BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan mencapai 60% per tahun (Halim, 2012). ini menurut Tajuddin M. Rasdi dalam bukunya Rekabentuk Masjid Sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SEKOLAH ISLAM TERPADU DI PEKANBARU

PERANCANGAN PONDOK PESANTREN MADINATUL QUR AN JONGGOL. Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasan, keaslian (indegeneous) Indonesia (Madjid, 1997: 3). Sebagai

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

masjidlah Rasulullah membina generasi pertama Islam. Maka pertanyaan tentang keterlibatan masjid kampus dalam pusat perkembangan Islam, adalah

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

[PONDOK PESANTREN MODERN DI KABUPATEN DEMAK] LP3A BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk lebih memahami pengertian dari judul diatas tersebut maka perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu

Pondok Pesantren Modern berwawasan lingkungan di Semarang

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan seorang perancang dalam mengembangkan ide rancangannya.

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Pengertian Judul. Pengertian judul : PONDOK PESANTREN INTERNASIONAL DI SURAKARTA sebagai berikut :

PONDOK PESANTREN MODERN DI KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PONDOK PESANTREN MODERN DI SEMARANG (Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)

ISLAMIC CENTRE BAB I PENDAHULUAN

STUDIO TUGAS AKHIR (TKA- 490) ARSITEKTUR METAFORA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

PONDOK PESANTREN TERPADU. DAAR EL-ISHLAH PUTRA, ingin BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR (TKA 490) MASJID RAYA JOHOR ARSITEKTUR ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Gbr.1 Peta Jalur Sutra (Silk Road)

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Indonesia merupakan agama terbesar di dunia. Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Elka Desty Ariandy TGA PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ISLAMIC CENTER DI KABUPATEN DEMAK

MASJID JABALUL KHOIR PURWODADI SEBAGAI MASJID MODERN

Apartemen untuk Wanita di Kota Semarang I. PENDAHULUAN

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. LEMBAGA KAJIAN ISLAM KAMPUS STAIN KUDUS Dengan Penekanan Desain Arsitektur Islam Jawa

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengenyam pendidikan. Ajaran Islam menuntut semakin tinggi jenjang

Universitas Sumatera Utara. Gambar 1.2 Area parkir yang kurang memadai, akibatnya lobby menjadi area parkir. Sumber: (peneliti 2013)

MASJID BESAR KOTA SALATIGA

VISI, MISI, TUJUAN, dan TOPIK BAHASAN PAI

ETIKA. Membangun Masyarakat Islam Modern. Informatika. Dr. Rais Hidayat.

Waktu itu baru fakultas agama dan kemasyarakatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemilihan Kantor Pemerintahan Desa Merdikorejo Pengguna Bangunan Beserta Aktivitasnya

BAB I PENDAHULUAN. ibid 3 Profil Universitas Darussalam Gontor, Jawa Timur Dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. kota santri yang lain seperti kota Jombang dan juga kota Lamongan. Setiap tahunnya,

BAB V PENUTUP. 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas sumber daya manusianya. Untuk meningkatkan kualitas manusianya

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun

2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Hijriyah atau pada abad ke tujuh Masehi. Ketika itu, berbagai agama dan

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi setiap manusia dalam aktivitas komunikasi antara sesama mereka. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. perempuan adalah perempuan-perempuan Anshar, rasa malu tidak menghalangi mereka untuk mendalami agama.

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

ISLAMIC CENTRE DI SLAWI KABUPATEN TEGAL

Dan uraian diatas, dapat disimpulkan, bahwa dunia pendidikan tengah menghadapi dilema, yakni bagaimana menciptakan model pendidikan yang

TUGAS AKHIR PERIODE 114 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RSIA-CILACAP. Dengan Penekanan Desain Modern Arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

Pendidikan Agama Islam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat,

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ISLAMIC CENTRE DI MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB IV ELABORASI TEMA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Daya Tampung dan Peminat Kedkteran Gigi

