1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

mengembangkan potensi diri mereka melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu, pendidikan. potensi diri yang dilakukan melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan dirumuskan sesuai dengan Undang-Undang No. 20. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah masalah penting keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu tempat untuk mengembangkan dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan kurikulum pada awal kemerdekaan di tahun 1946 sampai sekarang, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

I. PENDAHULUAN. karena kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sis tem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003). Sehingga dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengubah tingkah laku kearah yang lebih baik. Pendidikan juga dapat mencetak manusia menjadi sumber daya manusia yang handal dan terampil dibidangnya. Persoalan pendidikan berkaitan dengan rendahnya ketersediaan sarana belajar dan hasil pembelajaran. Persoalan tersebut salah satunya disebabkan oleh rendahnya kreativitas dan dedikasi guru dalam menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan hasil yang ingin

2 dicapai dalam proses pembelajaran. Secara prinsip kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup manusia. (Permendikbud 81A Tahun 2013). Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dihadapkan dengan persoalan kurikulum, persoalan tersebut berkenaan dengan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013. Proses pembelajaran KTSP menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dalam pembelajaran Kurikulum 2013 implementasikan pendekatan saintifik akan ditekankan pada ranah sikap (afektif). Agar dapat mengukur ketercapaian ranah afektif (sikap), guru dapat melakukan penilaian melalui observasi, jurnal, penilaian diri, dan penilaian teman sebaya. Penggunaan strategi pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian hasil yang telah dirancang yang nantinya akan menghasilkan output yang mandiri, bertanggungjawab, disiplin, santun, kerjasama, toleran, dan jujur. Pembelajaran dilakukan dengan tahapan-tahapan yaitu tahapan perencanaan, tahapan pembuatan perangkat pembelajaran termasuk memilih pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran serta tahapan evaluasi. Tahapantahapan pembelajaran tersebut saling berkaitan sehingga tidak dapat berdiri

3 sendiri. Pemilihan model-model pembelajaran yang tepat akan sangat mendukung ketercapaian hasil belajar yang ditekankan ke ranah afektif (sikap) di dalam implementasi Kurikulum 2013. Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru bidang studi IPS Terpadu di SMP Kartikatama Metro, model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran IPS Terpadu adalah metode langsung sedangkan metode belajar kelompok merupakan salah satu variasi dalam proses pembelajaran. Pencapaian hasil belajar pada implementasi Kurikulum 2013 lebih ditekankan kedalam ranah afektif (sikap). Penilaian pencapaian ranah afektif dapat dilakukan oleh guru melalui lembar observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya dan jurnal. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan dan pembelajaran kepada siswa, guru bisa memasukan sisi-sisi sikap yang baik baik kepada peserta didik sebagai contoh kecil, guru mencontohkan kepada siswa bagaimana cara bertutur kata yang baik dan sopan kepada teman sekelompoknya pada saat pembelajaran dan persentasi serta saling bekerjasama antar teman sehingga antara murid dengan yang lain akan peduli dengan teman sekelompoknya. Penilaian sikap sosial siswa selama proses pembelajaran dapat dilakukan oleh guru melalui observasi di dalam kelas pada setiap kali pertemuan. Pencapaian hasil belajar ekonomi kelas VII di SMP Kartikatama Metro dalam ranah afektif dapat ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Penilaian Sikap pertemuan ke-16 Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Terpadu kelas VII SMP Kartikatama Metro Sikap Sosial Tanggung Jawab Jujur Peduli Kerjasama Kelas Jml S K C B B K C B S B K C B S B K C B S B VII A 18 11 22 7 21 9 18 11 29 VII B 17 13 15 15 13 17 15 12 3 30 VII C 16 14 20 10 17 13 14 14 2 30 VII D 20 10 14 16 14 16 18 10 2 30 VII E 18 10 17 11 14 14 17 11 28 Persent ase 61 39 60 40 54 46 56 39 5 147 4 Sikap Sosial Kelas Santun Percaya Diri Disiplin Jml K C B SB K C B SB K C B SB VII A 10 19 19 7 3 3 18 9 29 VII B 16 12 2 15 10 5 2 11 17 30 VII C 12 15 3 2 13 9 6 2 14 14 30 VII D 16 14 2 13 12 3 4 13 13 30 VII E 15 13 3 15 10 5 11 12 28 Persent ase 47 49 4 5 51 32 12 11 45 44 147 Sumber: Guru mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII SMPKartikatama Metro Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai sikap sosial siswa tergolong rendah. Hal ini terlihat dari persentasi jumlah siswa yang memiliki kriteria tanggung jawab cukup lebih besar yaitu 61% dibanding dengan jumlah siswa yang memiliki kriteria tanggung jawab baik yang hanya 39%. Begitu pula dengan sikap Jujur, siswa yang memiliki kriteria sikap jujur cukup memiliki persentasi 60%, lebih besar dibanding dengan siswa yang memiliki kriteria sikap jujur baik. Hal serupa juga terjadi pada penilaian sikap kerjasama, percaya diri, santun dan disiplin. Pada sikap kerjasama siswa yang memiliki kriteria kerjasama cukup memilik persentasi 56% dan siswa yang memiliki kriteria kerjasama baik 39% jumlah ini lebih sedikit dibanding dengan siswa yang memiliki kriteria cukup dan ada bebarapa siswa yang telah mencapai kriteria sangat baik yaitu sebesar 5%. Sedangkan pada

