PERBANDINGAN EFEKTIFITAS LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN CARIOCA EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN AGILITY PADA PEMAIN BULUTANGKIS PEMULA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH METODE LATIHAN DAN POWER TUNGKAI TERHADAP KELINCAHAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam

UJI SPSS. Shapiro-Wilk. Statistic df Sig. Statistic df Sig. Independent Samples Test. Levene's Test for Equality of t-test for Equality of Means

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak adalah bermain. Bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN HEXAGON DRILL DAN ZIGZAG RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA SEKOLAH SEPAK BOLA GUNTUR

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh lapisan masyarakat terutama kaum laki laki mulai dari anak-anak,

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu dari banyak cabang olahraga yang paling

BAB I PENDAHULUAN. secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Irianto, 2004).

Tisna Prasetya*, Made Darmada**, Citra Permana Dewi***

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan

2015 KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Bayu Puspayuda*,Made Darmada**, Putu Citra Permana Dewi***

Gde Ryan Saputra, Gede Doddy Tisna MS, Made Budiawan. Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Bab IV. Penelitian ini dilakukan pada pemain bola voli putra UNG yang berjumlah 12

Yan Indra Siregar. Abstrak

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2: , Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima

BAB I PENDAHULUAN. kesegaran jasmani dan berpengaruh pula pada peningkatan prestasi pada cabang

2015 PENGARUH BENTUK LATIHAN ENVELOPE RUN DAN LATIHAN BOOMERANG RUN DENGAN METODE LATIHAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PEMAIN SEPAK BOLA

PENGARUH LATIHAN PUSH-UP DAN LATIHAN BEBAN DUMBBEEL TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN JODAN TZUKI PADA KENSHI KEMPO DI DOJO TADULAKO JUMAIN

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia olahraga yang sedang naik daun/yang sedang menjadi favorite

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga. Olahraga adalah suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : 82 88, Desember 2015

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB.

Oleh: I Gede Agus Wirajaya Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola voli dalam perkembangan di zaman modern ini semakin

KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KECEPATAN TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

Journal of Sport Sciences and Fitness

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Kecepatan lari merupakan unsur kemampuan gerak yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. olahraga yang ada di dalam ruangan, dengan jumlah pemain yang relatif

Wiljiwianus Primus Wio Bei Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi STKIP Citra Bakti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Latihan ladder drill Terhadap kelincahan dan Power Tungkai

PENGARUH PELATIHAN DOWN THE LINE DRILL TERHADAP KELINCAHAN DAN POWER OTOT TUNGKAI

Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA PEMAIN SEPAKBOLA SSB BENGKULU USIA TAHUN

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan fungsionalnya (Giriwijoyo & Sidik, 2012). Menurut Wibowo et

THE EFFECT OF SKIPPING ROPE EXERCISE ON THE LEG MUSCLE POWER IN MEN S BASKETBALL PLAYERS EXTRACULICULAR SMA HANDAYANI

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN KOORDINASI DENGAN KECEPATAN DAN KETEPATAN SMASH DALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pengaruh Pelatihan Air Alert Menggunakan Metode Latihan Interval terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai

PENGARUH LATIHAN FORMASI BERPUSAT TERHADAP KETERAMPILAN SERVIS SEPAK TAKRAW

PENGARUH PERMAINAN OLAHRAGA TRADISIONAL MEGALA- GALA TERHADAP KEMAMPUAN KELINCAHAN MAHASISWA PUTRA FPOK SEMESTER VI KELAS A TAHUN 2015

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2, No.1 : 75 79, Agustus 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilaksanakan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif dengan teknik

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. Dari Ibnu Umar RA berkata: Rasulullah SAW memegang kedua pundak

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mencapai suatu tujuan. Menurut Surakhmad (1998: 121) menjelaskan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI JURNAL. Oleh RULIYADI S

BAB I PENDAHULUAN. sepakbola ini maka dibentuklah organisasi sepakbola dunia yaitu FIFA (Federation

PENGARUH PELATIHAN HOLLOW SPRINT TERHADAP KECEPATAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION (NMES) PADA STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT FLEKSOR WRIST PADA ATLET

Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3. Bagian Ilmu Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 4

