BAB 1 PENDAHULUAN. minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Atau buah kehamilan belum mampu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda sia-sia. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) pada tanggal 12

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

Modul ke: SEMINAR MEDIA. 03Ilmu. Presentasi Kelompok. Fakultas. Christina Arsi Lestari, M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. tahun Penurunan angka kematian ibu per kelahiran bayi. Millenium (Millenium Development Goals/MDGs).

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abortus provocatus di Indonesia lebih populer disebut sebagai aborsi

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB I PENDAHULUAN. masa remajanya dengan hal-hal yang bermanfaat. Akan tetapi banyak remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan penduduk merupakan salah satu indikator kualitas

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KELAINAN LETAK JANIN DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA DI KAMAR BERSALIN RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. mengarah kepada kematian. Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

Sgmendung2gmail.com

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB I PENDAHULUAN. system kesehatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dilihat dari Angka Kematian

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Perempuan dan Kesehatan Reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aborsi masih menjadi salah satu masalah yang cukup serius untuk diteliti, dilihat dari tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Abortus itu sendiri merupakan pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 26 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan. Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah. Sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. WHO (World Health Organization) mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Bandingkan dengan Kamboja yang sudah mencapai 208 per 100.000 kelahiran hidup, Myanmar sebesar 130 per 100.000 kelahiran hidup, Nepal sebesar 193 per 100.000 kelahiran hidup, India sebesar 150 per 100.000 kelahiran hidup, Bhutan sebesar 250 per 100.000 kelahiran hidup, Bangladesh sebesar 200 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan kini Indonesia sudah tertinggal dengan Timur Leste dalam pencapaian AKI, dimana AKI Timor Leste mencapai 300 per 100.000 kelahiran hidup.(prakarsa 2013). World Health Organization (WHO) memperkirakan ada 20 juta kejadian aborsi tidak aman (unsafe abortion) di Dunia, 9,5 % (19 dari 20 juta tindakan aborsi tidak aman) diantaranya terjadi di Negara berkembang. Sekitar 13 % dari total 1

2 perempuan yang melakukan aborsi tidak aman berakhir dengan kematian. Resiko kematian akibat aborsi yang tidak aman di wilayah Asia diperkirakan 1 berbanding 3700 dibanding dengan aborsi. Di Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia, dimana 2.500 di antaranya berakhir dengan kematian. Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. (Soetjiningsih, 2004). Bila melihat target MDGs 2015 untuk AKI, target Indonesia adalah menurunkan AKI mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan posisi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 maka akan sangat sulit bagi pemerintah untuk mencapai target penurunan AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Melonjaknya AKI tidak terlepas dari kegagalan program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) (SDKI 2012). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs). AKI Indonesia diperkirakan tidak akan dapat mencapai target MDG yang ditetapkan yaitu 102 per 100 000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Kematian Ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas sebenarnya sudah banyak dikupas dan dibahas penyebab serta langkah-langkah untuk mengatasinya. Meski demikian tampaknya berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah masih belum mampu mempercepat

3 penurunan AKI seperti diharapkan. Pada Oktober yang lalu kita dikejutkan dengan hasil perhitungan AKI menurut SDKI 2012 yang menunjukkan peningkatan (dari 228 per 100 000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100 000 kelahiran hidup). Diskusi sudah banyak dilakukan dalam rangka membahas mengenai sulitnya menghitung AKI dan sulitnya menginterpretasi data AKI yang berbeda-beda dan fluktuasinya kadang drastic (Syafiq.A 2013). Salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah perdarahan yang disebabkan oleh aborsi, itu menandakan bahwa derajat kesehatan reproduksi perempuan belum seperti yang diharapkan. Padahal kesehatan Ibu merupakan salah satu wujud hak asasi perempuan. Akibat aborsi tidak aman perempuan dapat mengalami komplikasi (dalam bentuk infeksi, rahim robek, perdarahan), kesakitan/kecacatan bahkan kematian. Menurut Azwar (2005), presentasi kontribusi aborsi terhadap AKI di Indonesia bisa mencapai 30-50%. Rasio aborsi 10.4 per 100 kehamilan yang paling banyak terjadi dan ikut berperan pada 36.3% aborsi. Komplikasi kehamilan, jumlah kehamilan, pemeriksaan dan antenatal berkaitan dengan kejadian aborsi (Setyowati, Balitbangkes, 2004). Diperkirakan jumlah aborsi setiap tahun berkisar antara 750.000 100.000 atau 18 aborsi per 100 kehamilan. Sedangkan Utomo, dkk (2001) memperkirakan insiden aborsi pertahun sebesar 2.000.000 atau 43 aborsi per 100 kehamilan. Data yang dikumpulkan dari sembilan daerah di Indonesia sejak tahun 2000-2003,

