Penggunaan Alat Peraga Boneka Wayang Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron Tahun Ajaran 2011/2012

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK MELALUI MEDIA POP UP BOOK PADA KELOMPOK B TK AL ISLAM 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/201

Raehanun 1, Rukayah 2, Ruli Hafidah 1. 1 Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret 2 Program Studi PGSD, Universitas Sebelas Maret

Iud Puspita Wijianingsih 1, Ruli Hafidah 1 Yudianto Sujana

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-20 MELALUI MEDIA KARTU BERGAMBAR PADA KELOMPOK B TK AISYIYAH 21 PREMULUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGINGAT CERITA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA ANAK KELOMPOK B TK MASYITOH IV SURAKARTA TAHUN AJARAN

Peningkatan Pemahaman Konsep Bilangan 1-10 Melalui Model Pembelajaran Guided Discovery

UPAYA MENINGKATKAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA PENGOLAHAN BAHAN BEKAS PADA ANAK KELOMPOK A TK MUTIARA SURAKARTA AJARAN 2013/2014.

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PANGGUNG BONEKA PADA ANAK KELOMPOK B3 TK AL-HUDA KERTEN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SAINS MELALUI METODE BERMAIN ANAK KELOMPOK B1 TK AISYIYAH PUNGGAWAN TAHUN 2016/2017

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI LISAN MELALUI METODE BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK A TK AISYIYAH 21 PREMULUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

1 Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret 2


Kata kunci: metode Storytelling, keterampilan menyimak, dongeng. 1) Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Program Studi PGSD FKIP UNS

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE PADA ANAK KELOMPOK A TK SIWI PENI XI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Metode Demonstrasi dengan Corrugated Paper Pada Anak Kelompok B RA Permata Hati Jebres Surakarta

Upaya Meningkatkan Perilaku Empati Anak Melalui Teknik Two Stay Two Stray pada Anak Kelompok B Tk Islam Bakti IX Kerten Tahun Pelajaran 2013/2014

Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Metode Demonstrasi dengan Corrugated Paper Peserta Didik Kelompok B RA Permata Hati Jebres Surakarta

Widi Prastiwi 1, Samidi 2, Lies Lestari 2 PENDAHULUAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGENALAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN TEBAK KATA PADA ANAK KELOMPOK B TK/RA CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN AJARAN

UPAYA PENINGKATAN KECERDASAN LINGUISTIK MELALUI PENGGUNAAN METODE KARYAWISATA PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

Upaya Meningkatkan Kecerdasan Verbal-Linguistik Melalui Metode Bernyanyi Pada Anak Kelompok A TK Sandhy Putra Sukarta Tahun Pelajaran 2013/2014

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

Andrefi Purjiningrum 1, Siti Wahyuningsih 2, Rukayah 2

Dwi Hastuti 1), Hadi Mulyono 2), Hadiyah 2)

Ari Siswanti 1, Suwarto WA 2, Djaelani 2 PENDAHULUAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE HYPNOTEACHING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

PENGGUNAAN METODE SQ3R DALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN MEMBACA CERITA ANAK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI JATIMALANG

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING

Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret 2. Program Studi PGSD, Universitas Sebelas Maret

PENDAHULUAN

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA MELALUI BERMAIN KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK NEGERI PEMBINA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG MELALUI MEDIA PANGGUNG BONEKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENERAPAN OUTDOOR LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK KELOMPOK B1 TK AISYIYAH NUSUKAN I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE BERMAIN KERETA ANGKA PADA ANAK KELOMPOK B TK MERPATI POS KECAMATAN LAWEYAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA

PENDAHULUAN. Nur Wulan Rahmawati 1, Chumdari 2, Lies Lestari 2 1 Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II

PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V A SDN KALIJOSO SECANG MAGELANG TAHUN AJARAN 2012/2013

Farin Kusanggraeni Fardilla 1, Chumdari 2, Karsono

Penerapan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Perilaku Empati Pada Anak Kelompok B TK Islam Bakti IX Kerten Tahun 2013/2014

Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret. Program Studi PGSD, Universitas Sebelas Maret



PENERAPAN BERMAIN MUSIK PERKUSI UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK KASAR PADA ANAK KELOMPOK B TK AL-HUDA KERTEN TAHUN AJARAN 2013/2014

Keywords: Directed-Reading-Thinking-Activity (DRTA), images, reading comprehension

PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PETA

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KARTUN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MENDONGENG