PENGARUH LATIHAN KNEE-TUCK JUMP

INDONESIA PERFORMANCE JOURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA

THE EFFECT BOW JUMPS EXERCISE TOWARD EXPLOSIVE POWER OF LEG MUSCLE OF MUSTANK PEKANBARU VOLLEYBALL CLUB

PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS

PENGARUH LATIHAN FINDERS KEEPERS TERHADAP KECEPATAN LARI PADA ATLET ATLETIK KABUPATEN SIAK

Gambar 3.1.Desain Penelitian Sumber: Prof. Dr. Sugiyono

KOMBINASI LATIHAN EKSENTRIK M.GASTROCNEMIUS DAN LATIHAN PLYOMETRIC

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB IV METODE PENELITIAN. eksentric m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agilty pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (1990:3) dalam bukunya mengemukakan, permainan bola voly baru dapat di

Transkripsi:

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN CARIOCA EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN AGILITY PADA PEMAIN BULUTANGKIS PEMULA Bayu Sigit Gutomo (2012 66 125) Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta ABSTRAK Tujuan: Untuk mengetahui perbandingan efektifitas antara latihan Zig-zag run dengan latihan Carioca untuk meningkatkan agility pada pemain bulutangkis pemula. Metode: Penelitian ini bersifat eksperimental dengan bentuk 2 kelompok, dimana agility diukur dengan menggunakan T-test agility dengan menggunakan stopwatch dan empat buah cone, letakan dan bentuk empat buah cone tersebut menjadi huruf T. Sampel diminta untuk start dari titik A lalu ke titik B dengan lari sprint lalu ke titik C setelah itu ke titik D dengan shuffle run, kembali lagi ke titik B dan A dengan backpedal run. Sampel terdiri dari 34 orang dan berdasarkan rumus Poccock. Sampel dikelompokan menjadi 2 kelompok yang mana terdiri dari 17 orang, kelompok perlakuan I dengan latihan Zigzag run dan kelompok perlakuan II dengan latihan Carioca. Hasil: Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test didapatkan data berdistribusi normal sedangkan uji homogenitas dengan Levene s Test didapatkan data memiliki varian homogen. Hasil uji hipotesa pada kelompok perlakuan I dengan Paired Sample T-Test, didapatkan nilai peningkatan agility p=0,000 yang berarti pemberian latihan Zig-zag run efektif dalam meningkatkan agility. Pada kelompok perlakuan II, didapatkan nilai peningkatan agility p= 0,000 yang berarti pemberian latihan Carioca efektif dalam meningkatkan Agility. Pada hasil T-Test Independent menunjukan nilai peningkatan agility p=0,001 yang berarti ada perbandingan efektifitas antara latihan Zig-zag run dengan latihan Carioca untuk meningkatkan agility pada pemain bulutangkis pemula. Kesimpulan: ada perbandingan efektifitas antara latihan Zig-zag run dengan latihan Carioca untuk meningkatkan agility pada pemain bulutangkis pemula. Kata Kunci : Zig-zag run, carioca, agility, bulutangkis pemula. PENDAHULUAN Olahraga merupakan aktivitas yang dilakukan untuk melatih tubuh seseorang, yang tidak hanya berupa olahraga jasmani tetapi juga rohani. Baik olahraga jasmani maupun olahraga rohani sama-sama memberikan dampak positif bagi kesehatan tubuh kita. Olahraga bisa dilakukan secara individu, berlawanan dengan orang lain, dan juga berkelompok. Olahraga adalah aktivitas fisik yang memiliki tujuan tertentu dan dilakukan dengan aturanaturan tertentu secara sistematis seperti adanya aturan waktu, target denyut nadi, jumlah pengulangan dan lainlain (1).

