BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yaitu bagian otak yang memiliki spesifikasi berpikir, mengolah data seputar

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan bertanggung jawab, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. keahlian tertentu sesuai dengan jurusan masing-masing. SMK menyiapkan serta

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gemilang bagi putra-putrinya. Mereka berharap agar putra-putrinya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelligent adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA KELAS XI MA NEGERI TLOGO-BLITAR.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK DI TK PELANGI NUSA KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. ( diakses 2 Maret 2015) ( diakses 2 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN. memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. kemudikan oleh orangtua. Kartini Kartono menyebutkan bahwa keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Hasil studi kasus seorang psikolog perkembangan Deni Nasri,mengemukakan bahwa empat dari lima orang dewasa yang krisis kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TINDAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP (FISIK DAN PSIKOLOGIS) PADA ANAK JALANAN

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendidik anak dengan penuh kasih sayang adalah menjadi tanggung jawab orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa globalisasi sa at ini, anak akan dihadapkan banyak tantangan yang dihadapi sehingga diperlukan pribadi yang tangguh dan mempunyai sikap kreatif yang tinggi agar dapat mengatasi tantangan yang semakin beragam tersebut. Karena manusia merupakan makhluk sosial, maka ia dituntut memiliki sikap kreatif yang baik agar dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. (Munjidah, 2009, h. 1) Keluarga adalah tempat pertama kali anak tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun mental. Apakah proses pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya baik atau tidak, tergantung pada pola pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anak. Perkembangan anak akan optimal bila pola asuh yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan anak sejak dalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak (Soetjiningsih, 1998, h. 29) Pada dasarnya pola asuh adalah perlakuan orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari (Meichati, 1997, h. 18). Dalam hal ini, kecermatan orang tua dalam melihat dan memperhatikan setiap

2 perkembangan anaknya merupakan hal yang sangat penting dalam membantu seorang anak mengungkapkan segala yang ingin diperlihatkan pada mereka. Proses tumbuh kembang seorang anak dari hari ke hari sangat menakjubkan. Dari mulai sejak lahir, bayi dan anak-anak yang kemudian menjadi remaja serta dewasa, banyak hal yang "luar biasa". Dalam proses perkembangannya tersebut, tentunya tidak terlepas dari peran orangtua sebagai pihak yang paling berarti dalam kehidupan seorang anak (Desmita, 2005). Bagaimana kepribadian anak kelak; apakah kepribadian yang menyenangkan atau tidak menyenangkan; semuanya itu tergantung dari bagaimana cara orangtua mendidik anaknya. Keberhasilan seorang anak dalam hubungan sosialnya, tergantung perlakuan orang tua dalam mengasuh anak-anaknya. Pada umumnya perlakuaan tersebut diwujudkan dalam bentuk merawat, memelihara, mengajar, dan membimbing anak. Segala perlakuan orang tua yang berupa tindakan dan ucapan yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan anak disebut sebagai pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua ini bersifat penting sekali sebagai dasar-dasar nilai yang komplek pada diri anak. Dalam hubungan dengan keluarga, anak lebih tergantung pada orang tua dalam segala hal. Pola asuh orang tua yang baik akan menghasilkan penyesuaian pribadi dan sosial anak yang baik pula (Hurlock, 1999, h. 58). Hal ini berarti mendidik anak secara efektif dipengaruhi oleh pola asuh yang diberlakukan orangtua terhadap anaknya.

3 Pada hakekatnya para orangtua mempunyai harapan yang besar kepada anaknya agar tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik dan bisa dibanggakan. Agar semua itu mudah terwujud hendaknya orangtua harus lebih menyadari akan peranan mereka dalam mengasuh, mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Dalam sebuah keluarga, kehadiran orang tua sangatlah besar artinya bagi perkembangan kepribadian seorang anak, karena keluarga merupakan lingkungan paling utama yang nantinya akan memberikan pengaruh terhadap beberapa aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosial si anak. Oleh karena itu orangtua sangat berpengaruh pada tumbuh kembangnya anak untuk bersikap kreatif dan berpotensi yang unggul. Peran orangtua juga dapat membantu anak menemukan minat-minat mereka yang paling mendalam dengan mendorong anak untuk melakukan kegiatan yang beragam, menunjukkan kesempatan dan kemungkinan yang ada. Minat anak berkembang dan dapat berubah dengan selangnya waktu (Munandar, 2002: 135) Bila dikaitkan dengan tipe pola asuh apa yang digunakan, maka sikap kreatif merupakan hasil konkrit yang disertai dengan terbentuknya kepribadian anak sejak usia tumbuh kembang. Sikap anak dalam berpikir rasional dan fleksibel, sangat dipengaruhi oleh bagaimana anak melakukan imitasi terhadap apa yang dilihatnya. Ketika anak sudah mulai mampu menerima dan mengolah rangsang dari luar, saat itulah ia mulai mengatur pola berpikir dan pola perilakunya dalam menghadapi setiap masalah yang harus segera dipecahkannya.