4 menunjukkan adanya 37.685 permintaan pelayanan pemulihan haid, terdapat 73% klien meminta pelayanan pemulihan haid karena kegagalan KB 31%, selain telah memiliki cukup anak 21%. Indonesia merupakan salah satu negara yang melarang praktek aborsi. Hal ini ditegaskan dalam UU Kesehatan No.36 Tahun 2009. Bahkan KUHP dengan tegas melarang tindakan aborsi apapun alasannya kecuali untuk menyelamatkan nyawa si ibu sebagaimana diatur dalam pasal 299, pasal 346, pasal 347, pasal 348, pasal 349, pasal 535 (KUHPidana). Kasus aborsi di Indonesia diperkirakan semakin meningkat setiap tahunya. Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), diperkirakan setiap tahunnya jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta jiwa dari 5 juta jiwa kelahiran pertahun. Bahkan 1-1,5 juta diantaranya adalah kalangan remaja. Data yang dihimpun Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan dalam kurun waktu 3 tahun (2008-2010) kasus aborsi terus meningkat. Tahun 2008 ditemukan 2 juta jiwa anak korban aborsi, tahun berikutnya (2009) naik 300.000 menjadi 2,3 juta janin yang dibuang paksa. Sementara itu, pada tahun 2010 naik dari 200.000 menjadi 2,5 juta jiwa. 62,6% pelaku diantaranya adalah anak berusia dibawah 18 tahun. Metode aborsi 37 % dilakukan melalui kuret, 25% melalui oral dan pijatan, 13% melalui cara suntik, 8% memasukkan benda asing ke dalam rahim dan selebihnya melalui jamu dan akupuntur. Upaya pencegahan yang dilakukan oleh perempuan merupakan perilaku yang berbahaya, karena mereka pada umumnya sudah melakukan inisiatif sendiri untuk

5 mengatasinya seperti minum jamu terlambat bulan/jamu peluntur, minum ramuan yang diyakini mampu membuat haid, minum obat-obatan dan sebagainya, jika tidak berhasil mereka pergi ke dukun atau tenaga medis tanpa berfikir aman atau tidak yang penting janin didalam kandungannya dapat dijatuhkan sesegera mungkin. Ketua KPAI Maria U.A mengatakan bahwa pada 2003, rata-rata terjadi 2 juta kasus aborsi pertahun. Lalu pada tahun berikutnya, 2004 penelitian yang sama menunjukkan kenaikan tingkat aborsi yakni 2,1-2,2 juta pertahun. Kehamilan pranikah angkanya 12,7% dan 87% dilakukan oleh perempuan yag sudah memiliki suami. Data serupa juga diungkapkan oleh Inne S, Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pusat pelaku aborsi justru paling banyak adalah perempuan yang sudah menikah karena program KB nya gagal. Data studi (PKBI) di 12 kota dari tahun 2000-2011 juga menunjukan 73-83% wanita yang ingin aborsi adalah wanita menikah karena kegagalan kontrasepsi. Berapapun jumlah aborsi yang terjadi di Indonesia dan siapa pelakuya remaja atau wanita yang sudah menikah yang menjadi pertanyaannya adalah apa penyebab aborsi ini angkanya terus meningkat. PKBI (2010) juga menemukan kasus aborsi dari kehamilan yang ditidak diinginkan di Medan masih tinggi sebanyak 1.446 kasus. Dilihat dari segi karakteristik Usia wanita yang melakukan aborsi Usia 30 th sebesar 58%, Usia 20-30 th sebesar 39%, Usia < 20 th sebesar 3%. Sedangkan bila dilihat dari status pernikahan, yang berstatus Menikah 87%, dan Belum Menikah 12%. Dan yang terakhir adalah status pekerjaan, Ibu Rumah Tangga 48%, yang Bekerja 43%, Pelajar

6 7%. Tindakan Aborsi yang aman hanya ditemukan sebesar 0,6% dari 100.000 kasus dan Aborsi Tidak Aman sebesar 10-50% alami komplikasi. Menurut Tinceuli (2007) berdasarkan penelitian yang dilakukan SMA Negeri 1 Siantar, Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun menyatakan bahwa pegetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan yang tidak dikehendaki sudah cukup membaik. Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan siswi SMU Negeri 1 Siantar mengenai pengetahuan dan sikap terhadap aborsi dari kehamilan yang tidak dikehendaki pada umumnya sedang yaitu sebesar (77,22%), sikap siswi SMU Negeri 1 Siantar baik yaitu sebesar (100%). Berdasarkan hasil penelitian dari Koordinator Kesehatan Reproduksi Jaringan Epidomologi Nasional (JEN) tahun 2007, 15% dari 2.224 mahasiswa di 15 Universitas negeri dan swasta telah biasa melakukan hubungan seks diluar nikah (Agustiar, 2007). Hasil survey yang dilakukan Bali Post tahun 2007 di 12 kota di Indonesia yaitu terdapat penerimaan angka kasar sebesar 11% remaja di bawah usia 19 tahun pernah melakukan hubungan seksual dan berpotensi melakukan aborsi, sedangkan 59,6% remaja di atas 19 tahun juga pernah melakukan hubungan seksual dan berpeluang lebih besar untuk melakukan aborsi (Balipost, 2007). Menurut Survei Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak di 33 Provinsi pada Januari Juni 2008 menjelaskan 21,2 % remaja pernah melakukan aborsi. Sekitar 30% aborsi dilakukan wanita usia 15 24 tahun dari kalangan SMA, mahasiswa, hingga korban perkosaan.

