal tersebut dapat menandakan bahwa kualitas spesimen kurang baik. Kualitas spesimen dipengaruhi oleh teknik pengambilan spesimen, penyimpanan spesimen (lama dan suhu), pengiriman spesimen (lama dan suhu) dan juga teknik PCR dan reagent yang digunakan. D. Tipe virus yang terdeteksi di setiap site memberikan informasi tentang variasi kegiatan virus per wilayah. Informasi ini bermanfaat untuk pengenalan vaksinasi di kemudian hari. E. Kolom hasil laboratorium tentang pending bermanfaat untuk memberitahukan ke site tentang jumlah kasus yang seharusnya sudah mempunyai hasil laboratorium. Setiap site harus mendokumentasikan hasil laboratorium untuk setiap kasus ISPA Berat di dalam log book. Kategori pending akan membantu site untuk memeriksa jumlah hasil laboratorium yang akan diterima. 6