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU DI KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dalam seninya, akan menyadari bahwa bukan seniman yang mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki visi, misi dan tujuan yang berbeda. Organisasi adalah sebuah wadah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Problematika Umat Disebabkan Penurunan Kualitas Pendidikan Islam Problematika umat manusia dewasa ini telah menjalar ke setiap lini kehidupan. Dari aspek moral hingga intelektual, semakin banyak permasalahan yang menuntut perhatian untuk dicarikan jalan keluar. Dalam keyakinan agama Islam, umat muslim diciptakan dan dijanjikan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah fil ardhy (pemimpin di bumi). Namun, pada realita yang kita jumpai tidak dapat dipungkiri bahwa yang menjadi pemimpin dunia di era ini adalah kaum barat, seperti Amerika Serikat, Israel, dan sekutunya. Kekuatan barat telah berhasil menguasai setiap bagian dalam sistem hidup manusia, seperti ekonomi, sosial, dan politik. Namun, sistem yang dibangun atas dasar ideologi Barat tersebut semakin hari semakin nyata terlihat kekurangannya. Islam sebagai sebuah sistem kehidupan terbaik belum mampu menduduki posisi kepemimpinan dunia dewasa ini karena masih memiliki banyak kekurangan dalam tubuh umat Islam itu sendiri. Berbeda dengan zaman kekuasaan Rasulullah SAW, yakni ketika umat Islam berada dalam lingkungan kehidupan madani dan harmonis dengan penganut agama lainnya. Islam berdiri sebagai masa kejayaannya, hingga sempat berdiri sebuah Negara Islam di Madinah pada tahun 622 M. Namun, pasca keruntuhan Kerajaan Turki Utsmani pada tahun 1922 berakhir pula sistem ke-khalifah-an 1 Islam dan dunia Islam semakin nyata pada kemerosotannya. Padahal secara esensial, Islam bersifat tetap dan tidak berubah. Sebagai sebuah agama samawi terakhir yang paripurna, Islam dan segenap doktrinnya tidak mengalami perubahan dan penghapusan. Namun, zaman dan keadaan umatnyalah yang senantiasa berubah, tidak tetap, dan mengalami permasalahan yang kian kompleks. Dalam sebuah hadits Ibnu Majah tentang tahapan dalam mendidik anak, Jundub bin Abdillah Al Bajali berkata, Dulu kami saat bersama Nabi shalallahu alaihi Wassalam masih berusia remaja, kami belajar Iman sebelum kami belajar al-quran. Ketika kami belajar al- Quran, maka bertambahlah iman kami. Dan kalian hari ini belajar al-quran sebelum Iman. 1 kepemimpinan 1

Menurut Budi Ashari Lc., pemerhati keluarga dan penulis buku Parenting Nabawiyah, dalam perspektif masyarakat dewasa ini yang disebut modern adalah menjadi spesialis, doktor, atau profesor. Padahal dalam sejarah kejayaan Islam, para ulama berprestasi tidak hanya dalam disiplin ilmu terapan, tetapi juga al-qur an dan Sunnah. Salah satu penyebab mundurnya kecemerlangan umat Islam sekarang adalah kesalahan urutan dalam pendidikan, yang seharusnya dimulai dari pendidikan iman, Al-Qur an, baru kemudian ilmu pengetahuan. 2 Namun, di era ini ilmu pengetahuan yang didahulukan di mayoritas institusi pendidikan. Maka dari itu, usaha kuratif yang dapat dilakukan umat Islam untuk mengembalikan masa kejayaan dan menciptakan kehidupan dunia yang harmonis dan sejahtera adalah memperbaiki sistem pendidikan. Termasuk memperkuat pendidikan agama bagi kaum muda muslim/muslimah menuju kebangkitan era kepemimpinan cendekiawan muslim. 1.1.2. Mendidik Seorang Wanita Sama Dengan Mendidik Sebuah Bangsa Jika kamu mendidik seorang laki-laki, sesungguhnya engkau hanya mendidik satu dari jutaan penduduk bumi. Tapi jika kamu mendidik seorang perempuan, maka sesungguhnya engkau sedang mendidik sebuah bangsa (mantan Presiden Tanzania). Sejak tahun 1975, tahun pertama konferensi dunia mengenai wanita di Meksiko, muncul kesadaran bahwa apa yang terjadi terhadap wanita akan berdampak besar pada kesejahteraan umat manusia. Wanita memegang peran penting dalam pendidikan anak-anak penerus bangsa. Lewat anak-anak yang dibesarkannya, wanita adalah sosok yang paling berperan dalam membentuk karakter dan mental generasi muda. Generasi itulah yang akan menggantikan orang-orang tua dalam memimpin bangsa ini. 3 Pekerjaan mendidik seorang manusia, sejak anak-anak hingga menjadi pribadi dewasa yang siap menjadi pewaris negara bukanlah sesuatu yang sepele. Hal ini membutuhkan profesionalisme seorang ibu sejak sang anak masih berada di dalam kandungan hingga ia siap menjadi pribadi yang mandiri. Dibutuhkan wanita-wanita yang tangguh dan berpendidikan untuk mengemban tugas besar ini. Pendidikan tersebut haruslah didapatkan dari aspek intelektual, moral, sosial, maupun spiritual. 2 hidayatullah.com, Tahapan Pendidikan Islam Tidak Boleh Salah Urut. 3 dakwatuna.com, Mendidik Seorang Wanita Sama Dengan Mendidik Sebuah Bangsa. 2

