BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah hal yang penting sehingga harus tertanam kuat

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TOAYA VUNTA KABUPATEN DONGGALA FATMAH 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

Laporan Penulisan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. budaya gotong royong yang dimiliki masyarakatnya sejak dahulu kala. Hal ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB I PENAHULUAN. lingkungan sosial, khususnya supaya remaja diterima dilingkungan temanteman

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif (mix method research) dengan metode exploratory design. Metode

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan sosial ini berpangkal dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

Tahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

2016 ANALISIS PERILAKU PROSOSIAL (PROSOCIAL BEHAVIOR) ANAK USIA D INI PAD A PENGELOMPOKAN USIA RANGKAP (MULTIAGE GROUPING)

PENERAPAN IPTEKS. Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Ibu Yang Bekerja Di Luar Rumah. Kamtini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

BAB II LANDASAN TEORI

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa mengalami perkembangan dalam masa hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN. Program PLPG PAUD UAD 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin banyak pula tuntutan yang harus dipenuhi oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan terus menerus, baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

Perkembangan dari Attachment (kelekatan) Kita harus memakai orang yang khusus di dalam kehidupan yang dapat membimbing anak-anak untuk merasakan rasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DwiMurtiningsih,2014

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prasekolah dapat diartikan sebagai pendidikan sebelum sekolah, jadi berarti

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan masa paling awal dalam rentang. anak prasekolah dipusatkan untuk menjadi manusia sosial, belajar bergaul

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia dini membutuhkan beragam stimulasi yang dapat membantunya untuk berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhan dan potensinya. Saat ini jumlah anak usia dini semakin meningkat. Sesuai dengan data di Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di Indonesia mencapai 23 juta, sedangkan pada tahun 2011 mencapai 23.009.874 dan pada tahun 2012 diperkirakan 23.352.721 (www.depkes.go.id: 2011). Jumlah tersebut menunjukkan jumlah anak-anak usia dini mengalami peningkatan yang signifikan dan membutuhkan bimbingan untuk mencapai perkembangan yang optimal. Perkembangan yang optimal adalah tercapainya tugas-tugas perkembangan dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang sesuai dengan anak usia dini. Pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif, motorik, emosi, bahasa serta sosial merupakan beragam tugas perkembangan yang seyogyanya dicapai oleh anak-anak usia dini. Untuk mencapai perkembangan tersebut dibutuhkan pendidikan dan pembelajaran yang dapat menstimulasi anak mencapai perkembangan dan pertumbuhannya. 1

Sementara perkembangan sosial dibutuhkan oleh anak usia dini untuk belajar mengetahui dan memahami lingkungannya. Seperti yang dikemukakan oleh Norman (2011) manusia sejak lahir dikaruniai potensi sosialitas, artinya setiap individu memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan sarana untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Karena manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial yang membutuhkan kerjasama, empati, simpati, saling berbagi dan saling membantu dengan sesamanya. Salah satu aspek perkembangan anak adalah perkembangan sosial yaitu kemampuan berperilaku yang sesuai dengan lingkungan sosial. Salah satu aspek penting yang membedakan manusia dengan mahluk lain adalah derajat saling tolong, kerja sama dan memiliki kepedulian antara sesama manusia (Knafo, 2006:1). Dalam perkembangan sosial terdapat perilaku prososial dan anti sosial. Perilaku prososial yang ditampilkan dalam kehidupan masyarakat dikembangkan sejak usia dini dan dikenalkan oleh orangtua di rumah sebagai pendidik utama bagi anak-anak. Usia dini adalah saat yang paling tepat untuk mengenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan sikap prososial. Seperti yang diungkapkan oleh Hera (2010), usia dini adalah salah satu tahapan untuk mengembangkan perilaku sosial sehingga perlu diberikan kesempatan untuk dapat bermain bersama teman-temannya. Dari usia 2-6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di lingkungan rumah terutama dengan anak-anak yang usianya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Studi lanjutan tentang kelompok anak menunjukkan bahwa sikap dan perilaku sosial yang terbentuk pada usia dini biasanya menetap dan hanya mengalami perubahan sedikit (Hurlock, 2006:261). 2

