BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedudukan Taksonomi dan Morfologi Cabai Rawit (Capsicum frutescen)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Tanaman Bunga Pagoda (Clerodendrum squamatum Vahl) Deskripsi Morfologi

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. : Dicotyledoneae. perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut: : Spermatophyta. : Dicotyledonae. : Myrtaceae

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) TERHADAP JUMLAH NYAMUK Aedes aegypti YANG HINGGAP PADA TANGAN MANUSIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) DHF ( Dengue Haemoragic Fever)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

KUESIONER PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

Nyamuk sebagai vektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) : Monocotyledonae. : Pandanus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sunarjono (2005) taksonomi tanaman srikaya diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tanggal / Tempat Lahir : 13 Agustus 1988 / Terengganu, Malaysia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

UJI AKTIVITAS MINYAK ATSIRI KULIT DURIAN (Durio zibethinus Murr) SEBAGAI OBAT NYAMUK ELEKTRIK TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit bermunculan. Selain Demam Berdarah (DB) juga muncul penyakit. bagian persendian (arthralgia) (Arini, 2010).

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

Universitas Diponegoro Koresponden :

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) : Siswa dapat mengetahui, memahami dan mempunyai sikap. Waktu : 60 menit ( 45 menit ceramah dan 15 menit diskusi ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Nyamuk Aedes aegypti Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Urutan klasifikasi dari nyamuk Aedes aegypti menurut Djakaria (2006)

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue, gejalanya adalah demam tinggi, disertai sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, kerongkongan sakit dan sesak napas. Setelah 2-7 hari dapat timbul shock, dengan ujung jari-jari tangan, kaki dingin dan pada kulit timbul bintik-bintik merah, kadang-kadang diikuti berak darah, perdarahan dari hidung dan perdarahan dibagian putih mata. Bila tidak segera mendapat pertolongan maka dapat menimbulkan kematian penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang ditularkan dari orang yang sakit ke orang yang sehat melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. 13 B. Nyamuk Aedes aegypti 1. Taksonomi Nyamuk Aedes aegypti Taksonomi nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylumn : Arthropoda Sub phylum : Mandibulata Kelas : Insecta Ordo : Diptera Familia : Culicidae Tribus : Culicini Genus : Aedes Spesies : Aedes aegypti 14 2. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badannya terutama pada kakinya dan dikenal dari bentuk morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran lira (lyre form) yang putih pada punggungnya.

Pada bagian kepala terdapat sebuah proboscis, sepasang antena yang terdiri dari 15 segmen, sepasang palpus maxilliaris yang terdiri dari 4 segmen, mata majemuk dan bulu clypeus. Proboscis berfungsi sebagai alat untuk menghisap darah pada betina, sedangkan pada nyamuk jantan berfungsi untuk menghisap madu bunga atau cairan tumbuh-tumbuhan. Untuk membedakan antara jantan dan betina, pada jantan lebih panjang probosisnya. Pada dada ditemukan scutellum dengan bentuk 3 lobus. Vena costallis dari sayap tidak mempunyai bercak hitam putih. 14 3. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti dalam siklus hidupnya mengalami metamorfosis sempurna yaitu perubahan bentuk melalui empat stadium, meliputi : stadium telur, stadium larva, stadium pupa (kepompong), dan stadium dewasa. Stadium dewasa sebagai nyamuk yang hidup di alam bebas, sedangkan ketiga stadium lainnya hidup dan berkembang biak di air. Waktu yang diperlukan untuk daur hidup nyamuk Aedes aegypti mulai dari stadium telur hingga dewasa sampai siap bertelur kembali antara 14-16 hari. 14 a. Stadium telur Telur Aedes aegypti berukuran kurang lebih 50 mikron, berwarna hitam dan sepintas tampak bulat panjang dan berbentuk oval. Dilihat dengan mikroskop, pada dinding luar telur nyamuk ini tampak adanya garis-garis yang