Setiap jenis olahraga memiliki fungsi dan manfaat masing-masing bagi tubuh manusia. Rutin berolahraga juga harus diimbangi dengan rutin mengkonsumsi makanan sehat agar kesehatan tubuh terus terjaga. Ada banyak jenis olahraga yang bisa dijalani, ada yang berupa permainan, pertandingan, dan sebagainya. Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari di Indonesia, baik oleh kalangan ekonomi bawah sampai atas, laki-laki, perempuan, anak-anak sampai orang tua. Prestasi olahraga tidak terlepas dari unsur fisik, peningkatan kondisi fisik atlet bertujuan agar kemampuan fisik menjadi prima dan berguna menunjang aktivitas olahraga dalam rangka mencapai prestasi prima. Untuk mendapatkan prestasi yang tinggi, hendaknya ditunjang kondisi fisik seperti kelincahan, kecepatan, kekuatan, koordinasi, daya tahan, waktu reaksi, dan lain-lain. Komponen kondisi fisik meliputi: kekuatan (strength), kecepatan (speed), daya tahan (endurance), daya ledak otot (muscular explosive power), kelincahan (agility), keseimbangan (balance), kelentukan (flexibility), dan koordinasi (coordination). Diantara seluruh komponen kondisi fisik teknik dalam permainan bulutangkis yang akan dibahas di sini adalah kelincahan atau agility. Karena setiap pemain yang akan melakukan pukulan, mereka harus mengejar shuttlecocks dengan langkah kaki yang ringan dan lincah kesemua sudut lapangan, itulah yang menjadi fungsi agility terhadap pemain bulutangkis. Pada pemain bulutangkis pemula usia 17-22 tahun harusnya sudah mulai dilatih serta dibuatkan program untuk meningkatkan agility seorang pemain bulutangkis. Semakin dini seorang pemain bulutangkis dapat menguasai langkah kaki dengan kelincahan yang tinggi akan semakin baik dalam mengantisipasi shuttlecocks yang datang. Untuk dapat menguasai teknik langkah kaki yang baik, selain kondisi fisik, dibutuhkan pula kemampuan untuk mengontrol gerak bagian-bagian tubuh bawah maupun gerak tubuh secara keseluruhan, dengan kata lain dibutuhkan gerak otomatisasi yang baik untuk dapat melakukan langkah kaki dengan kelincahan tinggi (2). Tidak sedikit macam latihan yang di program untuk meningkatkan agility contohnya seperti carioca

exercise dan zig-zag run. Latihan zigzag run adalah suatu macam bentuk latihan yang dilakukan dengan gerakan berkelok-kelok melewati pembatas yang telah disiapkan, dengan tujuan untuk melatih kemampuan berubah arah dengan cepat (3). Tujuan latihan ini adalah untuk menguasai keterampilan lari, menghindari dari berbagai halangan baik orang maupun benda yang ada disekeliling (4). Latihan zig-zag run nantinya sangat membantu mereka bergerak dengan lincah, cepat, dan membalas pukulan dari lawan. Pada saat latihan zig-zag run ini, melibatkan berlari secara sprint yang akan membuat kontraksi eksentrikkosentrik oleh otot ekstensor yang dikenal dengan stretch-shortening cycle (SSC) yang akan menghasilkan kontraksi kosentrik lebih kuat dibandingkan dengan kontraksi kosentrik tanpa adanya gerakan eksentrik sebelumnya (5). Latihan ini dapat meningkatkan kecepatan konduktifitas saraf dan meningkatkan koordinasi neuromuskular yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan reaksi, hal ini akan membentuk suatu gerakan yang efektif dan efisien. Selain itu kekuatan merupakan salah satu faktor selain power dan daya koordinasi yang mempengaruhi kecepatan bergerak atlit sehingga akurasi dapat tercapai, karena semakin tinggi kekuatan otot dan power, kecepatan bergerak dan akurasi semakin meningkat. Dengan meningkatnya faktor yang mempengaruhi agility seperti koordinasi neuromuskular, kecepatan reaksi, kekuatan, fleksibilitas, kecepatan, dan keseimbangan hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan agility. Carioca atau Grapvines adalah latihan seperti side-to-side exercise dimana seseorang mengolah kaki menyilang dan berulang-ulang (6). Carioca menuntut koordinasi, keseimbangan dan juga tentunya kelincahan. Tujuan latihan carioca ini adalah dapat meningkatkan fleksibilitas hip, dapat mengubah arah gerakan serta olah kaki atau footwork dengan cepat dan lincah. Latihan Carioca dapat meningkatkan kecepatan reaksi, stabilisasi, kekuatan dan daya tahan otot, keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi neuromuskular, serta meningkatkan ruang lingkup sendi. Dalam latihan ini, otot-otot bekerja bersama untuk membentuk kekuatan

