BAB V SIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PERTANYAAN (Kepala Lingkungan, Kepala Dusun, Tokoh Masyarakat) Lokasi :... Nama :... Profesi :... Alamat :...

BAB III METODE PENELITIAN. dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. masalah dari penelitian ini. Sub bab yang akan dibahas pada bab ini adalah,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

1 Halaman 1. Kabupaten Banyuwangi

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PROFIL KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

ruo tar qtu -a Gt i* n c L (E(u xro & o (} td fem T'E cl l- as ff o, ; tj o- Y {,/r} fuffi :s it -, I {} stl (} ra -{t .ts, -{J -6 o, ={E F E 'ci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

Lingkungan Alam dan Buatan di Sekitar Rumah dan Sekolah. Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas Mars

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ATURAN BERSAMA KONDISI FAKTUAL I. TATA RUANG DAN LINGKUNGAN

jiwa/km2 dan jumlah KK sebanyak KK. Jogjakarta yang memiliki jaringan

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

Aturan Bersama. DOKUMEN ATURAN BERSAMA ( AB ) Kelurahan Karatuang, KEC. Bantaeng, KAB. Bantaeng

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

Pemberdayaan Masyarakat

DAFTAR ISI. Abstrak... Prakata... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar Lampiran... Daftar Pustaka...

B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

BAB VIII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB IV PANDUAN KONSEP

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DI PERUMAHAN LEMBAH NYIUR KAIRAGI MAS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada daerah khatulistiwa sangat potensial untuk

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi

Lingkungan Permukiman

Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

PELAKSANAAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH UNTUK MENDUKUNG TERWUJUDNYA PERMUKIMAN LAYAK HUNI DAN BERKELANJUTAN

LAMPIRAN A. Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia ( )

Kementerian PUPR Prioritaskan Pembangunan Infrastruktur Air Bersih dan Sanitasi di Kabupaten Asmat

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

Rilis PUPR #2 12 November 2017 SP.BIRKOM/XI/2017/555. Sentuhan Infrastruktur PUPR Berupaya Menghapus Wajah Kumuh Kampung Nelayan Tegalsari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Konsep paradigma development from below sebagai suatu strategi. pembangunan bottom up planning. Pengembangan dari bawah pada

I. PENDAHULUAN. Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan

I. PENDAHULUAN. bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

Rencana Tahapan Pelaksanaan Siklus PLPBK Lanjutan. Kelurahan Baru Tengah Kecamatan Balikpapan Barat Kota Balikpapan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

Deskripsi Program / Kegiatan

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PENYUSUNAN KONSEP. Hirarki Penyusunan Arahan Perancangan. 4.1 Visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PUSAT KOTA BANDUNG KELURAHAN NYENGSERET

Strategi S-O (menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

PENDAHULUAN. Limbah domestik merupakan jumlah pencemar terbesar yang masuk ke perairan

Tata cara Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah

PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) DOKUMEN ATURAN BERSAMA

BAB II HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V akan diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil dan pembahasan pada penelitian yang telah dilakukan. Hasil dan pembahasan terdiri dari kondisi infrastruktur pada permukiman kumuh saat ini, proses pengadaan infrastruktur serta pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi infrastruktur pada permukiman kumuh yang berlokasi di Kecamatan Denpasar Barat. Pada bagian akhir penulis juga mengajukan beberapa saran yang sekiranya relevan terkait dengan topik penelitian yang dilakukan. 5.1 Simpulan Simpulan yang akan dipaparkan ini diperoleh dari jawaban atas rumusan masalah yang sudah ditentukan sebelumnya pada Bab I. Hasil dari rumusan masalah tersebut terlebih dahulu dibahas pada Bab IV secara mendetail. Pada sub bahasan simpulan akan dibahas mengenai inti sari dari hasil dan pembahasan dari tiga rumusan masalah yakni, (1) kondisi infrastruktur pada permukiman kumuh saat ini, (2) proses pengadaan infrastruktur serta pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, (3) faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi infrastruktur pada permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar Barat. 5.1.1 Kondisi infrastruktur pada permukiman kumuh saat ini Terdapat 4 jenis infrastruktur yang diteliti yaitu, jaringan air bersih, jaringan jalan, pengelolaan limbah, serta sarana mandi cuci kakus (MCK). Pada 135

136 pengelolaan limbah dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu, drainase, limbah rumah tangga, serta persampahan. Infrastruktur tersebut dijabarkan pada 3 kasus permukiman kumuh yang diambil yaitu, permukiman kumuh di Banjar Jematang, permukiman kumuh di Banjar Buana Asri, serta permukiman kumuh di Banjar Pekandelan. Kondisi infrastruktur pada kasus 1 yaitu permukiman kumuh di Banjar Jematang, Desa Dauh Puri Kauh, dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Jaringan jalan Terdapat 3 tipe jalan pada permukiman kasus 1 yaitu jalan lingkungan, jalan permukiman (gang), serta jalan-jalan kecil. Jalan lingkungan memiliki lebar ±4 meter dan menggunakan material berupa aspal. Sama halnya dengan jalan lingkungan, jalan permukiman (gang) juga sudah menggunakan material aspal yang merupakan bantuan dari pemerintah. Lebar jalan permukiman adalah ±4 meter. Untuk tipe jalan ketiga, merupakan jalan kecil yang ada di tengah-tengah permukiman dengan lebar ±1-1,5 meter. Material yang digunakan ada yang berupa paving dan semen, namun ada juga yang masih berupa jalan tanah. b. Jaringan air bersih Terdapat beberapa tipe pemanfaatan sumber air bersih pada permukiman kumuh di lokasi ini, antara lain: (1) tipe 1, yaitu sumber air bersih yang berupa pompa air yang dapat digunakan oleh seluruh warga permukiman (komunal); (2) tipe 2, yaitu sumber air bersih berupa sumur bor yang juga digunakan bersama, namun hanya dalam lingkup penghuni kost pada satu lahan kontrakan; (3) tipe 3,

137 sumber air bersih yang digunakan secara pribadi oleh satu keluarga pada satu hunian (kontrakan). c. Pengelolaan limbah Saluran drainase yang terdapat di tengah-tengah permukiman di sepanjang jalan permukiman memiliki lebar ±20cm dan kedalaman ±30cm, dengan kondisi yang terbuka. Sementara saluran drainase pada jalan lingkungan terlihat cukup baik dengan lebar ± 40cm dan beberapa terlihat dengan kondisi yang tertutup. Sistem pembuangan limbah padat dan cair yang berasal dari kamar mandi dialirkan menuju septictank pada masing-masing kamar mandi umum. Limbah cair buangan dari dapur dan kamar mandi dialirkan melalui pipa-pipa menuju saluran air hujan (got). Saluran ini nantinya akan menuju ke sungai yang merupakan pembuangan terakhir. Untuk pengelolaan sampah pada lingkungan permukiman ini sebagian dilakukan secara swadaya dan sebagian dikelola oleh swasta. Namun masih banyak terlihat masyarakat yang memanfaatkan sungai yang ada dekat permukiman sebagai tempat membuang sampah. d. Sarana MCK Terdapat tiga tipe sarana MCK di permukiman kumuh ini yaitu kamar mandi umum/komunal, kamar mandi khusus untuk penghuni kost, serta kamar mandi pribadi. Kondisi infrastruktur pada kasus 2 yaitu permukiman kumuh di Banjar Buana Asri, Desa Tegal Kertha, dapat dijabarkan sebagai berikut:

138 a. Jaringan jalan Sama seperti pada kasus 1, pada permukiman kumuh ini terdapat 3 tipe jalan yaitu jalan lingkungan, jalan permukiman (gang), serta jalan-jalan kecil. Jalan lingkungan merupakan jalan umum (Jalan Resimuka Barat) yang merupakan akses utama untuk menuju Gang VII yang merupakan jalan utama pada permukiman kumuh. Jalan tipe kedua yaitu jalan permukiman/gang yang menggunakan material berupa paving. Jalan tipe ketiga merupakan jalan kecil dengan lebar ±1 meter dan menggunakan perkerasan berupa semen yang merupakan akses bagi penghuni kost. b. Jaringan air bersih Sumber air bersih pada permukiman kumuh di lokasi ini menggunakan sumur bor dan sumur gali. Pada rumah kost sumber air bersih berasal dari sumur bor yang digunakan secara bersama-sama oleh pemilik kontrakan dan penghuni kost. Pada hunian dalam bentuk kontrakan, sumber air bersih yang digunakan adalah sumur gali. c. Pengelolaan limbah Kondisi jaringan drainase pada permukiman ini memiliki lebar got hanya 20cm pada kanan dan kiri jalan. Air yang mengalir pada saluran ini berasal dari saluran drainase diluar permukiman dan dari permukiman itu sendiri. Limbah dapur dialirkan pada saluran drainase (got) yang merupakan saluran pembuangan air hujan. Sedangkan untuk limbah padat terdapat septictank pada masing-masing kamar mandi.

139 Kondisi persampahan pada setiap hunian sudah menyediakan tempat sampahnya sendiri yang diletakkan di depan rumah masing-masing di pinggir jalan yang nantinya akan dipungut oleh petugas. Selain itu terdapat juga warga yang membuang sampahnya di lahan kosong ataupun langsung ke sungai yang ada di dekat permukiman tersebut. d. Sarana MCK Terdapat 2 jenis sarana MCK pada permukiman kumuh di Banjar Buana Asri ini. Jenis yang pertama adalah kamar mandi komunal yang ada pada 1 blok hunian berupa kontrakan/kost, dan yang kedua adalah kamar mandi pribadi yang digunakan oleh penghuni kontrakan secara pribadi. Kondisi infrastruktur pada kasus 3 yaitu permukiman kumuh di Banjar Pekandelan, Desa Pemecutan Kelod, dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Jaringan jalan Terdapat 3 tipe jalan pada permukiman ini, yaitu jalan lingkungan dan jalan permukiman/gang, serta jalan kecil pada 1 blok hunian (kost). Jalan lingkungan yaitu Jalan Kertapura adalah jalan umum yang menjadi akses utama menuju Gang Segina VI, dengan lebar ±4 meter dan material berupa aspal. Tipe jalan yang kedua adalah jalan permukiman (Gang Segina VI), dengan kondisi jaringan jalan berupa perkerasan semen dengan lebar ±4 meter. Tipe jalan ketiga adalah jalan kecil yang ada pada 1 blok hunian dalam bentuk kost dengan lebar ±1,5 meter dan perkerasan berupa material semen. Jalan ini juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk melakukan aktifitas

140 b. Jaringan air bersih Sumber air bersih di lokasi permukiman ini menggunakan sumur bor, sumur gali, serta ada beberapa yang sudah menggunakan PAM. Berdasarkan fungsinya, sumber air bersih yang digunakan dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu, sumber air bersih yang digunakan secara komunal serta sumber air bersih yang digunakan secara pribadi. c. Pengelolaan limbah Saluran drainase dibuat memanjang di pinggir jalan dari jalan besar hingga masuk ke jalan permukiman. Lebar saluran ini ±20 cm dengan kondisi sebagian terbuka pada bagian barat dan sebagian lagi ditutup menggunakan semen. Untuk sistem pembuangan limbah di permukiman kumuh ini sudah menggunakan Sanimas. Pada permukiman ini, sampah dipungut oleh petugas yang dibayar oleh warga melalui dusun atau banjar. Terdapat bak sampah umum yang terdapat di ujung jalan dekat dengan jalan besar. Selain itu terdapat juga beberapa titik yang digunakan oleh warga sebagai tempat membuang sampah secara tidak bertanggung jawab. d. Sarana MCK Berdasarkan penggunaannya, sarana MCK dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu, kamar mandi komunal serta kamar mandi pribadi. Kamar mandi komunal terdapat pada 1 blok hunian (kost), sedangkan sarana MCK yang digunakan secara pribadi terdapat pada hunian 1 keluarga.