Erni Susanti 1, Riyadi 2, Yulianti 2 PENDAHULUAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR ANAK KELOMPOK A

Program Studi PG PAUD, Universitas Sebelas Maret 2

Kata kunci: Index Card Match, kartu gambar, Bahasa Inggris

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE ROUND TABLE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI


PENDAHULUAN. Tri Widiyaningsih 1, Matsuri 2, Joko Daryanto 2

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN MELALUI METODE BERCERITA PADA KELOMPOK B TK TUNAS KARYA DESA WULUH KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI GAMBAR SERI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK SURYA HARAPAN CANDI SIDOARJO. Khusniah PRODI S1 PG PAUD FIP UNESA

SKRIPSI. Oleh : ATEIN RESPATI NINGRUM K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


PENINGKATAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE CERITA DENGAN TEMA MURIDKU RANI PADA ANAK KELOMPOK B TK AL-ISLAM 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN PADA ANAK DENGAN PERMAINAN ULAR TANGGA DI KB ABC BLORONG

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KARTUN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI PENGGUNAAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN

PENERAPAN MODEL MEANS ENDS ANALYSIS (MEA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITAMATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL GUNA PENINGKATAN PENGENALAN POLA MATEMATIKA PADA ANAK KELOMPOK A TK KARANG INDRIYA TAHUN AJARAN 2014/2015

Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret 2

UPAYA MENINGKATKAN PERHATIAN ANAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA ANAK KELOMPOK A TK ABA JOGOYUDAN YOGYAKARTA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA KRAMA LUGU

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF SEBAB AKIBAT MELALUI MEDIA FLIPCHART

PENGGUNAAN MEDIA POWERPOINT DALAM PENINGKATAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KASEGERAN

Keyword: think talk write, event picturer as visual media, poetry-writing skill

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ARTIKULASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN USAHA KONFEKSI

II. KAJIAN PUSTAKA. dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE BERCERITA MELALUI STORY READING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK KELOMPOK A TK PERTIWI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE

Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Program Studi PGSD, Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

Meningkatkan Hasil Belajar Bercerita Melalui Media Boneka Tangan Pada Siswa Kelas II SDN Dukuhmencek 01 Sukorambi Jember

Keywords: Open Ended Learning, multimedia, mathematic

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONCEPT SENTENCE

PENINGKATAN PEMAHAMAN PENGGOLONGAN BENDA MELALUI

Kata kunci: cooperative script, peningkatan, IPS

Transkripsi:

Penggunaan Alat Peraga Boneka Wayang Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron Tahun Ajaran 2011/2012 Syintha Yulia Sari Arti 1, Hasan Mahfud 2, Ruli Hafidah 1 1 Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret 2 Program Studi PGSD, Universitas Sebelas Maret Email : syinthayulia@yahoo.co.id, hasan@fkip.uns.ac.id, ruli_hafidah@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bercerita melalui penggunaan alat peraga boneka wayang pada anak kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron tahun ajaran 2011/2012. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus merupakan perbaikan yang didasarkan atas hasil refleksi dari hasil siklus sebelumnya. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian melalui penggunaan alat peraga boneka wayang dapat meningkatkan kemampuan bercerita anak kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron Tahun Ajaran 2011/201. Keywords: kemampuan bercerita, alat peraga, boneka wayang. ABSTRACT This study aims to improve the ability of storytelling through the use of props puppets for children kindergarten group B Aisyiyah 56 Baron academic year 2011/2012. Action research was conducted in two cycles, and each cycle is an improvement based on the results of the reflection of the results of the previous cycle. Each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The results of the research through the use of props puppets to tell children improve kindergarten group B Aisyiyah 56 Baron in Academic Year 2011/2012. Keywords: ability to tell stories, props, puppets. PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga 6 tahun. Secara menyeluruh, pendidikan ini mencakup aspek fisik dan non fisik dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani dan rohani atau moral dan spiritual motorik, akal pikiran emosional dan sosial yang tepat dan benar agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Salah satu cara untuk menstimulus anak yaitu dengan cara membiasakan anak untuk mendengarkan tuturan cerita atau kejadian yang berisi informasi atau pesan yang dapat dilakukan oleh guru di sekolah atau oleh orang tua di rumah. Dari proses mendengar tersebut, anak belajar menyimak isi cerita. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan bercerita dan juga hasil diskusi antara peneliti dengan guru kelas dapat dikemukakan bahwa kemampuan yang dimiliki anak dalam kemampuan bercerita kurang maksimal. Kekurangmampuan anak tersebut antara lain anak masih sulit sekali apabila disuruh bercerita di depan kelas. Anak hanya bercerita dengan singkat. Dengan menggunakan kata yang berulang-ulang dalam berbahasa. Anak maksimal bercerita tidak lebih dari lima kalimat saja. Serta anak kurang mampu bercerita dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan penelitian ini adalah : Apakah penggunaan alat peraga boneka wayang dapat meningkatkan kemampuan bercerita pada anak kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron tahun ajaran 2011/2012? Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan bercerita melalui penggunaan alat peraga boneka wayang pada anak kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron tahun ajaran 2011/2012.