yang tujuannya akan meningkatkan pula komponen agility lainnya. Ketika tubuh bergerak secara efektif dan efisien, hal ini dapat mengurangi risiko terjadinya cidera serta meningkatkan kemampuan olahraga seperti kekuatan, kecepatan dan fungsional serta memberikan support pada tubuh. Dalam menilai agility yang telah diberikan pada kedua latihan tersebut di atas, maka untuk membuktikan apakah ada perbedaan efektifitas dari kedua latihan tersebut terhadap peningkatan agility yang dilakukan dengan metode T-test agility dengan alat ukur stopwatch dalam satuan detik atau second. T-test ialah alat ukur yang ditujukan untuk mengetes seberapa kelincahan seseorang dengan menggunakan empat kerucut (cone) berbentuk seperti huruf T, satu kerucut (cone) dengan jarak sepuluh meter, dua dan tiga kerucut (cone) dengan masingmasing jarak lima meter. Dengan ruang berlari yang cukup disekitarnya dan sebuah stopwatch. Pada aplikasi pengukuran ini dilakukan dengan menilai waktu yang ditempuh pada saat melakukan start sampai finish dengan menggunakan stopwatch. Cone letakan dan bentuk empat buah cone tersebut menjadi huruf T, sebutlah cone pertama sebagai titik A, lalu dari titik A ke titik B yang berjarak 9,14m dan terletak antara titik C dan D, dari titik B ke titik C maupun D berjarak 4,57m. Sampel diminta untuk start dari titik A lalu ke titik B lalu ke titik C setelah itu ke titik D kembali lagi ke titik B dan A dengan shuffle run. Tugas penguji adalah mecatat waktu hasil dari sampel tersebut. Jika hasil sudah didapat, maka kita bisa melihat skor dari sampel dan menilai dari score ratting table. METODE Sampel sebanyak 34 orang yang dipilih melalui pemberian quisioner dan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan yakni pemain bulutangkis pemula yang berusia 17-22 tahun. Pemilihan sampel dilakukan secara random dan dibagi kedalam 2 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 17 orang. Dimana kelompok perlakuan I diberikan latihan Zig-zag run dan kelompok perlakuan II diberikan latihan Carioca. Sebelum diberikan perlakuan, peneliti melakukan pengukuran tingkat agility dengan metode T-test agility

dengan alat ukur stopwatch dalam satuan detik atau second. Selanjutnya sampel diberikan perlakuan sebanyak 18 kali dengan frekuensi tiga kali seminggu selama enam minggu. Kemudian dilakukan pengukuran tingkat agility dengan metode T-test agility dengan alat ukur stopwatch dalam satuan detik atau second pada minggu terakhir latihan, hal ini dilakukan untuk menentukan tingkat keberhasilan dari perlakuan yang telah diberikan. Tabel 1: Desain latihan Zig-zag run Minggu Frekuensi Set Waktu Repetisi Istirahat 1 3x1 minggu 3 set 1 menit 8 kali 2 menit 2 3 x 1 minggu 3 set 1 menit 8 kali 2 menit 3 3 x 1 minggu 3 set 1 menit 10 kali 2 menit 4 3 x 1 minggu 3 set 1 menit 10 kali 2 menit 5 3 x 1 minggu 3 set 1 menit 12 kali 2 menit 6 3 x 1 minggu 3 set 1 menit 12 kali 2 menit Tabel 2: Desain latihan Carioca Minggu Frekuensi Set Waktu Repetisi Istirahat 1 3x1 minggu 3 set 1 menit 8 kali 2 menit 2 3x1 minggu 3 set 1 menit 8 kali 2 menit 3 3x1 minggu 3 set 1 menit 10 kali 2 menit 4 3x1 minggu 3 set 1 menit 10 kali 2 menit 5 3x1 minggu 3 set 1 menit 12 kali 2 menit 6 3x1 minggu 3 set 1 menit 12 kali 2 menit

