BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Nisa Apriyani, 2014 Objek Burung Hantu Sebagai Ide Gagasan Berkarya Tenun Tapestri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

III. METODE PENCIPTAAN

2015 APLIKASI KARAKTER MONSTER DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CROCHET PADA PRODUK TAS REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 ABSTRAK SUPREMATISME SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI PATUNG DENGAN MEDIA KAYU

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kreasi yang mempunyai arti tersendiri, yang kadang-kadang dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indasari Purba, 2014 Manfaat Hasil Belajar Pengetahuan Tekstil Pada Pemilihan Kain Untuk Pembuatan Produk Kriya Tekstil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendukung karya ( Van De Ven, 1995:102 ) seperti figure manusia, tokoh

2015 PENCIPTAAN KARAKTER SUPERHERO SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior?

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

BAB III METODE PENCIPTAAN

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. berpikir kreatif dan inovatif dalam berkarya seni patung baik dari segi teknik dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Raymond Williams dalam Komarudin (2007: 1).

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

B. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2014 SENI FOTOGRAFI BODY PAINTING DENGAN TEKNIK PENCAHAYAAN ULTRAVIOLET

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Nelson Mandela 1960 Sumber:

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III. A. Implementasi Teoritis. yang menarik dan umumnya tampak cantik. Selain fungsi alamiah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helda Rakhmasari Hadie, 2015

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB II METODE PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi cerminan budaya suatu masyarakat. Tjetjep Rohendi. makanan tradisonal, tertulis dalam paparan Kemasan Tradisional Makanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan/Penciptaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidupnya. Manusia yang memiliki sifat Human Society (sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Pembelajaran Rampak Bedug Pada Ekstrakurikuler Di SDN Cilegon-2 Kecamatan Jombang Banten

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nur Akmalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

II. METODOLOGI A. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Perancangan 2. Manfaat Perancangan

IV. KONSEP PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Objek karya seni sangat bermacam-macam, ini sangat tergantung pada ketertarikan seniman tersebut dalam memilih objek.bukan hal kebetulan bahwa penulis sangat menggemari karakter burung hantu sehingga dengan sengaja objek burung hantu dijadikan sebagai ide berkarya.ketertarikan terhadap burung hantu dimulai sejak memasuki wilayah perkuliahan.daya tarik penulis dengan objek burung hantu ialah gestur yang sangat unik meski karakter burung hantu sendiri memiliki kesan yang menyeramkan. Hal lain dikarenakan burung hantu memiliki bentuk yang menarik dari segi perubahan wujud (deformasi) apabila dijadikan sebagai karya rupa. Fokus perhatian pada bentuk bola mata dan bentuk kepala karena kesan lingkar mata yang ditimbulkan memberikan menjadikan objek lebih dinamis. Alam merupakan tempat penghidupan bagi manusia, sudah menjadi kewajiban sebagai penghuni alam untuk saling menjaga kelestariannya. Burung hantu merupakan binatang yang sudah dikategorikan hampir punah karena polulasinya semakin berkurang. Maraknya penangkapan liar menjadi salah satu alasan kepunahannya yang menjadikan burung hantu sebagai binatang peliharaan. Meski kepunahannya yang kian tinggi, burung hantu tetap memiliki makna filosofis tersendiri yang cukup kuat serta berkesan bagi penulis.burung hantu di maknai sebagai sosok yang bijaksana.lebih suka berdiam diri, tidak banyak tingkah, tidak banyak bicara namun lebih banyak bertindak. Berbeda dengan burung lain yang lebih suka memamerkan dirinya. Semakin banyak menatap dan melihat sesuatu, maka semakin sedikit ia berbicara. Kesan bijaksana, mengamati, bergerak, melangkah, dan berbuat. Kemudian melihat keadaan sekitar lebih peka dengan rotasi kepala hingga 270 derajat. Memiliki kaki dengan cengkraman yang