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Chaplin (1997: 34) berpendapat bahwa Ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga daya kekuatan untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan Robbins (2000 : 46) menyatakan Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek. Nurbiana Dhieni (2005 : 6.3) mengemukakan bahwa Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis. M. Nur Mustakim (2005 : 20) berpendapat bahwa Bercerita adalah upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa siswa melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih ketrampilan siswa dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan. Pendapat lain dikemukakan oleh SIL Internasional (1995 : 1) bahwa : Story is an arrangement of words and images that re-create life-like characters and events. By how a storyteller describes and arranges a description of a story's events, issues and ideas. Cerita adalah sebuah susunan kata-kata dan gambar yang menciptakan kembali kehidupan seperti karakter dan peristiwa. Dalam bercerita pendongeng menjelaskan dan mengatur deskripsi atau susunan peristiwa-peristiwa suatu cerita, isu dan ide. Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik TK. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di TK metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar anak TK. (Nurbiana Dhieni, 2005 : 6.5). Tujuan kemampuan bercerita adalah mengembangkan kemampuan berbahasa diantaranya kemampuan menyimak, juga kemampuan dalam berbicara serta menambah kosakata yang dimilikinya. Tujuan lainnya adalah mengembangkan kemampuan berpikirnya karena dengan bercerita anak diajak untuk memfokuskan perhatian dan dan berfantasi mengenai jalan cerita serta mengembangkan kemampuan berpikir secara simbolik. Masitoh (2005 : 10.4) mengemukakan Bercerita dapat menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita yang akan mengembangkan kemampuan moral dan agama. Bercerita bisa melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan informasi melalui tuturan peristiwa yang disampaikan. Dan mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang dituturkan. Cerita anak-anak adalah cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet sehingga komunikatif. Di samping itu, pengalihan pola pikir orang dewasa kepada dunia anak-anak dan keberadaan jiwa dan sifat anak-anak menjadi syarat cerita anak-anak yang digemari. Dengan kata lain, cerita anak-anak harus berbicara tentang kehidupan anak-anak dengan segala aspek yang berada dan memengaruhi mereka. Kompleksitas cerita anak-anak ditandai oleh strukturnya yang tidak berbeda dari struktur fiksi untuk orang dewasa. (Korrie Layun Rampan, 2000 : 89) Bentuk metode bercerita terbagi dua yaitu : 1. Bercerita tanpa alat peraga Bercerita tanpa alat adalah kegiatan bercerita yang dilakukan guru saat bercerita tanpa menggunakan media atau alat peraga yang diperlihatkan kepada anak didik. Artinya kegiatan