5 evaluasi sikap sosial santun siswa yang memiliki kriteria cukup jumlahnya pun lebih besar dibanding siswa yang telah mencapai kriteria baik. Dengan memperhatikan Tabel 1 dapat diamati bahwa semua aspek sikap sosial siswa masih pada kategori cukup, walaupun rasa percaya diri dan disiplin ada beberapa siswa yang sikapnya kurang. Berdasarkan keadaan tersebut, pencapaian evaluasi sikap siswa didominasi pada kriteria cukup saja, bahkan masih dijumpai dibeberapa sikap yang masih masuk ke dalam kategori kurang, misal pada pencapaian sikap percaya diri dan disiplin yaitu sebesar 5% dan 11%. Hal ini menunjukan bahwa pencapaian penilaian sikap dalam proses pembelajaran harus lebih ditekankan dan ditingkatkan lagi, agar siswa memiliki karakter dan kepribadian yang unggul serta mampu berinteraksi dengan lingkungan sosial. Siswa merasa bosan di kelas karena kondisi belajar mengajar yang masih monoton. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang antusias mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Pembelajaran yang diterapkan guru di kelas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Penerapan model pembelajaran yang tidak tepat mengakibatkan kurangnya minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang sering dihadapi oleh peserta didik. Kurang ketercapaiannya tujuan pembelajaran salah satunya disebabkan oleh penggunaan model dan metode pembelajaran yang kurang efektif. Keadaan ini dapat dilihat dari metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode langsung

atau metode ceramah. Metode ceramah banyak digunakan oleh pengajar di SMP Kartikatama Metro, termasuk mata pelajaran IPS Terpadu. 6 Metode ceramah dianggap lebih sederhana dan mudah dilaksanakan, walaupun memiliki banyak kelemahan. Pada metode langsung, pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Pembelajaran techer centered membuat siswa pasif karena dalam kegiatan pembelajaran siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampiakan oleh guru. Selain itu metode ini juga dianggap membosankan. Jika metode langsung digunakan secara terus menerus, dikhawatirkan dapat menghambat kreativitas siswa yang nantinya berdampak pada kurangnya sikap sosial siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan keadaan tersebut, untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa yang berdampak pada semakin tumbuhnya sikap sosial siswa selama proses pembelajaran maka digunakan metode pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan hasil belajar dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih menarik, mengedepankan partisipasi serta keaktifan siswa. Dua model pembelajaran yang diduga sesuai untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran Two Stay Two Stray atau Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan

kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi. 7 Model pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share (TPS) berguna untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah atau menyelesaikan tugas dengan duduk berpasangan antara kelompok mereka, diarahkan berfikir menuju sebuah jawaban pada pasangan mereka, kemudian teman mereka mencapai kesepakatan pada sebuah jawaban dan disampaikan di depan kelas. Penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray dan Think Pair Share akan membuat siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Secara mental maupun fisik siswa terlibat dalam memecahkan dan menggali informasi untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hal tersebut, siswa akan terbiasa bersikap teliti, ulet, objektif/jujur, kreatif, aktif dan menghormati pendapat orang lain. Kedua model pembelajaran tersebut, masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan serta memiliki langkah yang berbeda. Untuk mengetahui model pembelajaran yang tepat sehingga dapat diterapkan pada pembelajaran IPS Terpadu dan memperoleh sikap sosial yang diharapkan, penulis berkeinginan menerapkan kedua model pembelajaran tersebut dikelas penelitian dan melihat hasil belajar IPS Terpadu serta sikap sosial siswa SMP Kartikatama Metro kemudian membandingkan. Model pembelajaran TSTS atau model pembelajaran TPS yang lebih efektif digunakan sebagai strategi dalam proses pembelajaran IPS Terpadu.