2 kokoh serta dengan ukuran sayap tiga kali lebih besar dari tubuhnya membuatiaterlihat semakin kokoh sebagai karakter burung hantu. Karakter inilah yang membuat tertarik untuk menampilkan objek burung hantu dalam berkarya. Menurut Widodo (2000, hlm.25): Bahwa diantara kelompok burung pemangsa, burung hantu termasuk burung yang memiliki ciri-ciri tubuh spesifik yang berbeda dengan burung pemangsa daging yang lain. Ciri-ciri burung hantu adalah berkepala bulat melebar, muka rata, dan matanya mengarah ke depan. Pada wajahnya terdapat garis piringan wajah yang merupakan pembatas pada sekeliling mata.tubuh burung hantu dibalut bulu-bulu yang sangat halus menyerupai kapas dan dilapisi lilin.beberapa jenis burung hantu ada yang memiliki jumbai telinga yang dapat ditegakkan.hampir semua jenis burung hantu pola warna bulunya merupakan perpaduan antara warna abu-abu, cokelat, putih dan hitam. Kesan mistis yang ditimbulkan oleh karakter burung hantu menjadi salah satu kategori daya tarik penulis dalam membuat karya seni. Penulis ingin menepis kesan mistis yang seolah melekat pada karakter burung hantu. Lihatlah betapa gestur serta pola tingkah burung hantu begitu menarik perhatian sehingga membuat penulis semakin tertarik pada jenis hewan nocturnal yang satu ini.kesan menakutkan terdapat pula pada suara burung hantu yang aneh disaat mengeluarkan suara mendesis sehingga suasana mistis semakin terasa. Sebagian orang yang masih mempercayai takhayul menganggap bahwa kehadiran burung hantu akanmembawa sial.bagaimanapun kesan mistis yang ditimbulkan oleh burung hantu, burung hantu tetaplah burung pada umumnya. Memiliki sayap, berparuh, dapat terbang tinggi dan memiliki kaki untuk mencengkram. Hanya saja terdapat beberapa ciri khusus yang membuat burung hantu terlihat berbeda dibandingkan dengan jenis burung lainnya. Selama penulis menggali informasi mengenai tapestri ini sangat membuat penasaran dan menjadi daya tarik sendiri. Sekalipun prosesnya memerlukan konsentrasi dan tingkat ketelitian serta latihan yang intensif karena memerlukan kesabaran dan ketekunan dalam membuat tapestri.tenun tapestri atau permadani tenun dapat dibandingkan dengan lukisan media benang.

3 Dalam pemilihan bahan tekstil terutama tenun, bagi penulis pemilihan media serat agel lebih diutamakan dibanding serat buatan karena lebih ramah lingkungan serta memberi kesan natural sesuai dengan objek untuk menunjang karya tenun tapestri, meski sebagian penggunaan serat dipadupadankan dengan serat alam agel yang telah mengalami proses pewarnaan.pengetahuan bahan serat yang baik diperlukan agar sesuai dengan kegunaan serta dapat memelihara sesuai dengan jenis dan sifatnya.seperti yang dikemukakan oleh Streptiadi, et al. (1998, hlm.124) bahwa serat alami berupa serat agel merupakan serat yang berasal dari daun, berwarna cokelat muda, kekuatan baik dan biasa dipergunakan untuk barang kerajinan. Penulis mencoba untuk mengangkat permasalahan mengenai objek burung hantu melalui karya Tenun Tapestri dengan menggunakan media serat alam. Bukan hanya dampak negatif bagi ekosistem burung hantu, kondisi alam hingga dampak kepunahan burung hantu akibat kerusakan alam maupun terjadinya penangkapan liar.namun penulis juga memaparkan pula dampak positif yang ditimbulkan.selain itu, penulis mencoba untuk memaparkan beberapa gagasan yang mungkin menjadi salah satu pemunculan kreativitas dari segi motif. Dikarenakan sebagian besar motif yang dimunculkan pada tenun tapestri hanya berupa landscape, flora dan segala hal yang bertemakan lingkungan. Minimnya motif hewan yang digunakan dalam pembuatan tenun, karena pada wujud karyakarya terdahulu hanya motif hewan tertentu yang digunakan sebagai motif tenun, misalkan motif ayam dan kuda yang memberikan kesan etnik. Selebihnya adalah motif dengan corak geometri. Ketertarikan penulis terhadap burung hantu serta seiring bertambahnya tingkat kepunahan burung hantu menjadi sebuah ide bagi penulis untuk membuat karya, maka dari itu penulis bermaksud untuk mebuat karya tenun tapestri. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengaplikasikan ide gagasannya melalui karya tenun tapestrimenggunakan media tali serat agel sebagai media ekspresinya. Penulis mengangkat tema dan judul:

4 OBJEK BURUNG HANTU SEBAGAI IDE GAGASAN BERKARYA TENUN TAPESTRI. B. Masalah Penciptaan Karya tenun tapestri dirasa menjadi sebuah media penyampaian ide gagasan dari masalah yang penulis lihat dalam realita alam mengenai burung hantu.penulis mencoba mengkritisi fenomena alam khususnya dalam ranah ekosistem alam. Agar proses berkarya berjalan searah dengan pembahasan permasalahan, maka diperlukan rumusan masalah yang sistematis, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana mengembangkan gagasan berkarya tenun tapestri dengan tema burung hantu? 2. Bagaimana proses visualisasi pembuatan tenun tapestri untuk mengolah objek burung hantu dalam sebuah karya serat alam? 3. Bagaimana visualisasi motif burung hantu dalam teknik tenun tapestri menggunakan media serat alam sebagai media ekspresinya? C. Tujuan Penciptaan Adapun tujuan dari penciptaan karya tugas akhir ini, diantaranya sebagai berikut: 1. Mengembangkan gagasan berkarya tenun tapestri dengan tema burung hantu. 2. Menghasilkan proses pembuatan tenun tapestri untuk mengolah objek burung hantu dalam sebuah karya serat alam. 3. Memvisualisasikan objek binatang burung hantu dalam karya teknik tenun tapestri menggunakan aplikasi media serat sebagai media ekspresinya. D. Manfaat Penciptaan

5 Manfaat dari pembuatan karya tugas akhir menggunakan teknik Tenun Tapestri ini adalah sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan jenis media baru dalam pembuatan karya kriya tekstil dan batik khususnya tekstil tenun dengan teknik tenun tapestri di Jurusan Pendidikan Seni Rupa UPI dan masyarakat luas umumnya. Diharapkan karya tugas akhir ini dapat menjadi alternatif teknik lebih sederhana dalam menenun tanpa menghilangkan budaya tenun di Indonesia. Terutama untuk memperkenalkan kembali tenun tapestri melalui media serat alam. Selain itu, berikut penulis paparkan beberapa manfaat yang dapat digali dari pembuatan kriya tenun tapestri ini, diantaranya: 1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan berfikir pengetahuan serta kreatifitas dalam pembuatan karya tenun dengan teknik tapestri. 2. Bagi perkuliahan seni kriya, diharapkan dapat mengembangkan kualitas tekstil dan batik dengan adanya tenun menggunakan teknik tenun tapestri. 3. Bagi pemerintah, khususnya di kota bandung untuk lebih melestarikan alam dan diharapkan dapat lebih membuka mata mengenai potensi tekstil untuk pengembangan masyarakat yang kreatif dan mencintai karya dalam negeri. 4. Bagi masyarakat umum, dapat dijadikan motivasi untuk mengembangkan kreatfitas dalam berkreasi karya tenun dengan teknik tenun tapestri. Serta manfaat utama penulis dalam gagasan membuat tenun teknik tapestri ialah untuk tetap terus kreatif menciptakan motif dan bentuk baru dalam pembuatan tenun dengan teknik tenun tapestri tanpa menghilangkan nilai tradisi dan budaya di Indonesia. E. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam penulisan serta pembacaan laporan penciptaan karya Tenun Tapestriyang berjudul OBJEK BURUNG HANTU SEBAGAI IDE GAGASAN BERKARYA TENUN,maka karya tulis ini disusun dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

6 1. BAB I PENDAHULUAN, yang berisi tentang Latar Belakang Penciptaan, Masalah Penciptaan, Tujuan Penciptaan, Manfaat Penciptaan, serta Sistematika Penulisan. 2. BAB II LANDASAN PENCIPTAAN, berisi tentang: a. Kajian Teoritik, yang menjelaskan tentang Tenun Tapestri, serat, serat alami, dan benang tenun. b. Kajian Empirik, yang menjelaskan tentang burung hantu. c. Konsep Penciptaan. 3. BAB III METODE PENCIPTAAN, menjelaskan tentang metode dan langkah-langkah yang penulis gunakan dalam membuat karya ini: a. Ide Berkarya b. Observasi Lapangan c. Studi Material d. Observasi Sumber Ide e. Pengolahan Ide f. Proses Berkarya 1) Persiapan Alat dan Bahan 2) Tahap Proses Sketsa 3) Tahap Menenun 4) Tahap Penyelesaian (finishing) 4. BAB IV HASIL DAN ANALISIS KARYA, berisi analisis dan pembahasan karya tenun tapestri yang diciptakan diantaranya membahas: a. Teknik tenun dan ragam corak tenun tapestri b. Visual Materi c. Pengemasan d. Display Karya 5. BAB V PENUTUP, bagian terakhir ini berisi kesimpulan hasil penciptaan karya dan saran atau rekomendasi berkenaan dengan karya seni yang diciptakan.