bercerita yang dilakukan guru hanya menggunakan suara, mimik dan panto mimik atau gerak anggota tubuh guru. 2. Bercerita dengan alat peraga Kegiatan bercerita dengan menggunakan media atau alat pendukung isi cerita yang disampaikan artinya guru menyajikan sebuah cerita pada anak TK dengan menggunakan berbagai media yang menarik bagi anak untuk mendengarkan dan memperhatikan ceritanya. Alat atau media yang digunakan hendaknya aman, menarik, dapat dimainkan oleh guru maupun anak dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Alat peraga adalah saluran komunikasi atau perantara yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Alat peraga adalah saluran komunikasi atau perantara yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Amir Hamzah (1981: 11) bahwa Media pendidikan adalah alat-alat yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Sedangkan yang dimaksud dengan alat peraga menurut Nasution (1985: 95) adalah alat bantu dalam mengajar lebih efektif. Manfaat alat peraga adalah sebagai salah satu metode yang variatif yang dapat meransang minat siswa sehingga tetap dapat berkonsentrasi pada pelajaran. Yasmin (2011:1) mengemukakan bahwa manfaat alat peraga diantaranya adalah menyampaikan suatu konsep dengan bentuk yang baru, mempertahankan konsentrasi, mengajar dengan lebih cepat, mengatasi masalah keterbatasan waktu, mengatasi masalah keterbatasan tempat, mengatasi masalah keterbatasan bahasa, membangkitkan emosi manusia dan menyampaikan suatu konsep dengan bentuk yang baru. Boneka adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sekarang termasuk tiruan dari bentuk binatang. Jadi sebenarnya boneka merupakan salah satu model perbandingan juga. Sekalipun demikian, karena boneka dalam penampilannya memiliki karakteristik khusus, maka dalam bahasan ini dibicarakan tersendiri. Dalam penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka. Menurut Nurbiana Dhieni (2005 : 6.9) Boneka Wayang adalah boneka berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi yang diberi kayu sebagai pegangan untuk dimainkan seperti halnya memainkan wayang. Ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan kegiatan bercerita dengan menggunakan boneka wayang adalah sebagai berikut : Hendaknya guru hafal isi cerita dan ada baiknya menggunakan skenario cerita. Kemudian latihlah suara agar dapat memiliki beragam karakter suara yang dibutuhkan. Gunakan boneka yang menarik dan sesuai dengan dunia anak serta mudah dimainkan oleh guru atau anak-anak. Atau bisa menggunakan satu boneka, dua boneka, atau beberapa boneka dengan jumlah maksimal boneka yang digunakan sebanyak 5 buah dengan bentuk yang berlainan. Apabila kita menggunakan satu boneka maka percakapan atau cerita dilakukan antara anak dengan boneka yang disuarakan oleh guru atau orang tua. Apabila kita menggunakan lebih dari dua boneka maka percakapan atau alur cerita dilakukan oleh kedua boneka tersebut yang disuarakan oleh guru atau orang tua dengan karakter suara yang berbeda.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 selama 12 bulan yaitu dimulai bulan Januari dan berakhir bulan Desember 2012. Sumber data berasal dari siswa kelompok B1, guru kelas B1 dan dokumen. Pengumpulan data digunakan pengamatan, kajian dokumen dan test/ulangan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas adalah teknik triangulasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif terdiri atas tiga komponen, yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. (Milles dan Huberman, 2000: 20). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dan memberikan tes awal. Fakta dari hasil tes awal tersebut menunjukkan sebagian besar nilai mendapatkan nilai rendah Tabel 1. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Bercerita pada Kondisi Awal. 0,01-1,0 7 1 7 30 Tidak Tuntas 1,0 2,0 13 1,6 20,8 57 Belum Tuntas 2,0 3,0 3 2 6 13 Setengah Tuntas Jumlah 23 33,8 100% Nilai Rata-rata = 33,8 : 23 = 1,46 Ketuntasan Klasikal = 3: 23 X 100% 13% Berdasarkan dari tabel 1 di atas, diketahui bahwa kemampuan bercerita anak kelompok B1 secara klasikal rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari data di atas, yaitu sebanyak 3 anak atau 13% termasuk kategori kemampuan bercerita anak setengah tuntas. Nilai rata-rata kemampuan bercerita anak yang diperoleh adalah 1,46. Tabel 2. Frekuensi Data Nilai Siklus 1 pertemuan I 0,01-1,0 4 1 4 27 Tidak Tuntas 1,0 2,0 15 1,6 24 66 Belum Tuntas 2,0 3,0 4 2,6 10 17 Setengah Tuntas Jumlah 23 38 100% Nilai Rata-rata = 38,4 : 23 = 1,67 Ketuntasan Klasikal = 15 : 23 X 100% 60% Berdasarkan dari tabel 2, diketahui bahwa kemampuan bercerita anak kelompok B1 secara klasikal masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari data di atas, yaitu sebanyak 15 anak atau 60% termasuk kategori kemampuan bercerita anak masih kurang maksimal. Nilai rata-rata kemampuan bercerita anak yang diperoleh adalah 1,67.