membentuk gambaran menyerupai sarang lebah. Di alam bebas telur nyamuk ini diletakkan satu persatu menempel pada dinding wadah atau tempat perindukan dan terlihat sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam air. 15 Jumlah telur yang dikeluarkan dalam sekali bertelur antara 100-300 butir, rata - rata 150 butir. Nyamuk dewasa dapat bertelur 10-100 kali dalam jarak 4-5 hari dengan menghasilkan telur antara 300-750 butir, serta mempunyai sifat tahan panas atau kering yaitu pada temperatur 71-85 o F atau 25-30 o C. Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat penampungan air atau barang-barang yang memungkinkan air tergenang sedikit di bawah permukaan air. Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2 atau 3 hari. Larva Aedes aegypti pada instar IV berukuran kurang lebih 7 x 4 mm, bulu sifon 1 pasang serta gigi sisir yang berduri lateral. Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk memerlukan waktu 7-10 hari. Tiap 2 hari nyamuk betina menghisap darah manusia untuk bertelur. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan. 16 b. Stadium larva Larva berukuran 0,5-1 cm. selalu bergerak aktif dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas pemukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva menempatkan sifonnya di atas permukaan air, sehingga abdomennya terlihat menggantung pada permukaan air seolah-olah badan larva berada dalam posisi membentuk sudut dengan permukaan air. Selama pertumbuhannya larva Aedes aegypti mengalami pelepasan kulit yang dinamakan stadium instar, yaitu terdiri dari instar I, instar II, instar III dan instar IV. Perubahan instar I sampai menjadi kepompong memerlukan waktu sebagai berikut: 1) Instar I : kurang lebih 1 hari

2) Instar II : kurang lebih 1-2 hari 3) Instar III : kurang lebih 2 hari 4) Instar IV : kurang lebih 2-3 hari larva Aedes aegypti dapat hidup di wadah yang mengandung air dengan ph 5,6 8,6. Larva pada Instar IV dalam waktu kurang lebih 2 hari melakukan pengelupasan kulit kemudian tumbuh menjadi pupa. 14 c. Stadium pupa Pupa Aedes aegypti mempunyai ciri-ciri morfologi yang khas yaitu memiliki tabung atau terompet pernafasan yang membentuk segi tiga. Jika pupa diganggu oleh gerakan atau tersentuh maka pupa tersebut akan bergerak cepat menyelam ke dalam air selama beberapa detik kemudian muncul kembali dengan cara menggantungkan badannya menggunakan tabung pernafasan pada permukaan air di wadah atau tempat perindukannya. Setelah berumur 1-2 hari, pupa lalu tumbuh menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina. 14 d. Stadium dewasa Perkembangan nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Proses ini membutuhkan waktu 7-14 hari. Dari telur menjadi larva : 2-3 hari Dari larva menjadi pupa : 4-9 hari Dari pupa menjadi dewasa : 1-2 hari Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garisgaris putih keperakan. Dibagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok, dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari nyamuk betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena naymuk jantan. Kedua ciri tersebut dapat diamati dengan mata telanjang. 17 Nyamuk Aedes aegypti hidup dan berkembang biak pada tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti :

bak mandi, tempat minum burung, air tandon, air tempayan atau gentong, kaleng, ban bekas dan lain-lain. Nyamuk Aedes aegypti menggigit atau menghisap darah pada pagi sampai sore hari. 18 Nyamuk Aedes aegypti sangat tertarik pada pakaian berwarna gelap yang bergantungan di ruangan yang tidak terang. Tempat perindukannya ditempat-tempat teduh yang ada air tergenangnya. Umur nyamuk Aedes aegypti betima berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan, kemampuan terbangnya berkisar antara 40-100 m dari tempat perkembangbiakannya. 19 4. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Prinsip- prinsip dasar yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam usaha pencegahan dan pengendalian yang biasa dilakukan sebagai berikut : a. Pencegahan Upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan repellent atau pengusir, misalnya lotion yang digosokkan pada kulit sehingga nyamuk enggan mendekat. Hal ini yang dapat dilakukan untuk mengusir nyamuk selain dengan menanam tanaman yang tidak disukai serangga terutama nyamuk. Untuk menghindari ancaman gigitan nyamuk Aedes aegypti diantaranya : - Memutuskan rantai penularan nyamuk dengan membunuh nyamuk dewasa dan membasmi jentik yang akan berkembang menjadi nyamuk dewasa. - Nyamuk dewasa dapat dibunuh dengan cara pengasapan atau fogging. - Jentik nyamuk dapat dicegah dan dibasmi dengan cara menutup wadah atau tempat yang memungkinkan nyamuk berkembang biak, memasukkan ikan pada kolam dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air. - Membersihkan luar dan dalam rumah dan jangan biarkan baju banyak bergantungan. 3 b. Pengendalian Pengendalian nyamuk dapat dilakukan dengan 3 cara : 20

1) Cara Biologi Cara ini bisa dilakukan dengan memelihara ikan yang relatif kuat dan tahan, misalnya ikan mujair, kepala timah dan lain-lain pada bak atau tempat penampungan air lainnya sehingga menjadi predator bagi jentik dan pupa nyamuk. 2) Cara Kimia Cara ini dilakukan dengan penyemprotan insektisida ke sarang-sarang nyamuk, seperti : got, semak, dan ruangan. Selain penyemprotan, dapat juga dilakukan penaburan insektisida ke tempat jentik atau larva nyamuk biasa bersarang, seperti tempat penampungan air, genangan air, atau selokan yang airnya jernih. Penggunaan obat nyamuk bakar juga digolongkan kedalam pengendalian secara kimia karena mengandung bahan beracun. 3) Cara Mekanis Cara ini dilakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau wadah-wadah sejenis seperti barang bekas, vas bunga dan barang-barang yang dapat menampung air hujan dan membersihkan lingkungan yang potensial dijadikan sebagai sarang nyamuk misalnya semak belukar dan got. Pengendalian secara mekanis lain yang dapat dilakukan adalah dengan pemasangan kelambu dan perangkap nyamuk, baik menggunakan cahaya atau raket elektrik. c. Pengendalian Lingkungan Yaitu dengan menciptakan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat baik di dalam maupun di luar rumah dengan melakukan Pemberantasan sarang Nyamuk ( PSN ), yang meliputi : 1) Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali. 2) Menutup rapat tempat penampungan air. 3) Membersihkan pekarangan atau halaman rumah, dengan mengubur kaleng-kaleng bekas, botol-botol dan barang lainnya yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk. 15

Penyemprotan insektisida memang dapat membunuh nyamuk dewasa dengan seketika. Namun jentik nyamuk Aedes-nya tidak ikut terbunuh. 13 Usaha penanggulangan vektor penyakit demam berdarah tersebut telah banyak direkomendasikan dan dilakukan baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Salah satu usaha yang telah dilaksanakan adalah melakukan penyemprotan atau pengasapan dengan pestisida kimiawi. Belum pernah dilaporkan hasil evaluasi dari berbagai usaha pengendalian yang telah dilakukan selama ini apakah efektif membunuh dan menurunkan populasi Aedes aegypti sebagi vektor atau penular penyakit Demam Berdarah Dengue. Hal tersebut dikarenakan resintensi nyamuk terhadap bahan-bahan tersebut, dan karena jentik-jentik tidak ikut terbunuh karena pengasapan atau penyemprotan yang dilakukan. 21 Penggunaan pestisida di lingkungan menjadi masalah yang sangat dilematis, di satu pihak dengan menggunakan pestisida akan dapat mematikan organisme pengganggu tanaman, tetapi di sisi lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman dan lingkungan di sekitarnya. Salah satu alternatif pengendalian hama atau vektor penyakit yang mudah, murah, praktis, relatif aman untuk lingkungan dan bahan dasarnya banyak terdapat di sekitar kita adalah dengan menggunakan pestisida nabati. 6 Meskipun berbagai jenis larvasida kimiawi sering digunakan dalam pemberantasan larva Aedes aegypti, namun penelitian tentang tanaman yang berpotensi sebagai larvasida masih perlu dikembangkan. Demikian halnya dengan penggunaan jasad hayati sebagai pemberantas larva vektor Demam Berdarah Dengue tersebut. 7 C. Tanaman Mulwo (Annona reticulata L.) 1. Taksonomi tanaman Mulwo (Annona reticulata L.) Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae Klas : Dicotyledonae Ordo : Ranunculales Famili : Annonaceae Genus : Annona Species : Annona reticulata L. 8 2. Deskripsi Mulwo merupakan pohon atau perdu yang mempunyai tinggi antara 2-7 m. mempunyai batang yang bulat bercabang dan berwarna coklat keputih-putihan. Berdaun tunggal, bulat telur sampai lanset, ujung dan pangkalnya meruncing, bertepi rata, panjangnya 9-30 cm, lebar 7-20 cm, pertulangannya menyirip, dan bertangkai pendek. Bunganya dan buahnya majemuk, bunganya terdapat pada cabang. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl, tumbuhan ini menyukai iklim panas tidak terlalu dingin atau banyak hujan. Tumbuh baik pada berbagai kondisi tanah yang tergenang dan beradaptasi baik terhadap iklim lembab dan panas, tahan kekeringan dan akan tumbuh subur bila mendapatkan pengairan yang cukup. 9 3. Nama Daerah Aceh : Serba rabsa Melayu : Buah nona Jawa : Mulwo Sunda : Manowa Makasar : Srikaya doke 8 4. Kandungan Kimia Tanaman Mulwo Kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman mulwo pada biji, daun, dan akarnya mengandung saponin, flavonoida, alkaloida, tanin, annonain dan resin. Annonain dan resin sebagai zat aktif yang berperan sebagai insektisida maupun larvasida penolak serangga, bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. 9

5. Khasiat Tanaman Mulwo Khasiat daun mulwo diantaranya sebagai obat bisul, obat encok dan obat sakit kulit, sedangkan biji dan kulit batangnya berkhasiat sebagai obat diare. Pada biji, daun, dan akarnya mengandung saponin, flavonoida, alkaloida, tanin, annonain dan resin. Untuk obat bisul digunakan 4-5 lembar daun segar mulwo, kemudian dicuci, diberi kapur ¼ sendok teh, ditumbuk sampai lumat, kemudian ditempelkan pada bisul dan dibalut dengan kain bersih. 9 D. Kerangka Teori Nyamuk Aedes Dewasa Pupa Air Bersih Telur Larva Kematian larva Fisik Kimia Biologi - Kekeruhan Air - Suhu - Kelembaban - Cahaya - ph Air Alami, dengan perasan daun Mulwo (Annona reticulata L.) Sintetis - Predator - Parasit - Bakteri - Jamur

- Konsentrasi Bahan Aktif - Formulasi Bahan Aktif Sumber : Agus Kardinan 2003, Palupi Widyastuti 2002 E. Kerangka Konsep Variabel bebas Konsentrasi perasan daun Mulwo (Annona reticulata L.) Variabel terikat Jumlah kematian larva Aedes aegypti F. Hipotesis Variabel terkendali - ph air - Suhu air - Cahaya - Volume air - Kekeruhan Air Berdasarkan perumusan tujuan dan masalah yang ada maka hipotesa yang akan dibuktikan adalah : Ada perbedaan jumlah kematian larva Aedes aegypti pada berbagai konsentrasi perasan daun Mulwo (Annona reticulata L.)