Perilaku sosial yang memberikan pengaruh positif dan memberikan keuntungan serta kenyamanan untuk orang lain disebut perilaku prososial. Seperti yang dikemukakan oleh Beaty (1998:147) perilaku prososial adalah perilaku positif yang diwujudkan dalam bentuk empati, murah hati, kerjasama dan kasih sayang. Sementara menurut Eisenberg (1982:647) perbuatan yang dimaksudkan untuk menolong atau memberikan kenyamanan psikologis kepada orang lain dalam bentuk empati dan simpati dikatakan sebagai perilaku prososial. Menurut beberapa penelitian, perilaku prososial adalah aspek yang akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan kognitif anak-anak. Seperti yang dikemukakan oleh Svetlova (2010:1), Dalton (2010:161-162), Smith (2002:465) perilaku prososial pada bayi dan balita ditentukan oleh pemikirannya terhadap perilaku orang dewasa di sekitarnya sebagai bentuk dari respon sosialnya. Perilaku prososial berkembang sesuai dengan periode usia (bayi, batita, balita, remaja dan dewasa) serta perilaku tersebut berhubungan dengan dukungan sosial dari agama, keluarga (ayah dan ibu), guru dan persahabatan teman sebaya. Kebalikan dari perilaku prososial adalah anti sosial yaitu perilaku yang menunjukkan keengganan untuk berhubungan dengan orang lain. Biasanya dilakukan dalam bentuk menyendiri, sedikit berbicara, berbohong dan sulit beradaptasi. Menurut Dalton (2010:4) perilaku anti sosial adalah menolak dan menarik diri untuk berbagi atau membantu orang lain termasuk kekerasan fisik dan perilaku non fisik seperti kekerasan verbal atau penolakan sosial. Kecenderungan saat ini, anak-anak banyak menghabiskan waktu dengan menonton acara televisi, menonton film-film anak dalam DVD dan bermain games dalam media teknologi. Bagi sebagian orangtua, yang terpenting adalah anaknya 3

nyaman serta aman di rumah untuk duduk dan diam. Akhirnya anak menjadi asing ketika bertemu dengan anak seusianya saat keluar rumah atau pun saat memulai sekolahnya. Sebagai contohnya terjadi pada anak laki-laki usia 3 tahun di sebuah komplek perumahan di kota Bandung yang menangis setiap bertemu dengan orang lain di luar keluarganya meski hanya dengan teman sebayanya di sekitar rumah, anak tersebut banyak menghabiskan waktu dengan menonton film-film DVD di rumahnya yang ditemani oleh pengasuhnya. Dengan demikian perkembangan sosialnya menjadi terbatas pada lingkungan rumah dan berkembangnya perilaku anti sosial pada anak usia dini. Kecenderungan-kecenderungan perilaku anak usia dini yang merasa asing dalam lingkungan sosial terlihat semakin meningkat karena didukung oleh pola bimbingan orangtua kepada anak-anaknya. Orangtua seringkali merasa khawatir jika anak bermain di luar rumah dengan teman-temannya. Adapun ketika anak menghabiskan waktu bersama teman-temannya terdapat kecenderungan anak menjadi egois dan ingin selalu diperhatikan oleh lingkungannya. Perilaku-perilaku pada anak usia dini dipengaruhi oleh keluarga dan orang-orang terdekatnya seperti pengasuh atau pun keluarga yang tinggal serumah. Sementara perilaku prososial merupakan nilai penting dalam mengembangkan hubungan sosial dengan lingkungan masyarakat, namun di sisi lain lingkungan cenderung mempengaruhi perilaku prososial anak usia dini. Ibrahim (2012) dalam www.tabloidnova.com mengemukakan peran orangtua dalam mengkondisikan lingkungan yang baik dalam menstimulasi anak berperilaku prososial dapat berupa: a) membimbing dan mengajarkan anak berperilaku yang positif; b) menjadi model yang baik bagi anak dalam berperilaku terhadap lingkungan sosial; c) membimbing anak 4

dalam mempelajari perilaku orang lain dalam lingkungannya; d) mendorong dan membantu kemampuan anak dalam bergaul dengan orang lain serta e) berpartisipasi aktif dalam mengembangkan perilaku sosial anak secara langsung di lingkungan sosialnya. Saat ini peran orangtua untuk membimbing anak dalam mengembangkan perilaku prososial semakin berkurang intensitasnya karena kesibukan orangtua khususnya ibu yang bekerja seharian, sehingga cenderung kurang memiliki waktu untuk berinteraksi dengan anak-anaknya. Kesibukan orangtua bekerja dan keterbatasan waktu dalam membimbing dan mendidik anak menjadi salah satu hambatan untuk mengembangkan perilaku sosial pada anak usia dini. Sehingga salah satu sikap terbaik orangtua untuk mengoptimalkan perkembangan anaknya adalah menitipkan anaknya ke TPA (Taman Penitipan Anak) yang biasanya berdekatan dengan lokasi pekerjaannya. Menurut pengamatan terhadap beberapa anak usia dini di satu komplek perumahan di kota Bandung, terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara anak yang dititipkan di TPA dan anak yang diasuh di rumah. Anak yang dititpkan di TPA memperlihatkan perilaku prososial yang lebih baik ketika bergaul dengan teman sebayanya seperti toleransi, kerjasama, berbagi dan lebih familiar. Mereka juga terlihat mandiri, disiplin dan memiliki kosa kata yang lebih banyak dibandingkan anak-anak seusianya. Untuk anak yang diasuh oleh pengasuh di rumah, terlihat menyendiri, egois, pemalu atau ketika bergaul dengan teman sebayanya sikapnya selalu ingin mendominasi pergaulan. Kemampuan bicaranya pun masih terbatas dan menghindar dari pergaulan dengan teman sebaya. Pengamatan-pengamatan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (2006:261) anak yang mengikuti 5

pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan pra sekolah. Untuk menghindari permasalahan perilaku sosial yang semakin besar dihadapi anak usia dini maka terjadi fenomena masyarakat yang menarik akhir-akhir ini dalam meningkatkan pendidikan anak usia dini yaitu mempercepat anak untuk memasuki dunia persekolahan seperti play group (kelompok bermain), lembaga PAUD, TPQ (Taman Pendidikan Qur an), termasuk yang dititipkan di Taman Penitipan Anak (TPA). Meski taman penitipan anak bukanlah sekolah, namun masyarakat umum lazim mengatakan TPA adalah sekolah untuk anak usia dini. Keluarga muda yang memiliki anak usia dini cenderung memilih TPA untuk menitipkan anaknya dengan harapan mendapatkan pendidikan dan bimbingan yang lebih baik dibandingkan dengan pengasuhnya di rumah. Fenomena tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Susanto (2006:1), tentang adanya kecenderungan karir ganda yang terjadi di hampir setiap keluarga muda di perkotaan. Di satu sisi, mereka memiliki sedikit waktu untuk mendidik dan membimbing anak-anaknya di rumah namun di sisi lain secara ekonomi memiliki alokasi dana untuk menitipkan anak-anaknya ke TPA. Dengan demikian, pilihan keamanan dan kenyamanan orangtua dengan menitipkan anak ke TPA merupakan solusi terbaik untuk masa depan anaknya. Harapan orangtua menitipkan anaknya ke TPA adalah dapat tercapainya beragam aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak-anak usia dini. Dengan asumsi semakin dini anak memasuki dunia persekolahan maka kemampuan akademiknya akan semakin baik. Namun, masalah selanjutnya adalah terjadi fenomena anak-anak yang cenderung tidak peduli terhadap lingkungannya. 6

TPA fungsinya sebagai rumah kedua untuk anak-anak usia dini yang memiliki pelayanan untuk orangtua yang kurang memiliki waktu dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya secara optimal. Pengasuh di TPA akan memberikan pelayanan seperti memasak makanan anak, memberinya makan, menidurkan, mengajaknya bermain, memandikan, menggantikan pakaiannya dan yang terpenting adalah memberikan bimbingan secara intensif kepada anak-anak. Beberapa penelitian menjelaskan dampak anak-anak usia dini dititipkan di TPA. Penelitian di Amerika dalam jurnal Encyclopedian on Early Childhood Development (Jay Belsky, 2005:3) anak-anak yang menghabiskan waktunya di TPA memiliki ketidaknyamanan dengan ibunya karena kurangnya sentuhan, interaksi dan komunikasi. Rata-rata anak usia dini telah dititipkan di TPA sejak usianya masih dibawah satu tahun, sehingga pertumbuhan dan perkembangan awal kehidupannya dibimbing oleh para pengasuh di TPA. Meskipun TPA yang ditempati anak-anak tersebut berkualitas dan menjamin seluruh kebutuhan anak dengan sangat baik, namun mereka cenderung memiliki masalah perilaku pada usia 2 tahun, usia pra sekolah dan usia sekolah. Kendatipun demikian, untuk perkembangan kognitif dan linguistik anak-anak usia dini yang dititipkan di TPA memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan anak-anak seusianya. Menurut Clarke (2007:2) terdapat reaksi yang positif terhadap anak-anak usia dini yang dititipkan di TPA karena anak memiliki perubahan dalam keterampilan sosial, kemandirian dan memiliki kemajuan perkembangan dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Sementara menurut penelitian Ipah Saripah (2006: 194) anak-anak di TPA telah mampu menampilkan perilaku prososial, yang dibuktikan dengan kemampuan anak dalam menunjukkan empati, murah hati, kerja sama, dan kasih 7

