1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kelas adalah sebuah proses dimana siswa bisa menguasai bahan-bahan pelajaran sesuai

MENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR POSITIF MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XII

II. TINJAUAN PUSTAKA. berpikir positif. Adapun penjabaran dan hubungan dari masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. itu berlangsung seumur hidup dimulai dari keluarga kemudian di teruskan dalam

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

I. PENDAHULUAN. Faktor utama dalam menempuh hidup yang lebih baik adalah dengan. melaksanakan pembangunan berdasarkan iman dan takwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelajaran yang telah diberikan oleh guru dan didukung oleh nilai-nilai budipekerti

NO : TB : BB : PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Semua manusia memiliki

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki rasa minder untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang


BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan tangguh bagi pembangunan nasional. Negara negara berkembang termasuk Indonesia. Selain masalah masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

PERBEDAAN INDIVIDUAL Haryani, S.Pd

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan Proses Pelaksanaan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kesuksesan didalam bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Meningkatkan optimisme siswa menguasai materi pelajaran matematika di Kelas

SS S TS STS SS S TS STS

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kontribusi yang sangat besar pada masyarakat (Reni Akbar

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

1. PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 mencantumkan bahwa siswa

I. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswa sebagai remaja perlu dipersiapkan untuk menjadi orang dewasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

2

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana siswa bisa menguasai bahan-bahan pelajaran sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah mulai dari penyusunan rencana pembelajaran dan penggunaan metode belajar mengajar yang relevan. Tetapi pada kenyataannya menujukkan bahwa setelah pelajaran selesai masih saja ada siswa yang belum menguasai materi pelajaran dengan baik, hal ini dapat dilihat dengan prestasi belajar yang rendah. Dalam proses pembelajaran di sekolah, aktivitas belajar tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar. Masalah belajar ini sudah merupakan masalah umum yang terjadi dalam proses pembelajaran. Masalah belajar yang dialami oleh siswa sering diidentifikasi dengan adanya seorang atau sekelompok siswa yang tidak mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Kegagalan siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan kebodohan atau rendahnya intelegensi. Kegalalan tersebut justru sering terjadi dari dalam

2 diri siswa tersebut, seperti cara berfikir siswa. Banyak siswa yang berpikir negatif dalam menghadapi belajar, sehingga banyak siswa yang gagal dalam belajar. Berpikir merupakan aktivitas kerja akal seseorang untuk menghasilkan pemikiran. Pemikiran tersebut dapat berupa positif atau negatif. Pemikiran yang positif diarahkan kepada kebiasaan pemecahan masalah. Berpikir positif merupakan sikap mental yang melibatkan proses memasukan pikiran pikiran, kata-kata, dan gambaran-gambaran yang konstruktif (membangun) bagi perkembangan pikiran anda. Pikiran positif menghadirkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan anda. Apapun yang pikiran anda harapkan, pikiran positif akan mewujudkannya. Sedangkan pemikiran negatif hanya berusaha menghindar dari pemecahan masalah. Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia selalu menggunakan daya pikirnya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi. Akan tetapi, banyak manusia yang menyalahgunakan kemampuan berpikir yang dimilikinya. Manusia seringkali berpikir negatif terhadap dirinya, orang lain, maupun permasalahan yang sedang dihadapinya. Hal inilah yang membuat dirinya merasa tertekan, cemas, takut dan tidak nyaman dalam hidupnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Greenberg dan Christine A. Padesky (2004: 49) bahwa pemikiran menentukan suasana hati, mempengaruhi perilaku, serta mempengaruhi respon biologis individu. Padahal, manusia dapat hidup lebih baik jika mereka mengembangkan

3 kemampuan berpikir positif. Dengan berpikir positif, manusia akan lebih merasa tenang, nyaman, serta optimis dalam hidupnya. Menurut Albrecth (2003: 70) berpikir positif adalah kemampuan seseorang untuk memfokuskan perhatian kepada sisi positif dari suatu hal dan menggunakan bahasa positif untuk membentuk dan mengungkapkan pikiran. Sedangkan menurut Ubaedy (2008: 12) berpikir positif adalah upaya kita untuk mengisi pikiran dengan muatan yang positif yaitu berbagai bentuk pemikiran yang benar (tidak melanggar norma), baik (bagi kita, orang lain, dan lingkungan), dan bermanfaat (menghasilkan sesuatu yang berguna). Kemudian, dengan pemikiran yang positif akan mendorong untuk melakukan hal-hal yang positif, antara lain merealisasikan tujuantujuan positif atau target-target positif, mengembangkan berbagai potensi yang kita miliki (bakat, pengetahuan, pengalaman, karakter) dan untuk menyelesaikan masalah atau persoalan yang muncul dengan cara positif, kreatif dan konstruktif. Selain itu, berpikir positif juga terkait dengan kemampuan untuk meminimalisir pikiran-pikiran negatif yang muncul. Dengan demikian, berpikir positif adalah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan individu. Berpikir positif bukanlah sekedar gaya hidup yang akan dengan mudahnya diganti dengan gaya hidup yang baru. Tetapi seharusnya menjadi sebuah kebiasaan hidup setiap individu. Berpikir positif akan mampu menghasilkan perasaan yang positif sehingga menimbulkan perilaku yang positif pula. Sebaliknya, pikiran yang negatif akan menghasilkan perasaan dan perilaku yang negatif.

4 Kemampuan berpikir positif juga sangat bermanfaat bagi para pelajar guna mencapai kesuksesan baik di sekolah maupun di masyarakat. Dengan berpikir positif maka akan membentuk kepribadian yang baik, menambah kreativitas, menciptakan hubungan yang sehat antar individu, serta meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani. Para pelajar akan memiliki integritas pribadi dan sikap optimis sehingga terhindar dari kecemasan, rendah diri, serta sikap pesimis. Seseorang yang berpikir positif akan tercermin pada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ubaedy (2008: 27) ciri-ciri umum orang yang berpikir positif antara lain: merasa bahagia dengan dirinya, memiliki kesimpulan positif terhadap dirinya, memiliki kepercayaan yang bagus terhadap kemampuannya, mampu membina hubungan positif dengan orang lain, mampu membina hubungan yang harmonis dengan kenyataan. Menurut Elfiky (2009:43) bahwa berpikir positif membantu seseorang mampu untuk mengarahkan kemampuan kognisi, mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan dan mengatasi tantangan belajar dengan optimal. Dengan mengubah cara berpikirnya menjadi positif, prestasi belajar dapat ditingkatkan, karena berpikir positif membuat individu cenderung berperasaan positif serta memandang tujuan akademik tertentu dapat diraihnya apabila mau mengarahkan dirinya sendiri untuk mencapai harapan lebih baik dalam prestasi akademiknya, sehingga prestasi belajarnya menjadi lebih optimal.

5 Hasil wawancara dan catatan kasus dari guru pembimbing di SMA Negeri 2 Pringsewu yang masih merasa rendah diri dan takut dalam bergaul. Hal ini tampak dari banyak siswa yang berpikir negatif dalam belajar. Sehingga dalam mengerjakan ujian / ulangan banyak siswa mencontek atau melihat catatan (buku), sulit berkonsentrasi, dan mudah putus asa apabila mendapat tantangan dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah. Memiliki prasangka negatif terhadap temannya sehingga mengakibatkan ketidakharmonisan dalam bergaul. Siswa cenderung memberikan cap negatif kepada guru sehingga dia tidak berminat mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Menunjukan sikap negatif seperti melanggar peraturan sekolah seperti membolos serta sering datang terlambat dengan alasan yang tidak logis. Ada pula siswa yang merasa pesimis dengan masa depannya sehingga malas untuk belajar maupun mengerjakan tugas-tugas dari guru. Sulit menerima pendapat orang lain, justru mudah mencela dan mengkritik orang lain, sulit menerima hal baru karena takut akan sebuah perubahan dalam dirinya maupun lingkungannya. Karena masa lalu yang kurang menyenangkan mengakibatkan siswa merasa takut dan ragu sehingga tidak berani untuk mencoba hal baru. Keinginan dan keyakinan yang lemah dalam dirinya sehingga kurang memiliki harapan dan tujuan yang jelas dalam belajar maupun dalam kehidupannya. Merasa kesepian sehingga merasa tidak berharga dirinya. Tidak yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk berprestasi, mudah menyerah dan suka mengeluh.