1.1.3. Efektivitas Hunian Kolektif Mahasiswa Berkaitan dengan Konteks Kota Yogyakarta Di Indonesia, provinsi D.I. Yogyakarta terkenal sebagai kota pelajar yang memiliki banyak populasi kaum muda. Seratus dua puluh (120) perguruan tinggi dan institusi sederajat yang terdapat di D.I. Yogyakarta menunjukkan banyaknya kalangan terpelajar yang tinggal di kota ini. Tentunya mahasiswa yang menimba ilmu di berbagai institusi tersebut berasal dari berbagai wilayah luar kota Yogyakarta. Dalam konteks spasial kewilayahan sudah selayaknya D.I. Yogyakarta memiliki banyak hunian kolektif bagi para penuntut ilmu, khususnya mahasiswa sebagai sarana pembinaan dan juga menciptakan lingkungan yang aman. Ditinjau dari aspek perancangan kota dan wilayah, hunian kolektif juga memiliki keunggulan dibanding hunian spontaneous yang terpencar dan menambah kepadatan kota. 1.1.4. Redesain Sebagai Solusi Pengoptimalan Fungsi Bangunan pondok pesantren mahasiswi Asma Amanina sudah berfungsi sejak tahun 2005. Namun bangunan ponpes ini telah berdiri sebelumnya dengan fungsi lain, yakni awal mula dibangun sebagai kost-kost-an kemudian beralih fungsi sebagai rumah sakit bersalin. Barulah pada tahun 2005 bangunan yang diwakafkan kepada IKADI (Ikatan Da i Indonesia) ini difungsikan sebagai asrama mahasiswi. Kelengkapan fasilitas bangunan asrama mahasiswi pada awalnya pun tidak selengkap kini, di antaranya masjid yang juga digunakan sebagai ruang kelas belum dibangun. Setelah mempertimbangkan berbagai faktor, diperlukan adanya redesain total bangunan Asma Amanina yang berkepentingan jangka panjang. Beberapa pertimbangan tersebut di antaranya : 1. Bangunan tidak didesain khusus untuk kebutuhan pondok pesantren, sehingga belum optimal mewadahi aktivitas yang terjadi dalam sebuah pondok pesantren. 2. Dalam usia bangunan yang sudah cukup tua yakni sekitar sepuluh tahun belum pernah mengalami renovasi. 3. Kebutuhan jumlah santri yang perlu diakomodasi untuk menempati Asma Amanina semakin bertambah setiap periode pendaftaran (dua tahun sekali), sehingga membutuhkan ruang yang semakin banyak dan desain yang menunjang kegiatan di dalamnya. 3

4. Bertambahnya jumlah pondok pesantren mahasiswi di tempat lain membutuhkan sebuah prototype desain yang khas bagi sebuah Pondok Pesantren Mahasiswi (PPMi). 1.2. Rumusan Masalah Pokok permasalahan dari penulisan ini adalah : 1. Bagaimana membuat desain asrama yang secara maksimal mengakomodasi kegiatan pesantren di atas lahan yang relatif sempit dan terbatas. 2. Bagaimana mentransformasikan nilai-nilai di dalam visi-misi pesantren mahasiswi Asma Amanina ke dalam konsep desain asrama. 3. Bagaimana memaksimalkan aspek kebermanfaatan pesantren mahasiswi kepada masyarakat lewat interaksi yang terbangun optimal antara penghuni asrama dengan masyarakat sekitar. 4. Bagaimana membuat desain asrama modern yang menampakkan karakter spiritual, intelektual dan seirama dengan konteks wilayah sekitar. 1.3. Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah : 1. Menemukan konsep tatanan ruang dan fasilitas bangunan asrama mahasiswa dengan konsep pesantren yang menunjang visi-misi serta kurikulum yang telah ditetapkan. 2. Merumuskan desain yang mampu mengakomodasi hubungan interaksi yang baik antara sesama penghuni asrama dan antara penghuni asrama dengan lingkungan masyarakatnya, sehingga menciptakan pesantren yang kuat dalam aspek kebermanfaatan bagi masyarakat. 3. Menemukan solusi atas tantangan kontekstual dalam mengakomodasi secara maksimal kegiatan di dalam pesantren dengan tetap menampilkan karakter dan kekhususannya. 1.4. Sasaran Mendapatkan perumusan konsep tatanan ruang dan fasilitas bangunan pesantren mahasiswi yang secara maksimal mampu mengakomodasi seluruh kegiatan di dalam pesantren dengan melakukan analisis terhadap kebutuhan pokok pesantren secara fungsional dikaitkan dengan visi-misi pesantren, menemukan solusi atas tantangan kontekstual, serta memaksimalkan interaksi terbangun antara sesama penghuni asrama maupun antara penghuni asrama dengan masyarakat sekitar, sehingga menonjolkan aspek kebermanfaatan pesantren yang berada di tengah-tengah masyarakat. 4