sayang. Penelitian Meiyani dalam Ipah saripah (2006:7) menunjukkan anak-anak membutuhkan bimbingan untuk mengembangkan perilaku prososialnya karena kesulitan atau kegagalan yang dialami anak dalam bidang ini ternyata tidak hanya berdampak terhadap aspek akademis, melainkan juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan berfikir dan sistem nilai. TPA dikembangkan sebagai upaya untuk mengisi kesenjangan dalam pengasuhan, pembinaan dan bimbingan sosial kepada anak balita selama orangtuanya bekerja atau melaksanakan tugas (Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, 2011:7). Pengasuhan diartikan sebagai pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk membentuk perilaku dan kepribadian anak. Sementara pembinaan dan bimbingan sosial adalah upaya membantu anak dalam mengembangkan tugas-tugas perkembangannya. Salah satunya terlihat di TPA Taman Bandung yang terletak di lingkungan kampus Universitas Pendidikan Indonesia dan memiliki sejumlah anak usia dini yang dititipkan oleh para orangtua yang memiliki aktivitas di sekitar kampus, baik sebagai ibu bekerja atau pun sebagai mahasiswa tingkat lanjut. Anakanak usia dini di TPA tersebut memperoleh beragam stimulasi yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologisnya. Seperti yang terjadi pada seorang anak laki-laki yang pada awal dititipkannya memiliki kecenderungan untuk selalu rewel dan tidak mau bergaul dengan teman sebayanya di TPA. Namun dengan beragam stimulasi yang diberikan oleh pengasuh selama beberapa minggu terlihat mulai menunjukkan sikap yang kooperatif dan mandiri. Begitu juga dengan anak perempuan yang berusia tiga tahun yang masih bersifat egosentris dalam bergaul dengan teman sebaya, selalu dititipkan ibunya yang 8

mahasiswa di TPA tersebut sehingga perkembangan psikologisnya mengalami peningkatan. Namun pendidikan dan pembelajaran di TPA masih memiliki keterbatasan dalam mengoptimalkan potensi anak-anak usia dini khususnya perilaku prososial. Secara umum, para pengasuh di TPA belum memiliki program bimbingan khususnya untuk mengembangkan sikap prososial anak usia dini sehingga seyogyanya terdapat program yang dapat membantu pengasuh dalam mengoptimalkan perkembangan sosial anak usia dini. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dikaji mengenai program bimbingan anak usia dini untuk mengembangkan perilaku prososial di TPA Taman Bandung. B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Perilaku prososial menurut Hasting, Utendale & Sullivan (2007:639) didefinisikan sebagai tanggapan proaktif dan reaktif terhadap kebutuhan lain yang berfungsi untuk mendorong kesejahteraan orang lain. Sementara Rosen (2010:148) mendefiniskan perilaku prososial sebagai perilaku aktif yang menunjukkan perasaan sosial yang positif dan inklusif meliputi kerjasama, berbagi, peduli, mengekspresikan empati, ramah dan memberikan kebaikan kepada orang lain. Perilaku-perilaku tersebut merupakan perilaku yang sering dilakukan dan diperlihatkan oleh anak-anak usia dini. Pengembangan perilaku prososial anak usia dini menurut Hasting, Utendale & Sullivan (2007:643) dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut. 9