Tabel 3. Frekuensi Data Nilai Siklus 1 pertemuan 2 0,01-1,0 0 0 0 0 Tidak Tuntas 1,0 2,0 9 1,6 14 40 Belum Tuntas 2,0 3,0 14 2,3 32 60 Setengah Tuntas Jumlah 23 47 100% Nilai Rata-rata = 46,6 : 23 = 2,02 Ketuntasan Klasikal = 14: 23 X 100% 65% Dari tabel distribusi frekuensi penilaian hasil kemampuan bercerita anak kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron pada siklus I pertemuan 2 yang ditunjukkan tabel 3 mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari data di atas, yaitu sebanyak 14 anak atau 65% termasuk kategori kemampuan bercerita anak sudah tuntas, 9 anak atau 40% termasuk kategori kemampuan bercerita anak setengah tuntas. Nilai rata-rata kemampuan bercerita anak yang diperoleh adalah 2,02. Tabel 4. Frekuensi Data Nilai Siklus 2 pertemuan I 0,01-1,0 0 0 0 0 Tidak Tuntas 1,0 2,0 8 2 16 35 Belum Tuntas 2,0 3,0 15 2,3 35 65 Setengah Tuntas Jumlah 23 51 100% Nilai Rata-rata = 50,5 : 23 = 2,19 Ketuntasan Klasikal = 15: 23 X 100% 65% Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan siklus 2 pertemuan I menunjukkan anak yang memperoleh nilai tuntas ( ) sebanyak 15 anak atau 65%, nilai setengah tuntasnya ( ) sebanyak 8 anak atau 35%. Tabel 5. Frekuensi Data Nilai Siklus 2 pertemuan II 0,01-1,0 0 1 0 0 Tidak Tuntas 1,0 2,0 0 1 0 0 Belum Tuntas 2,0 3,0 5 2,6 13 22 Setengah Tuntas 3,0 4,0 18 3 54 78 Tuntas Jumlah 23 100% Nilai Rata-rata = 67 : 23 = 2,91 Ketuntasan Klasikal = 18: 23 X 100% 78% PEMBAHASAN Data yang berhasil dikumpulkan dianalisis berdasarkan hasil temuan yang dikaji sesuai dengan rumusan masalah. Dari hasil dan teori di bab II peneliti dapat menarik kesimpulan dari penelitian tersebut, bahwa kemampuan bercerita anak mengalami peningkatan pada siklusnya. Selain meningkatkan kemampuan bercerita anak penggunaan alat peraga boneka wayang juga meningkatkan aktivitas pembelajaran baik guru maupun anak didik.

Hal ini juga dapat dikaitkan dengan salah satu pendapat para ahli bahwa dengan menggunakan media boneka wayang guru dapat mengajak anak didik berimajinasi, dan dapat menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita yang akan mengembangkan kemampuan moral dan agama. Bercerita juga bisa melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan informasi melalui tuturan peristiwa yang disampaikan. Dan mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang dituturkan. (Masitoh, 2005 : 10.4) PENUTUP Simpulan Dari pembahasan pada bab IV dapat ditarik kesimpulan pula bahwa penggunaan alat peraga boneka wayang dapat meningkatkan kemampuan bercerita anak. Kemampuan bercerita anak mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Anak menjadi lebih berani untuk bercerita di depan kelas karena merasa tidak sendiri tetapi bercerita dengan teman. Dan anak juga lebih banyak berlatih bercerita sesuai dengan aspek penilaian, jadi ketrampilan bercerita mengalami peningkatan pada setiap siklus. Berdasarkan pada pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, dapat dikemukakan bahwa dengan menerapkan penggunaan alat peraga boneka wayang dapat meningkatkan kemampuan bercerita. Pembelajaran menggunakan alat peraga boneka wayang, dapat berpengaruh pada keberanian, dan percaya diri anak sehingga lebih mudah dalam memahami pembelajaran dan dapat diterapkan oleh anak didik dalam kehidupan dengan bercerita dengan teman dan orang tua. DAFTAR PUSTAKA Alat Peraga Dalam Pendidikan. Diperoleh 30 Agustus 2012 dari: http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2256721-fungsi-alat-peraga-dalam-pendidikan/sb8vb Basuki Wibawa. (2004). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas. Bercerita, Diperoleh 6 Agustus 2012 dari: http://tradisidongeng.blogspot.com/2011/11/pentingnyabercerita-dalam-pendidikan.html Dinas Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi TK dan RA Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas. Manfaat Alat Peraga, Diperoleh 30 Agustus 2012 dari: http://www.madrasahgemilang.org/ beranda-mainmenu-1/225.html?task=view Masitoh, Heny Djoehaeri, Ocih Setiasih. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka. Miles, Mathew B & A, Michael Huberman. (2009). Analisis Data Kualitatif. Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia