BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia remaja. Pada jenjang ini, remaja berada pada masa untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. Dalam bab pembahasan ini, penulis membahas hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB VI PENUTUP. 1. Tujuan Pengambilan Keputusan Memilih Jurusan. disebut dengan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. penyaluran dan penempatan siswa pada program peminatan. Program peminatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara umum pendidikan dipandang sebagai faktor utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

PENELUSURAN MINAT-BAKAT UNTUK SISWA SMA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat menyenangkan dan indah untuk dikenang. Santrock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak pernah dipisahkan dari aspek kehidupan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. keputusan dapat diambil sesuai kebutuhan yang diharapkan. keputusan, yaitu keputusan untuk tidak melakukan apa-apa.

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. SMA Negeri 6 Jakarta merupakan salah satu SMA favorit dibilangan Jakarta Selatan.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu modal awal proses menuju pembangunan bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

PENINGKATAN PEMAHAMAN DIRI MELALUI MODEL PERMAINAN JOHARI WINDOW SISWA KELAS X AK 3 SMK SORE KOTA MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diselenggarakan. Kaum muda diharapkan memiliki bekal

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISWA MEMILIH JURUSAN IPA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 72 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, yang dipilah menjadi Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. saat tertentu juga seseorang bisa menyelesaikan masalahnya berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. mencapainya, ada beberapa cara yang perlu diperhatikan. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa Sekolah Menengah Atas adalah siswa yang berada pada rentangan usia remaja. Pada jenjang ini, remaja berada pada masa untuk memasuki dunia pendidikan tinggi yang merupakan tempat untuk membentuk integritas karier yang didambakannya. Masa remaja merupakan masa di mana pengambilan keputusan meningkat. Pengambilan keputusan memegang peran penting dalam masa remaja karena akan mempengaruhi kehidupan remaja tersebut. Remaja sering memandang pengambilan keputusan disertai kebingungan, ketidakpastian dan stress. Banyak remaja yang tidak cukup banyak mengeksplorasi pilihannya. Berpikir kritis dapat membantu seseorang remaja dalam pengambilan keputusan, yaitu menggali makna suatu masalah secara lebih mendalam, berpikiran terbuka terhadap pendekatan dan pandangan yang berbeda-beda dan menetapkan untuk diri sendiri hal-hal yang akan diyakini atau dilakukan (Daniel Keanting,1990). 1 Setiap saat seorang remaja, dalam proses pengambilan keputusannya atau Decision Making akan berpengaruh terhadap hidupnya kelak maupun hidup orang lain. Decision Making dilakukan mulai hal yang sederhana, seperti memilih warna baju, memilih model pakaian, atau memilih menu 1 Santrock, John. 2003. ADOLESCENSE Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga., hlm. 140 1

2 makanan. Pengambilan keputusan juga dilakukan dalam hal-hal yang kompleks seperti memilih teman pergaulan, memilih jurusan sampai dalam hal pemilihan karier. Banyak sekali masalah yang dihadapi remaja dalam memutuskan sesuatu. 2 Misalnya seorang siswa yang berminat untuk masuk jurusan IPS akan tetapi orang tua menilai jurusan IPA lebih bagus, di sinilah masalah yang sering dihadapi remaja, bagaimana keputusan yang paling baik untuk diambil. Remaja sering memandang pengambilan keputusan dengan disertai kebimbangan, ketidakpastian, dan stress. Remaja membutuhkan nasehat untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan dalam hidup mereka, sehingga orang tua perlu melibatkan anak dalam kegiatan mengambil keputusan yan tepat. 3 Bagi siswa SMA kelas X, penjurusan merupakan hal yang harus mereka alami ketika akan beranjak ke kelas XI. Inilah tahap yang sangat strategis karena memilih jurusan berarti menentukan masa depan. Mengenai pengambilan keputusan dalam pemilihan jurusan, Indri Savitri, S.Psi. dari Lembaga Psikologi Terapan (LPT) Universitas Indonesia mengatakan, "Ini khas remaja Indonesia karena tidak terdidik untuk mengambil keputusan sendiri" (indomedia.com). Pada kenyataannya, masih banyak siswa yang memilih suatu jurusan bukan berdasarkan potensi, minat, dan bakat yang dimilikinya. Keputusan para siswa, terkadang dipengaruhi oleh pendapat orang tua, teman atau figurfigur yang diidolakan. Mereka memutuskan memilih suatu jurusan, misalnya, karena teman baiknya memilih jurusan tersebut. Kasus ini terjadi karena 2 Desmita.2008. Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Rosda Karya., hlm. 198 3 Santrock, John. 2003. ADOLESCENSE Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga., hlm. 140

3 mereka tidak mau pertemanan yang telah terjalin selama setahun di kelas X berakhir saat pembagian rapor kenaikan kelas. Padahal, meskipun mereka berlainan jurusan, mereka masih bisa bertemu setiap hari karena tetap berada pada sekolah yang sama. Fenomena lain yang sering terjadi adalah mereka menyerahkan penjurusan sepenuhnya kepada orang tua. Ini terjadi karena orang tua sering kali dominan dalam menentukan jurusan yang dipilih anaknya. Tanpa mempertimbangkan apakah jurusan tersebut sesuai dengan potensi, minat, dan bakat yang dimiliki anaknya. Dengan alasan, misalnya kelak saat anaknya lulus SMA akan dikuliahkan di fakultas kedokteran sesuai dengan karier orang tuanya. Dengan hanya mendasarkan pendapat tersebut dan tanpa menelaah kemampuannya seorang siswa bisa membuat keputusan yang sangat bertolak belakang dengan minat dan bakatnya. Akibat yang buruk terjadi setelah itu, yaitu keengganan belajar dan menurunnya kualitas serta prestasi akademik karena siswa merasa salah dalam memilih jurusan. Seperti penelitian tesis oleh Astrid Lousia dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya. Penelitian tahun 2009 ini berjudul Dinamika Proses Pengambilan Keputusan Ketika Siswa-Siswi SMA Kelas I Memilih Jurusan Di SMA. 4 Dalam penelitian ini, proses pengambilan keputusan akan didasarkan pada model rasional yang dicetuskan oleh Robbins. Terdapat enam tahap dalam pengambilan keputusan yaitu menetapkan masalah, mengidentifikasi kriteria keputusan, memberikan bobot pada kriteria tersebut, mengembangkan berbagai alternatif yang memungkinkan untuk menyelesaikan masalah, mengevaluasi alternatif tersebut serta memilih 4 http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabid=52&prang=lousia%2c+astrid

4 alternatif terbaik dan menjalaninya dengan konsisten. Faktor-faktor yang diperkirakan akan berperan dalam pengambilan keputusan remaja adalah minat, orang tua dan teman sebaya. Penelitian ini menggunakan empat subjek siswa/i kelas I SMA. Dalam mengambil keputusan, keempat subjek melewati tahap demi tahap model pengambilan keputusan rasional secara berurutan, namun mereka belum melewati tahap terakhir karena mereka belum memberikan keputusan akhir ke pihak sekolah. Sementara itu, faktor-faktor yang turut berperan dalam memilih jurusan adalah minat, pendapat orang tua, nilai dan saudara kandung yang lebih tua, dimana nilai dan saudara kandung ini tidak diperkirakan sebelumnya. Sebaliknya, teman sebaya yang diperkirakan akan berperan, pada keempat subjek ternyata tidak berperan. Selain itu ada juga penelitian skripsi oleh Aries Kusuma Dewi dari Program Studi Psikologi Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Penelitian tahun 2009 ini berjudul Faktor-Faktor yang Melatarbelakngi Pengambilan Keputusan Memilih Program Studi di Perguruan Tinggi. 5 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kognitif, afektif, lingkungan sosial, dan perguruan tinggi mempengaruhi pengambilan keputusan memilih program studi di perguruan tinggi. Faktor kognitif memiliki persentase pengaruh sebesar 23.87%, faktor afektif sebesar 26.59%, faktor lingkungan sosial sebesar 25.04%, dan faktor perguruan tinggi sebesar 24.38%, sehingga totalnya adalah sebesar 99.9%. Berdasarkan hasil penelitian disarankan; 1) alumni SMA yang akan memilih 5 http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/bk-psikologi/article/view/2749/0

5 program studi hendaknya mengenali diri sehingga program studi yang dipilih sesuai, serta mencari informasi tentang perguruan tinggi dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal dan mengecek info yang didapat, 2) bagi penyelenggara perguruan tinggi hendaknya memanfaatkan hasil penelitian dengan melakukan evaluasi dan perbaikan sarana maupun pra sarana sehingga dapat menarik alumni SMA untuk memilih berkuliah disana, 3) bagi peneliti selanjutnya dengan topik penelitian yang sama diharapkan mengembangkan desain penelitian dengan menambah variabel penelitian. Pada dasarnya kemampuan remaja dalam mengambil keputusan memiliki konsekuensi yang sama dengan orang dewasa karena mempunyai dampak yang penting sesuai dengan resikonya. Masa remaja adalah saat meningkatnya pengambilan keputusan mengenai masa depan, teman yang akan dipilih, jurusan yang akan dipilih, apakah akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi dan lain hal lainnya. Remaja muda cenderung menciptakan pilihan-pilihan, menelaah situasi dari berbagai sudut pandang, memperkirakan konsekuensi dari suatu pandang, mempertimbangkan kredibilitas sumber (Mann, Harmoni, & Power). 6 Remaja membutuhkan lebih banyak kesempatan untuk melatih dan membahas pengambilan keputusan yang realistis. Banyak keputusan dalam dunia nyata diambil dalam situasi stress yang mengandung faktor-faktor keterbatasan waktu dan melibatkan emosional, sehingga remaja perlu diberi kesempatan lebih banyak lagi dalam kegiatan bermain peran dan pemecahan 6 Santrock, John. 2003. ADOLESCENSE Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga., hlm. 140

6 masalah yang berkaitan dengan pilihan-pilihan dimana keluasan pengalaman juga ikut berperan. 7 Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga setiap individu membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dan berlangsung dalam suatu sistem, meskipun merupakan suatu keputusan yang sifatnya paling pribadi sekalipun. Pengambilan keputusan menjadi suatu hal yang biasa diambil atau dilakukan karena individu menghadapi berbagai permasalahan untuk dapat mempertahankan hidupnya. Pengambilan keputusan merupakan kunci kehidupan dan kegiatan yang paling penting dari semua kegiatan dalam menghadapi berbagai permasalahan untuk dapat mempertahankan hidup. Penjurusan sendiri di MAN 3 Kediri dibagi menjadi dua yakni IPS dan IPA. Jurusan IPA dibagi menjadi empat kelas sedangkan untuk jurusan IPS sebanyak enam kelas. Selain itu banyak siswa/i lulusan dari MAN 3 Kediri yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri di Jawa Timur. Salah satunya di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dengan melihat konteks penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul PENGAMBILAN KEPUTUSAN REMAJA DALAM MEMILIH JURUSAN (Studi Kasus di MAN 3 Kediri). 7 Ibid., hlm. 140

7 Penulis melakukan penelitian di MAN 3 Kediri, yang beralamatkan di jalan Letjen Soeprapto No 58 Kediri ini, karena berbagai macam prestasi yang telah diraih oleh MAN tersebut, baik ditingkat tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional dalam berbagai bidang. Selain itu sekolah ini juga bergelar SBI yaitu Sekolah Berstandart Internasional sehingga prestasi yang diraih oleh siswa di MAN 3 tersebut tidak dapat diragukan lagi. Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui lebih dalam bagaimana pengambilan keputusan remaja ketika memilih jurusan yang ada di MAN 3 Kediri tersebut. B. Fokus Penelitian Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka peneliti akan memfokuskan ke dalam beberapa masalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di MAN 3 Kediri? 2. Bagaimana langkah-langkah pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di MAN 3 Kediri? 3. Bagaimana dasar pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di MAN 3 Kediri? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di MAN 3 Kediri.

8 2. Mengetahui bagaimana cara pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di MAN 3 Kediri. 3. Mengetahui dasar pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di MAN 3 Kediri. D. Definisi Istilah Untuk menghindari penyimpangan atau kesalahpahaman dalam pelaksanaan penelitian ini, maka peneliti membatasi beberapa pengertian istilah kunci dalam penelitian ini, antara lain: 1) Pengambilan Keputusan Memilih Jurusan Pengambilan Keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindak lanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah yang merupakan tindakan yang dianggap paling tepat. Pengambilan keputusan dalam memilih jurusan adalah proses pemilihan jurusan apakah IPA, IPS atau Bahasa untuk ditindak lanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah yang merupakan tindakan yang dianggap paling tepat yang berguna sebagai pengarahan haluan hidup seseorang seperti jenis pekerjaan, nilai yang dianut serta kepribadian yang mengembannya.