a. Keluarga, profil orangtua yang sesuai untuk mengembangkan perilaku prososial pada anak usia dini adalah memberikan arahan dan bimbingan yang konsisten, memiliki kontrol emosi yang baik, fleksibel dan tanggap terhadap keinginan anak, hangat, banyak melakukan kegiatan bersama, memberikan kontrol perilaku terhadap anak, lebih banyak memberikan pujian dibandingkan kritikan, memberikan dorongan untuk melakukan kegiatan perilaku prososial. b. Saudara Kandung, sebagai media pelatihan dalam melakukan perilaku prososial pada anak usia dini karena dalam bermain akan belajar untuk mengetahui perbedaan persepsi, keinginan dan beragam perbedaan lainnya. Namun dengan saudara kandung khususnya kakak yang usianya lebih tua biasanya dapat memberikan pengasuhan, pengawasan dan contoh model dalam menerapkan perilaku prososial. c. Teman sebaya, setelah anak memasuki usia pra sekolah (3 tahun) anak akan menerima perlakuan spontan, berbagi, altruisme dari teman-temannya. Teman dijadikan sebagai model pembelajaran bagi anak usia pra sekolah dalam mengembangkan perilaku prososial sebagai hubungan timbal balik dari perilaku yang diperolehnya dari teman sebaya. d. Guru, profil guru yang hangat, peduli, memiliki hubungan yang dekat dengan anak, memiliki kontrol emosi dan mengembangkan sikap afektif lainnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam mengembangkan perilaku prososial anak dengan membiasakan anak didiknya untuk saling menolong, menghargai dan menghormati terhadap teman, guru dan para pegawai sekolah lainnya. Akan lebih baik jika sekolah memiliki 10

program sosial yang berkala sebagai salah satu media pembelajaran bagi anak dalam mengembangkan perilaku prososial. Dari keempat faktor tersebut, penelitian ini dibatasi pada kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh guru dan interaksi dengan teman sebaya di sekolah dalam mengembangkan perilaku prososial anak usia dini. 2. Rumusan Masalah Berpijak pada batasan masalah tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana efektivitas program bimbingan melalui permainan untuk mengembangkan perilaku prososial pada anak usia dini? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian adalah merumuskan program bimbingan yang tepat dalam mengembangkan perilaku prososial anak usia dini di TPA Taman Bandung 2. Tujuan Khusus Tujuan khususnya adalah menghasilkan program bimbingan untuk mengembangkan perilaku prososial anak melalui bermain yang dilakukan oleh pengasuh sesuai dengan kondisi di TPA Taman Bandung D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis 11

Manfaat penelitian secara teoretis adalah memperkaya konsep bimbingan dan konseling yang berkaitan dengan anak usia dini. Terutama untuk meningkatkan kompetensi pengasuh di TPA dalam mengembangkan perilaku prososial yang selama ini belum tersentuh oleh konsep bimbingan dan konseling secara umum. 2. Manfaat Praktis a. Pengasuh Pengasuh diharapkan memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam bimbingan dan konseling khususnya bimbingan untuk mengembangkan perilaku prososial bagi anak usia dini. Bimbingan perilaku prososial yang dikembangkan dapat diintegrasikan dan dijadikan dasar dalam proses pengasuhan di TPA Taman. b. TPA Taman Pengelola TPA Taman memperoleh masukan mengenai perlunya pengembangan perilaku prososial pada anak usia dini sebagai dasar perilaku anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial. c. Prodi Bimbingan dan Konseling Prodi Bimbingan dan Konseling memperoleh masukan mengenai pentingnya bimbingan pada anak usia dini, dengan demikian bimbingan yang komprehensif dapat ditujukan kepada semua tahapan usia individu yakni dari usia bayi, balita, anak, remaja, dewasa, keluarga, orangtua dan individu yang memiliki keterbatasan (ABK). d. Peneliti Selanjutnya 12

Program bimbingan yang dihasilkan diharapkan tidak hanya diterapkan di TPA Taman namun juga dapat berlaku untuk TPA lain dengan memperhatikan karakteristik dan keunikan masing-masing. E. Asumsi Penelitian Penelitian dilakukan dengan dilandasi beberapa asumsi-asumsi sebagai berikut. 1. Anak usia dini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan beragam stimulasi untuk dapat mengembangkan potensinya secara optimal. 2. Salah satu tugas perkembangan anak usia dini adalah mengembangkan kemampuan sosial sebagai landasan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, sehingga dibutuhkan bimbingan untuk dapat berperilaku positif di masa depan. 3. Bimbingan merupakan salah satu upaya untuk membantu anak dalam memberikan keterampilan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhannya agar dapat menjalani kehidupannya dengan bermakna. 13

4. Taman Penitipan Anak adalah sarana untuk anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kebutuhannya. 5. Anak-anak di TPA membutuhkan kegiatan-kegiatan yang dapat mengasah kemampuan berfikirnya, pengendalian emosi, penyaluran psikomotoriknya, kebersamaan, kepedulian dan empati terhadap teman sebaya atau pun lingkungannya. 6. Peran pengasuh di TPA memberi kontribusi positif dalam membimbing, melatih dan memberikan keterampilan sosial dalam bentuk empati,murah hati, kerjasama dan peduli kepada anak. 14