1.5. Lingkup Pembahasan Pembahasan mengedepankan pemecahan aspek arsitektural pesantren mahasiswi Asma Amanina di Yogyakarta yang secara maksimal mampu mengakomodasi fungsi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam bagi mahasiswi muslimah sesuai visi misi pesantren dan memaksimalkan interaksi terbangun antara penghuni asrama dengan masyarakat sekitar sehingga menjadi sebuah pesantren inklusif yang kuat dalam aspek kebermanfaatan. 1.6. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan, merupakan gambaran latar belakang permasalahan, permasalahan yang diangkat, tujuan dan sasaran penulisan, keaslian penulisan, lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika pembahasan, serta pola pikir. Bab II Kajian Teori, berisi tentang gambaran mengenai sejarah dan konsep pendidikan muslimah, tujuan pendidikan muslimah, tinjauan mengenai asrama mahasiswa, yakni pengertian, fungsi, dan pengelompokannya, kajian mengenai pondok pesantren, serta tinjauan terhadap arsitektur Islam yang mendukung desain asrama. Bab III Kajian Lapangan, berisi tentang deskripsi lokasi terpilih, analisis terhadap tapak bangunan, eksisting bangunan Asma Amanina, hubungannya dengan keadaan sekitar serta studi kasus Pondok Pesantren Mahasiswi di Yogyakarta. Bab IV Analisis Pondok Pesantren Mahasiswi di Yogyakarta. Berisi tentang analisis lokasi terpilih, analisis terhadap tapak bangunan, analisis terhadap perilaku, bentuk kegiatan dan kurikulum dalam pesantren, analisis kebutuhan dan besaran ruang, analisis penataan ruang, analisis pola sirkulasi, analisis ekspresi arsitektur Islam, serta analisis terhadap bentuk dan penampilan bangunan pesantren mahasiswa. Bab V Konsep Perancangan Pondok Pesantren Mahasiswi di Yogyakarta, berisi tentang pendekatan konsep dan dilanjutkan dengan konsep rancangan dari lokasi terpilih, tapak bangunan, tata ruang dalam, sirkulasi, bentuk dan penampilan bangunan, struktur dan bahan bangunan, serta sistem utilitas yang dipakai. 1.7. Keaslian Penulisan Kajian tentang Pondok Pesantren telah banyak dilakukan namun, kajian tentang Pondok Pesantren Mahasiswa baru sedikit yang ditemukan. Terutama kajian mengenai Pondok Pesantren Mahasiswi (putri) pada khususnya belum ditemukan. Berikut beberapa kajian terhadap Pondok Pesantren Mahasiswa yang ditemukan : 5

1. Zulaikah, Hetty. Pondok Pesantren Mahasiswa di Yogyakarta Wadah Kegiatan Pendidikan Islam yang Memadukan Aspek Ruh (Hati), Akal (Fikir), dan Jasad (Fisik). Skripsi. 2002 2. Harjono, Dendra Sunanto. Pondok Pesantren Mahasiswa di Yogyakarta Tinjauan pada Pengolahan Lansekap dan Elemen Alami. Skripsi. 2003 3. Laksono, Pebri Arif. Perancangan Pondok Pesantren Mahasiswa (Putra) LPI (Lembaga Pendidikan Insani) di Yogyakarta Wadah Kegiatan Pendidikan Islam Berdasarkan Sepuluh Muwasshofat (Sepuluh Ciri Pribadi Muslim). Skripsi. 2010 Ketiga kajian di atas memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan penulis, yaitu penulis maupun ketiga kajian di atas sama-sama ingin mewadahi aktivitas mahasantri dalam Pondok Pesantren Mahasiswa beserta kurikulum yang ada di dalamnya. Sedangkan perbedaannya, Zulaikah, Harjono, dan Laksono mengambil pendekatan konsep perancangan yang berbeda dari penulis. Zulaikah mengambil konsep perancangan Pondok Pesantren Mahasiswa dari aspek ruh, akal, dan jasad. Harjono menitikberatkan pada pengolahan lansekap dan elemen alami. Sedangkan Laksono mengangkat konsep berdasarkan sepuluh muwasshofat (sepuluh ciri pribadi muslim). Selain itu ketiga kajian tersebut tidak mengakomodasi aspek khusus pada mahasantri muslimah seperti yang dilakukan penulis. 6