1.1 LATAR BELAKANG Kabupaten Pacitan merupakan bagian dari Koridor Tengah di Pantai Selatan Jawa yang wilayahnya membentang sepanjang pantai Selatan Pulau Jawa. Berdasarkan sistem ekonomi, geokultural dan keterkaitan sistem kota-kota, Koridor Pantai Selatan Jawa dikelompokkan menjadi 3 koridor utama yaitu Koridor Barat (Pandeglang - Lebak, Sukabumi - Tasikmalaya, Ciamis - Cilacap), Koridor Tengah (Kebumen - Bantul, Gunungkidul - Pacitan) dan Koridor Timur (Trenggalek - Tulungagung, Blitar-Malang, Lumajang Jember, serta Bunyuwangi). Ditinjau dari sistem kota-kota untuk Provinsi Jawa Timur berdasarkan RTRW Provinsi Jawa Timur 2005-2020, Kabupaten Pacitan termasuk pada hirarki III, yang dalam pengembangannya diarahkan untuk pertanian tanaman pangan, perkebunan, industri pengolahan, agro industri, pariwisata pantai selatan, hutan produksi dan pertambangan golongan C. Sedangkan berdasarkan RTRW Nasional 2008-2027, yang ditetapkan pada tahun 2008, Kabupaten Pacitan termasuk pada Tahap Pengembangan II (II/C/2) yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Pengembangan Baru di sistem kota-kota di Indonesia. Dengan penetapan Kabupaten Pacitan sebagai PKW, maka perlu adanya revitalisasi dan percepatan pengembangan kabupaten Pacitan sebagai salah satu kota pusat pertumbuhan skala nasional. Namun demikian, saat ini Kabupaten Pacitan memiliki keterlambatan pertumbuhan yang diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor karakteristik wilayah di Kabupaten Pacitan yang sebagian besar (85% dari luas wilayah) berupa perbukitan dan merupakan kawasan ekokarst sehingga harus dikendalikan secara ketat. Selain itu, terbatasnya ketersediaan jaringan jalan dan air bersih juga menjadi kendala dalam pengembangan wilayah Kabupaten Pacitan. Untuk memacu pertumbuhan dan pengembangan wilayah Pacitan atau kawasan yang lebih intensif diperlukan konsep/strategi yang tepat, salah satunya dengan memacu dan mengoptimalkan pertumbuhan kawasan-kawasan yang mempunyai prospek untuk dikembangkan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, kemudian agar adanya kepastian hukum dalam hal pemanfaatan ruang, yang juga diharapkan mampu merangsang partisipasi masyarakat (investor) untuk melakukan investasi di Kota/ Kecamatan, maka perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan sebagai wujud ruang wilayah kabupaten yang dapat digunakan sebagai acuan 1-1 oleh para pelaku pembangunan dalam mengembangkan Kabupaten Pacitan. Berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007, disebutkan bahwa rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) disusun dengan hirarki dimana RTRW Kabupaten merupakan bagian dari RTRW Provinsi, dan RTRW Nasional. Adapun RTRW Kabupaten merupakan pedoman untuk: 1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah daerah; 2. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten; 3. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor; 4. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; 5. Penataan ruang kawasan strategis kabupaten. Sebagaimana disebut dalam Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 pasal 26 ayat (7) bahwa RTRW Kabupaten ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten, maka materi teknis ini merupakan bagian penting sebagai lampiran perda tentang RTRW Kabupaten Pacitan. 1.2 AZAS Penyusunan RTRW Kabupaten ini didasarkan pada asas keterpaduan; keserasian, keselarasan, keseimbangan; keberlanjutan; keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; perlindungan kepentingan umum; kepastian hukum dan keadilan; dan akuntabilitas. 1.3 VISI DAN MISI Kabupaten Pacitan sebagai bagian dari wilayah selatan Jawa, merupakan wilayah yang harus didorong pembangunannya, namun demikian hendaknya tetap dalam koridor untuk mempertahankan kawasan lindung dan mempertahankan sumbersumber air dan daerah resapannya untuk menjaga ketersediaan air sepanjang tahun. Visi penataan ruang wilayah sebagai bagian dari perencanaan strategik pembangunan merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan suatu pemerintahan, dan sejalan dengan visi pengembangan Kabupaten Pacitan, yaitu: "Pacitan Aman Damai, Adil Sejahtera dan Berakhlak Mulia".
Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang dapat ditempuh untuk mewujudkan visi. Untuk mewujudkan visi maka ditetapkan misi sebagai berikut: 6. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Pacitan; 7. hak, kewajiban, dan peran serta masyarakat. 1. Penataan kembali kawasan lindung diseluruh wilayah Kabupaten Pacitan 2. Percepatan pembangunan disegala bidang sesuai kaidahkaidah pembangunan daerah. 3. Keseimbangan pertumbuhan wilayah dan ekonomi di seluruh wilayah berdasarkan potensi daerah masing-masing. 4. Optimalisasi sumberdaya manusia dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan wilayah 5. Administrasi publik yang berjalan berdasarkan prinsip-prinsip good governance dan clean goverment. 6. Pemeliharaan komitmen semua pihak dalam kerangka membangun Sejuta Pesona Pacitan. 7. Terciptanya iklim kondusif dan kepastian hukum dalam upaya meningkatkan daya tarik investasi. 1.4 TUJUAN Tujuan penyelenggaraan penataan ruang Kabupaten Pacitan adalah: 1. mewujudkan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi terutama pariwisata, pertanian, dan kelautan sesuai dengan visi dan misi Kabupaten Pacitan; 2. mewujudkan perlindungan terhadap wilayah yang termasuk kedalam golongan kawasan lindung; 3. mewujudkan rencana pembangunan yang komprehensif guna mendukung fungsi Kabupaten Pacitan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah; 4. mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. 1.5.2 RUANG LINGKUP WILAYAH Ruang lingkup wilayah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan meliputi ruang darat, laut, udara, dan ruang di dalam bumi seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan. Adapun wilayah administrasi setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka di Kabupaten Pacitan telah terjadi pengembangan wilayah terutama di desa yang mana terjadi pemekaran desa berjumlah 7 (tujuh) desa. Hal ini mengakibatkan perubahan wilayah administrasi Kabupaten Pacitan dari sebelumnya 12 Kecamatan, 5 kelurahan dan 159 desa menjadi 12 kecamatan, 5 kelurahan dan 166 desa (total 171 Desa/Kelurahan) dengan letak geografis berada antara 110º 55-111º 25 Bujur timur dan 7º 55-8º 17 Lintang Selatan. Adapun batas-batas administrasi dari Kabupaten Pacitan: - sebelah Timur : Kabupaten Trenggalek - sebelah Selatan : Samudera Indonesia - sebelah Barat : Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) - sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo Lebih jelasnya dapat dilihat pada peta administrasi Kabupaten Pacitan. 1.5.3 RUANG LINGKUP WAKTU Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan adalah 20 (dua puluh) tahun, terhitung sejak penetapan menjadi Peraturan Daerah. 1.5 RUANG LINGKUP 1.5.1 RUANG LINGKUP MATERI Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan mencakup: 1. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Pacitan; 2. rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Pacitan; 3. rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pacitan; 4. penetapan kawasan strategis di Kabupaten Pacitan; 5. arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Pacitan; 1.6 KETENTUAN UMUM Beberapa pengertian dasar dalam RTRW Kabupaten ini adalah: 1. Daerah adalah Kabupaten Pacitan. 2. Kepala Daerah adalah Bupati Pacitan. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati Pacitan dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Pacitan. 1-2
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. 6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. 7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. 8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 10. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan Tahun 2009-2028 yang selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten Pacitan Tahun 2009-2028 adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan yang mengatur struktur ruang dan pola ruang wilayah Kabupaten Pacitan. 11. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. 12. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang. 13. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. 14. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 15. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 16. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. 17. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. 18. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. 19. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. 20. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. 21. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah. 22. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. 23. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah wilayah yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. 24. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah pusat pelayanan yang melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa/kelurahan. 25. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat pelayanan yang melayani kegiatan skala desa/kelurahan atau beberapa kampung. 26. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung dan budidaya. 27. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. 28. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. 29. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 30. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. 31. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan 1-3
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 32. Kawasan strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. 33. Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budi daya, baik di ruang darat maupun ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya. 34. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan. 35. Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang berpotensi menerima resiko ancaman dan gangguan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 36. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. 37. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 38. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi. 39. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang penataan ruang. 1.7 DASAR HUKUM Penyusunan RTRW Kabupaten Pacitan telah mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku, termasuk RTRW Nasional dan Provinsi, Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang serta RPJP Kabupaten. Adapun landasn hukum yang digunakan didalam penyusunan RTRW ini adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 9); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274); 4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); 5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470); 6. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); 7. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4169); 8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247); 9. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4327); 10. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 12. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421). 1-4
Peta 1. 1 Wilayah Perencanaan 13. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5073); 14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 15. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4444); 16. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725); 17. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4739); 1-5
18. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4849); 19. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4851); 20. Undang-undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 21. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4959); 22. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4966); 23. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5025); 24. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5052); 25. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5058); 26. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059); 27. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5068); 28. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3445); 29. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3530); 30. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata cara Peranserta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660); 31. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3747); 32. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3776); 33. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838); 34. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara 3934); 35. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan; 36. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4161) ; 37. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4242); 38. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4385); 39. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara 4453) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5056); 40. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); 41. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4624); 1-6
42. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4655); Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006; 55. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan 43. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional; Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, 56. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor Pemerintah Daerah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah 01.P/47/MPE/1992 tentang Ruang Bebas Saluran Udara Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 87, Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); Tinggi (SUTET); 44. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan 57. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor Usaha Panas Bumi (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 132, 1456.K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4777); Karst; 45. Perturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, 58. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi 1457.K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi; Negara Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817); 59. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; 46. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4833); 60. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 47. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4859); Hidup (AMDAL); 61. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan; 48. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara Tahun 62. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5004); 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi; 49. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5070); 63. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); 50. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5110); 64. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 11 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi; 51. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5111); 52. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 65. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah; 66. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang 53. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 2009; Kabupaten/Kota, beserta Rencana Rincinya; 54. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan 67. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; 1-7
68. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Hutan di Jawa Timur; 69. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur 2005-2020; 70. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Propinsi Jawa Timur; 71. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025; 72. Peraturan Gubernur Propinsi Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2006 tentang Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional Provinsi Jawa Timur. 1.8 SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menguraikan beberapa substansi seperti latar belakang; azas; visi dan misi; tujuan; ruang lingkup materi, wilayah, waktu; ketentuan umum; dasar hukum; serta sistematika pembahasan. BAB 2 POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH Bab ini menjelaskan beberapa potensi, masalah serta prospek yang ada di Kabupaten Pacitan. Adapun materi yang jelaskan adalah potensi dan masalah struktur ruang; pola ruang; kawasan strategis; prasarana wilayah; serta penataan ruang darat, laut, udara, dan ruang dalam bumi. BAB 3 TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN Bab ini membahas mengenai tujuan; kebijakan dan strategi struktur ruang wilayah; kebijakan dan strategi pola ruang wilayah; kebijakan dan strategi kawasan strategis; kebijakan dan strategi wilayah pesisir dan pulaupulau kecil; serta kebijakan dan strategi ruang darat, ruang laut, ruang udara dan ruang dalam bumi; kebijakan dan strategi berdasarkan kebijakan makro. BAB 4 RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN Bab ini mencakup berbagai rencana struktur ruang Kabupaten Pacitan, yang terdiri atas rencana sistem BAB 5 BAB 6 BAB 7 BAB 8 perkotaan yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah yang terdiri dari rencana pengembangan sistem jaringan transportasi, listrik dan sumber daya energi lainnya, jaringan telekomunikasi, jaringan sumber daya air, dan sistem prasarana lainnya. RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN Memuat pembahasan mengenai penetapan dan pengelolaan kawasan lindung yang terdiri dari kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung lainnya. Disamping itu juga dibahas mengenai penetapan dan pengelolaan kawasan budidaya yang terdiri dari kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan ruang terbuka hijau, serta kawasan peruntukan lainnya yaitu kawasan andalan dan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Pangkalan Udara TNI AU Iswahyudi. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN Bab ini membahas mengenai kriteria, penetapan, perencanaan, dan pengelolaan kawasan strategis di Kabupaten Pacitan yang terdiri dari kawasan strategis sosio-kultural (kawasan pariwisata), kawasan strategis ekonomi (kawasan agropolitan), kawasan strategis teknologi tinggi (kawasan PLTU). ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN Bab ini berisi mengenai kebijakan strategis operasional tata ruang wilayah; prioritas dan tahapan pembangunan; optimalisasi aset; dan arahan pemanfaatan ruang wilayah (ruang darat, laut, udara dan ruang dalam bumi). KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN Bab ini mencakup arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang berupa peraturan zonasi, perizinan, insentif dan disinsentif, arahan sanksi; pengawasan 1-8
pemanfaatan ruang; dan mekanisme pengelolaan tata ruang. BAB 9 BAB 10 HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN SERTA MASYARAKAT Bab ini menguraikan tentang pentingnya peran serta masyarakat dalam penataan ruang yang dijabarkan dalam pembahasan berupa hak, kewajiban, peran serta masyarakat, kendala dalam peran serta masyarakat dan pembinaan peran serta masyarakat. PENUTUP Berisi pembahasan mengenai kesimpulan dan rekomendasi. 1-9