6 Siswa suka menghakimi diri sendiri dengan pikiran-pikiran negatif dan siswa mudah meyakini pada hal negatif serta melihat segala sesuatu dari sisi negatif. Kemampuan berpikir positif tidak berkembang karena seringkali manusia mengalami distorsi kognitif ketika berhubungan dengan diri sendiri, orang atau situasi. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir positif maka seseorang harus mampu mengenali dan merubah distorsi kognitif yang dialami. Jadi, berpikir positif bukanlah termasuk bakat alami yang dibawa sejak lahir tetapi merupakan suatu kemampuan yang dapat dilatih dan ditingkatkan agar dapat berkembang secara optimal. Salah satu cara yang dipandang mampu untuk melatih, mengembangkan, serta meningkatkan kemampuan berpikir positif adalah melalui bimbingan kelompok. Hal tersebut cukup beralasan karena salah satu tujuan dari bimbingan kelompok adalah untuk pengembangan pribadi. Hal ini berarti pengembangan aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berpikir positif merupakan aspek kognitif yang terdapat pada diri individu sehingga sangat relevan untuk ditingkatkan melalui bimbingan kelompok. Selain itu, alasan lain yang mendasarinya adalah dilihat dari tujuan khusus bimbingan kelompok. Menurut Prayitno (2004: 179) tujuan bimbingan kelompok antara lain: mampu berbicara di depan orang banyak; mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan dan perasaan kepada orang banyak; belajar menghargai pendapat orang lain; bertanggung jawab atas

7 pendapat yang dikemukakannya; mampu mengendalikan diri dan emosi; dapat bertenggang rasa; menjadi akrab satu sama lain serta membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama. Tujuan bimbingan kelompok tersebut sesuai dengan ciri-ciri individu yang berpikir positif. Hal ini semakin memperkuat relevansi bimbingan kelompok dalam mengembangkan perilaku berpikir positif. Secara umum, bimbingan kelompok merupakan kegiatan kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok. Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama (Prayitno 2004: 17). Permasalahan yang dibahas dalam bimbingan kelompok sifatnya umum berupa permasalahan yang berkaitan dengan bidang pribadi, sosial, belajar dan karier. Tujuan bimbingan kelompok adalah pengembangan pribadi serta pembahasan topik-topik umum secara luas dan mendalam sehingga anggota kelompok terhindar dari permasalahan yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Informasi yang diberikan dalam bimbingan kelompok terutama dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain. Dalam bimbingan kelompok, yang menjadi fokus utama adalah individu bukan kelompok. Pembicaraan bersifat multiarah sehingga setiap anggota memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Pemimpin

8 kelompok dapat leluasa mengamati perkembangan anggota kelompok (Prayitno 2004: 38). Bimbingan kelompok yang akan dilaksanakan dengan sasaran siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pringsewu bertujuan untuk meningkatkan potensi diri siswa berupa kemampuan berpikir positif melalui layanan informasi dari pemimpin kelompok. Layanan informasi yang akan diberikan berkaitan dengan pikiran, mindset, optimisme, kepercayaan diri, keyakinan, harapan-harapan masa depan serta hal-hal yang dapat mendorong meningkatkan kemampuan berpikir positif. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis perlu untuk melakukan penelitian tentang Meningkatkan Kemampuan Berpikir Positif Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Ajaran 2015/2016. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan pada latar belakang dan fokus masalah, maka peneliti mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Terdapat siswa takut dalam bergaul dengan teman-temanya b. Terdapat siswa yang tidak mau mengerjakan tugas dari guru c. Terdapat siswa yang cenderung tidak mau mengerjakan tugas takut terhadap gurunya d. Terdapat siswa yang tidak mau mencoba hal baru dalam belajar takut akan mengalami kegagalan seperti sebelumnya e. Terdapat siswa yang pesimis dengan masa depannya dan malas untuk belajar.

9 3. Pembatasan Masalah Untuk lebih memperjelas arah dalam penelitian ini, selain karena keterbatasan kemampuan peneliti serta keterbatasan waktu, maka akan dibatasi pada Meningkatkan Kemampuan Berpikir Positif Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Ajaran 2015/2016. 4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalahnya adalah terdapat siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pringsewu yang memiliki kemampuan berfikir positif yang rendah. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : Apakah kemampuan berpikir positif dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Ajaran 2015/2016. B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir positif melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XII SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2015/2016.

10 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penulis berharap hasil penelitian ini nantinya akan bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang bimbingan dan konseling di Sekolah. Khususnya yang terkait dengan kontribusi positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang bimbingan dan konseling dan memperkaya kajian tentang peningkatan kemampuan berpikir positif melalui bimbingan kelompok yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai pedoman pada penelitian yang akan datang. b. Manfaat Praktis Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan berfikir positif dan penelitian ini diharapkan dapat menambahkan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang konseling yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan berpikir positif dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa. C. Ruang Lingkup Penelitian Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah:

11 1. Ruang lingkup objek Penelitian Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berfikir positif dalam belajar melalui penggunaan layanan bimbingan kelompok yang diberikan konselor sekolah. 2. Ruang lingkup subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Ajaran 2015/2016 3. Ruang lingkup wilayah Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 2 Pringsewu. 4. Ruang lingkup waktu Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2015/2016