Berdasarkan hal di atas, untuk menemukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat diterapkan pada setiap kondisi siswa dikelas serta untuk 8 mencapai tujuan pembelajaran yang diharapakan. Penulis berkeinginan menerapakan kedua model pembelajaran kooperatif yang diharapakan dapat memotivasi siswa untuk lebih giat belajar, meningkatkan aktivitas siswa, serta menumbuhkan sikap positif siswa dalam belajar (Huda, 2013: 135). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Studi Perbandingan Sikap Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Think Pair Share pada Mata Pelajaran IPS Terpadu. B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Pencapaian sikap sosial siswa dalam proses pembelajaran masih tergolong rendah, kerena masih dalam kategori cukup. 2. Guru masih menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. 3. Minat siswa terhadap mata pelajaran ekonomi masih rendah. 4. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. 5. Pembelajaran masih berpusat pada guru.

9 C. PEMBATASAN MASALAH Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan. Penelitian ini hanya membatasi pada perbandingan antara sikap sosial siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) kelas VII SMP Kartikatama Metro. D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah. 1. Apakah ada perbedaan sikap sosial siswa yang pembelajarannya menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) dan yang pembelajarannya menggunakan model Think Pair Share (TPS)? 2. Manakah yang lebih tinggi sikap jujur siswa yang pembelajarannya menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) dan yang pembelajarannya menggunakan model Think Pair Share (TPS)? 3. Manakah yang lebih tinggi sikap tanggungjawab siswa yang pembelajarannya menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) dan yang pembelajarannya menggunakan model Think Pair Share (TPS)? 4. Manakah yang lebih tinggi sikap kerjasama siswa yang pembelajarannya menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) dan yang pembelajarannya menggunakan model Think Pair Share (TPS)?

10 5. Manakah yang lebih tinggi sikap percaya diri siswa yang pembelajarannya menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) dan yang pembelajarannya menggunakan model Think Pair Share (TPS)? 6. Manakah yang lebih tinggi sikap santun siswa yang pembelajarannya menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) dan yang pembelajarannya menggunakan model Think Pair Share (TPS)? E. TUJUAN PENELITIAN Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk. 1. Mengetahui perbedaan sikap sosial siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dibandingkan model pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share pada mata pelajaran IPS Terpadu. 2. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap jujur siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dibandingkan model pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share pada mata pelajaran IPS Terpadu. 3. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap tanggungjawab siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dibandingkan model pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share pada mata pelajaran IPS Terpadu. 4. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap kerjasama siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dibandingkan model pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share pada mata pelajaran IPS Terpadu.

5. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap percaya diri pada 11 model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dibandingkan model pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share pada mata pelajaran IPS Terpadu. 6. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap santun siswa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dibandingkan model pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share pada mata pelajaran IPS Terpadu. F. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini meliputi: 1. Secara Teoritis a. Memberikan informasi dan sumbangan pemikiran kepada guru mata pelajaran IPS Terpadu tentang alternatif strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam meningkatkan hasil belajar khususnya pada ranah afektif (sikap). b. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang menekankan ada penerapan model pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran IPS Terpadu. 2. Secara Praktis a. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka memberikan pembelajaran IPS Terpadu khususnya. b. Bagi guru mata pelajaran IPS Terpadu dapat meningkatkan dan memperbaiki system pembelajaran di kelas.

12 c. Bagi siswa dapat menumbuhkan sikap sosial siswa. G. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Objek Penelitian Objek penilitian ini adalah sikap sosial siswa, model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). 2. Subjek Penelitian Siswa-siswi kelas VII C dan VII E Semester Genap. 3. Tempat Penelitian SMP Kartikatama Metro. 4. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.