HASIL Pengukuran tingkat agility dengan metode T-test agility dengan alat ukur stopwatch dalam satuan detik atau second pada saat sebelum dan sesudah diberikan latihan Zig-zag run Tabel 3: Nilai tingkat agility kelompok perlakuan I Sampel Latihan Zig-zag run Sebelum Sesudah Selisih 1 13.36 11.06 2.3 2 12.86 11.02 1.84 3 12.23 10.42 1.81 4 12.12 10.86 1.26 5 11.42 10.32 1.1 6 12.23 11.02 1.21 7 11.92 10.56 1.36 8 13.4 10.22 3.18 9 12.73 10.42 2.31 10 13.05 11.1 1.95 11 13.7 11.21 2.49 12 12.94 11.46 1.48 13 11.15 9.54 1.61 14 12.79 10.72 2.07 15 11.72 11.07 0.65 16 13.54 11.26 2.28 17 11.86 10.41 1.45 Mean SD 12.5306 0.76858 10.7453 0.48442 1.7853 0.61853 Berdasarkan tabel 3 di atas, data peningkatan agility pada kelompok perlakuan I sebelum diberikan latihan didapatkan nilai mean 12.5306±0.76858, sedangkan nilai akhir sesudah latihan didapatkan nilai mean 10.7453±0.48442. Data tersebut menandakan bahwa terjadi penurunan waktu pada saat T-test agility sebelum dan sesudah perlakuan yang berarti bahwa agility meningkat.

Grafik 1: Nilai tingkat agility kelompok perlakuan I 15 Zig-zag run 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Sebelum Sesudah Sumber: Data Pribadi Pengukuran tingkat agility dengan metode T-test agility dengan alat ukur stopwatch dalam satuan detik atau second pada saat sebelum dan sesudah diberikan latihan Carioca. Tabel 4: Nilai tingkat agility kelompok perlakuan II Sampel Latihan Carioca Sebelum Sesudah Selisih 1 12.56 11.02 1.54 2 11.84 10.86 0.98 3 11.76 11.71 0.05 4 13.08 11.41 1.67 5 13.42 12.81 0.61 6 12.72 11.46 1.26 7 12.15 10.89 1.26 8 13.42 12.02 1.4 9 12.24 10.46 1.78 10 11.78 11.02 0.76 11 12.87 11.47 1.4 12 12.06 11.57 0.49 13 11.08 10.02 1.06 14 14.02 13.06 0.96 15 11.64 10.48 1.16 16 11.72 10.28 1.44 17 12.03 10.74 1.29 Mean SD 12.3759 0.78011 11.2518 0.83115 1.1241 0.44885 Berdasarkan data dari tabel 4 di atas, data peningkatan agility kelompok perlakuan II sebelum diberikan latihan didapatkan nilai mean 12.3759±0.78011

sedangkan nilai akhir sesudah latihan waktu pada saat T-test agility sebelum didapatkan nilai mean dan sesudah perlakuan yang berarti 11.2518±0.83115. Data tersebut bahwa agility meningkat. menandakan bahwa terjadi penurunan Grafik 2: Nilai tingkat agility kelompok perlakuan II 20 Carioca 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Sebelum Sesudah Adapun selisih pada nilai agility terhadap kelompok perlakuan I dan kelompok II, dapat deilihat pada table 5 berikut: Tabel 5: Selisih Peningkatan Agility pada Perlakuan I dan Perlakuan II Sampel Selisih Nilai Agility Perlakuan I Perlakuan II 1 2.3 1.54 2 1.84 0.98 3 1.81 0.05 4 1.26 1.67 5 1.1 0.61 6 1.21 1.26 7 1.36 1.26 8 3.18 1.4 9 2.31 1.78 10 1.95 0.76 11 2.49 1.4 12 1.48 0.49 13 1.61 1.06 14 2.07 0.96 15 0.65 1.16 16 2.28 1.44 17 1.45 1.29 Mean 1.7853 1.1241 SD 0.61853 0.44885 Sumber: Data Pribadi

Berdasarkan tabel 5 di atas, perbandingan nilai rata-rata selisih yang didapat dari kelompok perlakuan I dengan nilai 1.7853, sedangkan nilai rata-rata selisih yang didapat kelompok perlakuan II dengan nilai 1.1241. Sehingga terlihat adanya peningkatan disetiap masing-masing kelompok, tetapi dari hasil peningkatan agility nilai rata-rata perbedaan selisih terbesar pada kelompok perlakuan I dengan nilai 1.7853. Grafik 3: Selisih Mean Peningkatan Agility pada Perlakuan I dan Perlakuan II 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 Sebelum Sesudah Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II Sumber: Data Pribadi Untuk mengetahui apakah pada awal penelitian antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II ada peningkatan agility, maka peneliti melakukan uji normalitas dan antara dua kelompok perlakuan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk Test. Sedangkan untuk mengetahui homogenitas varian dari kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II, maka dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene s Test.