4 Seorang pendidik khususnya orangtua perlu menerima anak apa adanya, memahami anak sebagai anak, tidak cepat menilai baik buruknya, dan menerima kebebasan psikologis untuk mengutarakan gagasannya. Dari hasil penelitian mengenai sikap orangtua mendidik anak, menunjukkan bahwa diantara mereka ada yang kurang menghargai inisiatif, kemandirian, dan kebebasan anak, padahal kelak anak jika sudah dewasa justru dituntut untuk kreatif, berinisiatif, dan mandiri (Munandar, 1984 : 16). Menurut Sternberg (dalam Munandar, 1999) Bahwa kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis yaitu inteligensi, gaya kognitif, tingkah laku dan kepribadian/motivasi. Dari ketiga arti ini bahwa segi dari alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif. Penelitian tentang kreativitas merupakan penelitian yang sangat penting utuk dilakukan, menurut juan Huarte (dalam Wahab, 2006) kreativitas merupakan jenis kecerdasan tertinggi pada umat manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Karena itu penelitian tentang kreativitas berarti meneliti tantang potensi tertinggi manusia ( Aziz, 2011, h. 2) Menurut Psikolog humanistik aktualisasi diri adalah seseorang yang menggunakan semua bakat dan talentanya untuk mewujudkan potensinya. Pribadi yang dapat mengaktualisasikan dirinya adalah seseorang yang sehat mental, dapat menerima dirinya, selalu tumbuh, berfungsi sepenuhnya, berpikiran demokratis, dan sebagainya (Desmita, 2005, h. 18)

5 Dengan demikian, perlunya sikap kreatif dikembangkan sejak dini adalah bermanfaat bagi perkembangan anak selanjutnya terutama dalam hal perwujudan diri pribadi dan penyesuaian diri yang baik terhadap pribadi dan lingkungannya. Sehubungan dengan hal tersebut peranan dari lingkungan sekitar terlebih dari orangtua sangat menentukan. MTs Negeri Gresik merupakan salah satu lingkungan yang menampung para pelajar yang sebagian besar dari kalangan keluarga menengah kebawah dan dari berbagai kalangan pekerjaan. Melihat dari komunitas tersebut apakah komunitas yang dibangun oleh siswa dan keluarga mempunyai pengaruh terhadap sikap kreatif. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di MTs Negeri Gresik yang di dapat dari wawancara dengan salah satu guru BK menyatakan siswa kelas VIII diantara mereka yang berani bertanya atau berani mengemukakan pendapat adalah siswa-siswi yang sebagian besar dari keluarga yang mempunyai hubungan harmonis, hal ini mengindikasikan bahwa pola asuh orangtua yang dibangun dengan anak sangatlah penting. Hal lain yang dikemukakan adalah bahwa sebagian besar siswa-siswi MTs itu mengalami permasalahan yang komplek, anak cenderung tidak punya rasa percaya diri ketika ditunjuk untuk mewakili sekolah dalam perlombaan tertentu, anak selalu mengeluh terhadap pelajaran yang sulit baginya, cenderung tergesahgesah dalam mengerjakan sesuatu.

6 Peran orangtua juga sangat mendorong kreativitas anak agar menjadi orang yang berguna dan berpotensi yang unggul. Tidak hanya orangtua saja yang mengarahkan si anak untuk berkreatif, akan tetapi juga guru dan lingkungan disekitarnya juga dapat membimbing demi tercapainya potensi anak, sehingga si anak dapat termotivasi menurut kemampuannya. Penelitian tentang pola asuh demokratis dan kreativitas telah cukup banyak dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh (Masruroh, 2009) tentang hubungan antara pola asuh demokratis orang tua dengan rasa percaya diri siswa-siswi di Taman Kanak-kanak Primagama Kota Malang, diketahui bahwa terdapat korelasi (hubungan) positif yang signifikan antara pola asuh demokratis orang tua dengan rasa percaya diri anak. Kemudian penelitian yang dilakukan (Munjidah, 2009) tentang hubungan antara pola asuh orangtua terhadap tingkat kreativitas verbal siswa SMAN 5 Malang dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara pola asuh demokratis orang tua terhadap tingkat kreativitas verbal siswa SMAN 5 Malang. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini, lebih merupakan lanjutan penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara pola asuh orangtua terhadap tingkat kreativitas siswa, dengan lebih menfokuskan pada polah asuh demokratis dan kreativitas yang diuji juga menggunakan kreativitas pada dimensi person, yakni pada sikap kreatif siswa.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pola asuh demokratis orang tua pada siswa kelas VIII di MTs Negeri Gresik? 2. Bagaimana tingkat sikap kreatif siswa kelas VIII di MTs Negeri Gresik? 3. Bagaimana hubungan antara pola asuh demokratis orang tua dengan tingkat sikap kreatif pada siswa kelas VIII di MTs Negeri Gresik? C. Tujuan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis mempunyai tujuan yang hendak dicapai yaitu : 1. Untuk mengetahui tingkat pola asuh demokratis orang tua pada siswa kelas VIII di MTs Negeri Gresik. 2. Untuk mengetahui tingkat kreativitas pada siswa kelas VIII di MTs Negeri Gresik. 3. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis orang tua dengan kreativitas pada siswa kelas VIII di MTs Negeri Gresik. D. Manfaat Penelitian berikut : Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai tambahan pengetahuan tentang pola pikir dan pemahaman penulis di bidang penelitian, khususnya hubungan antara pola asuh

8 demokratis orang tua dengan sikap kreatif pada siswa kelas VIII di MTs Negeri Gresik. b. Memberikan sumbangan pemikiran yang diharapkan mampu menjadi sarana pengembangan wawasan keilmuan, khususnya hubungan antara pola asuh demokratis orang tua dengan sikap kreatif pada siswa kelas VIII di MTs Negeri Gresik c. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam 2. Manfaat Praktis a. Bagi lembaga pendidikan. Sebagai bahan masukan dalam merumuskan kurikulum pendidikan sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif agar orang tua dapat menerapkan pola asuh kepada anak secara baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari agar mampu meningkatkan kreativitas siswa. b. Bagi orangtua. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang luas pada orang tua mengenai pola asuh orang tua terhadap anak dan juga mampu memahami anak dengan apa adanya. c. Bagi peneliti. Penelitian ini dapat dijadikan wahana dalam pengembangan ilmu Psikologi yang telah diterima oleh peneliti, khususnya dalam Psikologi Pendidikan, Perkembangan, dan Sosial.