141 5.1.2 Proses pengadaan infrastruktur dan pihak yang terlibat didalamnya Proses pengadaan infrastruktur pada permukiman kumuh dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu, tahap pada awal perkembangan, tahap perencanaan, tahap pembiayaan, tahap pelaksanaan, tahap pengelolaan, serta tahap perbaikan. Pada masing-masing tahap terdapat pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengadaan infrastruktur permukiman kumuh ini meliputi, pemilik lahan, warga permukiman, pihak pemerintah, pihak banjar, pihak desa, serta pihak swasta. Secara keseluruhan terdapat 2 tipe tahapan proses pengadaan infrastruktur pada permukiman kumuh, yaitu: 1. Awal perkembangan perencanaan pembiayaan pelaksanaan pengelolaan 2. Awal perkembangan pengelolaan perbaikan Tipe pertama dialami oleh kasus 1 dan kasus 3, sedangkan tipe kedua dialami oleh permukiman kumuh kasus 2. Pada kedua tipe proses pengadaan infrastruktur ini tidak semua tahapan-tahapan yang telah disebutkan sebelumnya dilalui oleh tiaptiap kasus permukiman kumuh yang diteliti. Pihak-pihak yang terlibat juga memiliki peran yang berbeda dalam setiap tahapan pada masing-masing kasus. 5.1.3 Faktor pengaruh dari kondisi infrastruktur permukiman kumuh Dalam kondisi serta proses pengadaan infrastruktur terdapat beberapa dasar pertimbangan ataupun faktor-faktor yang mempengaruhi infrastruktur tersebut. Faktor-faktor tersebut yaitu, status lahan, kondisi fisik infrastruktur yang ada, hak milik lahan, potensi pada site, sumber daya manusia, serta kondisi site

142 permukiman. Keseluruhan faktor-faktor tersebut dapat digolongkan kembali menjadi 3 faktor secara makro yakni: 1. Faktor alam, meliputi faktor potensi pada site dan kondisi site permukiman. Faktor potensi site merupakan potensi-potensi alami di sekitar permukiman yang dimanfaatkan oleh warga permukiman kumuh seperti sungai dan lahan kosong. Sementara yang dimaksud dengan kondisi site permukiman dalam hal ini adalah kemiringan site yang juga mempengaruhi dalam mambangun saluran pembuangan pada permukiman kumuh. 2. Faktor buatan, meliputi kondisi fisik permukiman/infrastruktur yang sudah ada. Kondisi fisik permukiman dalam hal ini adalah kondisi lingkungan pada permukiman yang juga terkait dengan kondisi infrastruktur yang sudah ada sebelumnya yang dimanfaatkan oleh warga permukiman kumuh itu sendiri. 3. Faktor sosial, meliputi status lahan, hak milik lahan, serta sumber daya manusia. 5.2 Saran Pada pokok bahasan ini akan disampaikan beberapa saran atau usulan bagi pihak-pihak maupun masyarakat yang terlibat di dalamnya, berdasarkan atas simpulan hasil penelitian sebelumnya. 1. Kebijakan dalam proses pengadaan infrastruktur pada permukiman perkotaan agar lebih diperjelas dan dipertegas mengenai dasar-dasar pertimbangan yang digunakan dalam proses pemberian bantuan. Hal ini

143 dimaksudkan agar tidak terjadi kesenjangan social antara permukiman satu dengan lainnya. 2. Pemerintah agar lebih memperhatikan kondisi fisik permukiman kumuh terkait kondisi infrastruktur yang merupakan komponen penting dalam suatu permukiman, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti adanya wabah penyakit akibat kondisi infrastruktur permukiman yang buruk. 3. Pemilik lahan dan dan penyewa lahan (warga permukiman) dalam hal ini merupakan pihak yang memiliki peran terpenting yang dapat mempengaruhi kondisi permukiman menjadi layak huni maupun tidak. Diharapkan kepada pemilik lahan yang merupakan pihak yang berperan pada awal perkembangan permukiman tersebut untuk lebih memperhatikan dan mengelola kondisi jaringan infrastruktur pada permukiman yang berdiri diatas lahan miliknya. 4. Untuk warga permukiman agar lebih bertanggung jawab pada proses pengelolaan jaringan infrastruktur pada hunian masing-masing serta tidak merusak lingkungan sekitar untuk dimanfaatkan agar terlihat layak huni bagi mereka maupun bagi lingkungan sekitarnya. 5. Mempertegas aturan-aturan yang berasal dari Desa maupun Banjar berupa sanksi-sanksi jika terjadi tindakan perusakan lingkungan sekitar permukiman.