Perlakuan Tabel 6: Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov Test dan uji homogenitas Levene s Test Kolmogorov-Smirnov test Levene s Test p-value Keterangan p-value Keterangan Sebelum 1 0.200 Normal 0.564 Homogen Sesudah 1 0.124 Normal Sebelum 2 0.200 Normal Sesudah 2 0.200 Normal Selisih 1 0.200 Normal Selisih 2 0.200 Normal Sumber: Data Pribadi Berdasarkan tabel 6 didapat p- value kelompok perlakuan I adalah 0.200 dimana sampel berdistribusi normal, dan p-value kelompok perlakuan II adalah 0.200 dimana sampel berdistribusi normal. Dan p- value pada uji Levene s Test adalah 0.564 dimana sampel homogen. Uji hipotesis pada kelompok perlakuan I dengan Paired Sample T- Test. Dengan ketentuan hasil pengujian Tabel 7: Uji Hipotesis I hipotesis sebagai berikut, Ho diterima jika nilai p > α (0,05) dan Ho ditolak jika nilai p < α (0,05). Adapun hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: Ho : Tidak ada perbedaan tingkat agility pemain bulutangkis pemula sebelum dan sesudah latihan Zig-zag run. Ha : Ada perbedaan tingkat agility pemain bulutangkis pemula sebelum dan sesudah latihan Zig-zag run. Variabel Mean ± SD P-value Sebelum 12.5306 ± 0.76858 Sesudah 10.7453 ± 0.48442 0.000 Berdasarkan dari tabel 7 diatas, berdasarkan hasil T-test Of Related dari data tersebut didapatkan nilai p = 0.000 dimana p < 0,05 hal ini berarti Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan agility yang signifikan pada latihan Zig-zag run. Uji hipotesis pada kelompok perlakuan II dengan Paired Sample T- Test. Dengan ketentuan hasil pengujian hipotesis sebagai berikut, Ho diterima

jika nilai p > α (0,05) dan Ho ditolak Ha : Ada perbedaan tingkat agility jika nilai p < α (0,05). Adapun hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: pemain bulutangkis pemula sebelum dan sesudah latihan Carioca. Ho : Tidak ada perbedaan tingkat agility pemain bulutangkis pemula sebelum dan sesudah latihan Carioca Tabel 8: Uji Hipotesis II Variabel Mean ± SD P-value Sebelum 12.3759 ± 0.78011 Sesudah 11.2518 ± 0.83115 0.000 Berdasarkan data dari tabel 8 di atas, didapatkan hasil uji related t-test menunjukan bahwa p-value 0.000 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan agility yang signifikan pada latihan Carioca. Uji hipotesis III untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel independent yang berdistribusi normal, atau mencari beda antara dua kelompok perlakuan I dengan kelompok perlakuan II menggunakan uji T-test Independent. Dengan ketentuan hasil pengujian hipotesis Ho diterima jika nilai p > α (0,05) dan Ho ditolak jika nilai p < α (0,05). Adapun hipotesis yang ditegakkan adalah : Ho : Tidak ada perbedaan efektifitas antara latihan Zig-zag run dan latihan carioca terhadap peningkatan agility pemain bulutangkis pemula. Ha : Ada perbedaan efektifitas antara latihan Zig-zag run dan latihan carioca terhadap peningkatan agility pemain bulutangkis pemula. Tabel 9: Uji Hipotesis III Variabel Mean ± SD P-value Keterangan Selisih I 1.7853 ± 0.61853 Selisih II 1.1241 ± 0.44885 0.001 Ho ditolak