7 Dari Penelitian Agustino, dkk tahun 2007 tentang perilaku seks bebas dan aborsi pada 19 mahasiswa yang tersebar pada 10 kampus terbesar di Malang tercatat 79% melakukan seks dengan alasan saling mencintai atau sebagai bukti kesetiaan terhadap pasangan, 5% just for fun, 16% bersifat materiil. Dari penelitian Azinar M tahun 2013 tentang perilaku seksual pranikah beresiko terhadap kehamilan tidak diinginkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 12,1% mahasiswa memiliki perilaku seksual pranikah berisiko terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square menunjukkan ada lima variabel yang secara signifikan berhubungan dengan perilaku seksual pranikah mahasiswa yaitu religiusitas, sikap, akses dan kontak dengan media pornografi, sikap teman dekat, serta perilaku seksual teman dekat. Ketika seorang perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, diantara jalan keluar yang ditempuh adalah melakukan upaya aborsi, baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Banyak diantaranya yang memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya dengan mencari pertolongan yang tidak aman sehingga mereka mengalami komplikasi serius atau kematian karena ditangani oleh orang yang tidak berkompeten atau dengan peralatan yang tidak memenuhi standar, apalagi ditambah dengan pekerjaan yang mengharuskan wanita untuk melakukan tindakan aborsi tersebut, contohnya saja seperti wanita pekerja seks komersial yang bekerja dengan menjajakan tubuhnya sebagai mata pencaharian utama. Tanpa berfikir dampak yang akan terjadi bila hal itu terus-menerus dilakukan demi kepentingan ekonomi semata (hanifah, 2007).

8 Pekerja seks komersial itu sendiri adalah suatu profesi yang sampai sekarang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Dimana norma agama dan nilai nilai leluhur sudah dikesampingkan demi uang ataupun kepuasan nafsu belaka. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat adalah munculnya berbagai komplikasi kesehatan reproduksi seperti aborsi dan Penyakit Menular Seksual (PMS). Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan (Ajen,2003). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di Kec. Medan Petisah tepatnya di Jalan Nibung Raya terdapat sebuah kasus yang mengungkapkan bahwa terjadinya kematian seorang Wanita pekerja seks komersial yang berinisial (Sebut saja namaya Bunga) berusia 28 tahun yang meninggal akibat aborsi tidak aman yang dilakukan di salah satu Hotel yang ada di Kota Medan. Namun hal tersebut tidak berjalan lancar, setelah praktik aborsi itu dilakukan Bungapun pulang dengan keadaan lemas dan pucat tak berdaya kerumah kontrakannya. Setelah 2 hari tak kunjung keluar kamar Mawar yang merupakan pemilik kos langsung menggedor pintu kamar Bunga dan mengajak Bunga ke salah satu Rumah Sakit swasta yang ada di Medan yang akhirnya dirujuk ke RSUD Medan akibat infeksi usai melakukan pengguguran. Namun disayangkan Bunga megalami infeksi yang telah meradang keseluruh bagian organ reproduksinya hingga menyebabkan Bunga meninggal dunia. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi khususnya penangan aborsi tidak Aman (unsafe abortion) yang memfokuskan pada Perilaku Wanita Pekerja Seks

9 Komersial terhadap Pencegahan Kehamilan, Hamil dan aborsi tidak aman (unsafe abortion) dari Kehamilan yang tidak Diinginkan di Kec.Medan Petisah. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu : Bagaimana Perilaku Wanita Pekerja Seks Komersial terhadap Pencegahan Kehamilan, Hamil dan Aborsi tidak Aman (Unsafe Abortion) dari kehamilan yang tidak Diinginkan di Kec. Medan Petisah Tahun 2015. 1.3. Tujuan Penelitian Menganalisis Perilaku Wanita Pekerja Seks Komersial terhadap Pencegahan Kehamilan, Hamil dan Aborsi tidak Aman (Unsafe Abortion) dari Kehamilan yang tidak Diinginkan di Kec. Medan Petisah Tahun 2015. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk mengembangkan programprogram promosi kesehatan dan mengembangkan media komunikasi kesehatan yang strategis dalam penanganan perilaku masyarakat yang beresiko, terkait dengan unsafe abortion. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan dan referensi bagi institusi pendidikan dan mahasiswa untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai permasalahan aborsi tidak aman

10 pada wanita pekerja seks komersial. Sebagai masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai program-program promosi kesehatan yang strategis untuk mengurangi perilaku bersiko akibat aborsi yang tidak aman unsafe abortion. 3. Bagi Masyarakat Sebagai bahan masukan bagi masyarakat terutama pada wanita usia subur dalam mengurangi perilaku bersiko akibat aborsi yang aman maupun tidak aman unsafe abortion.terhadap kesehatan reproduksi dan dapat melakukan pencegahan sebelum kehamilan yang tidak diinginkan terjadi.