9 2) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Menutur Kotler dkk faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan individu, diantaranya adalah faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis 1) Faktor Kebudayaan Seringkali masyarakat beranggapan bahwa jurusan IPA akan memberikan prospek masa depan yang lebih baik daripada jurusan lainya. Sehingga remaja kadang memilih jurusan sesuai pandangan masyarakat terhadap jurusan tersebut 2) Faktor sosial a. Kelompok acuan (reference group): Dalam pengambilan keputusan memilih jurusan remaja sering dipengaruhi oleh kelompok acuan seperti keluarga, teman, tetangga dan orang-orang yang berinteraksi dengannya. b. Faktor keluarga Dalam mengambil keputusan memilih jurusan remaja sering dipengaruhi oleh anggota keluarga khususnya orang tua. c. Peran dan status sosial Remaja dalam pengambilan keputusan memilih jurusan biasanya juga mempertimbangkan peran dan status sosial seperti tingkat ekonomi keluarga. d. Lingkungan sosial

10 Lingkungan sosial tempat subjek berinteraksi sangat mempengaruhi pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan. 3) Faktor Pribadi Karakteristik pribadi seseorang juga mempengaruhi keputusan memilih jurusan seperti gaya hidup dan konsep diri yang besangkutan. 4) Faktor Psikologis Dalam mengambil keputusan memilih jurusan remaja sering memperhatikan apa motivasi dorongannya memilih jurusan tersebut. 3) Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan Remaja Dalam Memilih Jurusan Panji Anoraga menyebutkan proses pengambilan keputusan memilih jurusan meliputi: 1. Menetapkan tujuan Pengambilan keputusan memilih jurusan harus memiliki tujuan jelas yang akan mengarahkan langkahnya. 2. Mengidentifikasi permasalahan Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. 3. Mengembangkan sejumlah alternatif Mengembangkan serangkaian alternatif untuk menyelesaikan permasalahan.

11 4. Penilaian dan pemilihan alternatif Melakukan evaluasi terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik. 5. Melaksanakan keputusan Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian harus diterapkan. 6. Evaluasi dan pengendalian Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. 4) Dasar Pengambilan Keputusan Memilih Jurusan George R. Terry menyebutkan 5 dasar (basis) dalam pengambilan keputusan, yaitu: 1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi Keputusan memilih jurusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Seperti memilih jurusan sesuai fikirannya sendiri tanpa mempertimbangkan kemampuan diri sendiri. 2. Pengambilan Keputusan Rasional Keputusan memilih jurusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Dalam memilih jurusan remaja akan memperhitungkan positif dan negatifnya keputusan tersebut bagi dirinya. 3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta

12 Istilah fakta disini perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam memilih jurusan. 4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan memilih jurusan, seseorang mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Selain belajar dari pengalaman dirinya sendiri biasanya remaja juga akan belajar dari pengalaman orang lain yang dijadikan dasar dalam memilih jurusan. 5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang Pada kenyataannya, masih banyak siswa yang memilih suatu jurusan bukan berdasarkan potensi, minat, dan bakat yang dimilikinya. Mereka menyerahkan penjurusan sepenuhnya kepada orang tua. Remaja sering memandang pengambilan keputusan dengan disertai kebimbangan, ketidakpastian, dan stress. Mereka membutuhkan nasehat untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan dalam hidup mereka (Garner, 1987). 5) Pengertian Remaja Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis yang memiliki batasan umur antara 16 tahun sampai dengan 18 tahun.

13 E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dikategorikan dalam tiga aspek : 1. Manfaat Bagi Peneliti a. Sebagai tambahan wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dan pembaca tentang pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di MAN 3 Kediri. b. Diharapkan dari penelitian ini peneliti dapat memperdalam keilmuan psikologi dan praktek secara langsung di lapangan. 2. Manfaat Bagi Lembaga a. Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Psikologi b. Dapat memberikan pengetahuan baru tentang pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di MAN 3 Kediri. c. Dapat dijadikan sumber informasi untuk sarana pengembangan pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di MAN 3 Kediri. 3. Manfaat Bagi Keilmuan Manfaat keilmuan mampu memberikan sumbangan pikiran khususnya bagi para ilmuwan psikologi pada pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di MAN 3 Kediri.