Berdasarkan tabel 9 di atas, dengan sampel masing-masing kelompok perlakuan berjumlah 17 orang, pada kelompok perlakuan I, mean selisih latihan sebesar 1.7853±0.61853 dan pada kelompok perlakuan II mean sebesar 1.1241±0.44885. Pada hasil T-test Independent didapat p-value = 0,001 Ho ditolak (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan efektifitas antara latihan Zig-zag run dan latihan carioca terhadap peningkatan agility pemain bulutangkis pemula. PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian ini peneliti membuktikan bahwa ada perbedaan efektifitas antara latihan Zig-zag run dan latihan carioca terhadap peningkatan agility pemain bulutangkis pemula. Dalam penelitian ini sampel di bagi menjadi dua kelompok perlakuan yaitu kelompok perlakuan I dengan latihan Zig-zag run dan kelompok perlakuan II dengan latihan carioca. Hasil uji hipotesis III melalui uji T-test Independent hasil setelah latihan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II diperoleh p-value =0.001 (<0,05), yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan efektifitas antara latihan Zig-zag run dan latihan carioca terhadap peningkatan agility pemain bulutangkis pemula. Setelah diberikan latihan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Dengan masing-masing kelompok sampel yang berbeda dan tingkat yang berbeda pula, hal ini berkaitan dengan tingkat usia, tinggi badan, berat badan serta aktivitas sampel yang berbeda-beda. Dari semua sampel dari tiap kelompok pada minggu ke 6 hasil pengukuran menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini menyebabkan ketika diberikan latihan, maka akan lebih mudah beradaptasi, sehingga terjadi peningkatan koordinasi intermuscular, peningkatan kekuatan otot-otot tungkai (peningkatan power) pada latihan Zigzag run akan menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan, daya ledak dan stabilitas pada tungkai. Sehingga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan yang lebih tinggi. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan peningkatan agility pada pemain bulutangkis pemula antara kelompok

perlakuan I yang diberikan latihan Zigzag run dan kelompok perlakuan II yang diberikan latihan Carioca. Dimana pemberian latihan Zig-zag run berpengaruh lebih besar daripada latihan Carioca terhadap peningkatan agility pada pemain bulutangkis pemula. Hal ini berdasarkan tabel 5 dengan statistik deskriptif dengan nilai mean untuk nilai selisih peningkatan agility pada kelompok perlakuan I 1.7853 dengan standar deviasi 0.61853 dan nilai mean untuk nilai selisih peningkatan agility kelompok perlakuan II 1.1241 dengan standar deviasi 0.44885. Hal tersebut di akibatkan karena carioca exercise merupakan latihan yang kurang populer dan memiliki gerakan yang sulit, sehingga sampel harus mahir untuk melakukan gerakan tersebut, karena apabila melakukan gerakan yang salah maka hasil yang di dapatkan akan kurang maksimal. Namun secara keseluruhan dengan terjadinya peningkatan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II, hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan performa atau kemampuan untuk bermain bulutangkis. Sehingga pada akhir penelitian ini terlihat bahwa terdapat perbedaan nilai yang bermakna antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Berdasarkan hasil yang peningkatan agility yang diperoleh dari kedua kelompok tersebut, memiliki perbedaan hasil dengan nilai p = 0.001(p<0,05). KESIMPULAN Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan yaitu ada perbedaan efektifitas antara latihan Zig-zag run dan latihan carioca terhadap peningkatan agility pemain bulutangkis pemula. REFERENSI 1. Lesmana, Syahmirza Indra. 2011. Fisikal Training, dalam Mata Kuliah Gizi Olahraga. 2. Eklund, R. C, et al. 2007. The Psychosocial Aspect of a Return to Sport Following Serious Injury. Psychology of Sport and Exercise. 3. Sajoto. 2002. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan kondisi fisik. Semarang: Effhar dan Dahara Prize. 4. Saputra. 2002. Tujuan Latihan Lari Zig-zag. Depdiknas. Jakarta. 5. Hennessy L, Kilty J. 2001. Relationship of the stretchshortening cycle to spring performance in trained female

athletes. Journal of Strength and Conditioning Research. 6. Araújo M. de, 2004. Textos e cotextos, Nossa Historia, Rio de Janeiro.