Kata Kunci : biaya, pendapatan, karet rakyat, kelapa sawit rakyat

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KELAPA SAWIT RAKYAT

Elista K. Gurning 1), Yusmini 2), Susy Edwina 2) Hp: ;

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI DESA PEMATANG SIKEK KECAMATAN RIMBA MELINTANG KABUPATEN ROKAN HILIR

DAMPAK PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

SKRIPSI SELLY NATALIA AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

Dika Ardilla Sangi, Evy Maharani, Susy Edwina (Fakultas Pertanian Universitas Riau)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

BIAYA PRODUKSI IKAN PATIN (Pangasius pangasius) (Kasus :Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Sartika Krisna Panggabean* ), Satia Negara Lubis** ) dan Thomson Sebayang** ) Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unversitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT DI KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KELAPA DALAM DI KECAMATAN TUNGKAL ILIR KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT JURNAL FEBRIANTIKA FITRI

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani Padi Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus. Sarana. Produksi

KONTRIBUSI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DI KABUPATEN ROKAN HULU

ANALISIS FINANSIAL PERKEBUNAN GAMBIR RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT. Vera Anastasia

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TANAMAN KARET KLON PB 260 DENGAN PETANI TANAMAN KARET LOKAL

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI DI DESA SAWAH DAN DESA MUARA JALAI KECAMATAN KAMPAR UTARA

ANALISIS SENSITIVITAS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

IV. METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DAN USAHATANI LADA DI DESA LAMONG JAYA KECAMATAN LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN

Analisis Usahatani Kakao Pola Swadaya Di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA DARI TANAMAN KELAPA DI DESA REBO KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

KELAYAKAN USAHATANI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN KEDELAI (Glycine max L.) Muh. Fajar Dwi Pranata 1) Program Studi Agribisnis Fakultas

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

ANALISIS EFISIENSI DAN PENDAPATAN USAHA PEMBIBITAN KARET PADA PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI, SUMATERA UTARA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

IV. METODE PENELITIAN

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

22 ZIRAA AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman ISSN

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

KAJIAN EKONOMI USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT BERDASARKAN SKALA USAHA MINIMUM (Studi Kasus: Desa Naman Jahe, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat)

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADA KOPI TRADISIONAL DAN KOPI SAMBUNG DI DESA LUBUK KEMBANG, KEC. CURUP UTARA, KAB. REJANG LEBONG

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

291 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN Elektronik

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA GULA MERAH DENGAN USAHA GULA TAPO (STUDI KASUS DI DESA AMBESIA KACAMATAN TOMINI KABUPATEN PARIGI MOUTONG)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI SAWI (Kasus: Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan) JURNAL ILMIAH

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

III. METODE PENELITIAN. Usaha perkebunan rakyat adalah usaha tanaman perkebunan yang

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

III. METODE PENELITIAN. merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

STUDI KOMPARATIF USAHATANI KEDELAI DENGAN SISTEM TANAM TUGAL DAN SISTEM TANAM SEBAR DI DESA BOGOTANJUNG KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI

DAMPAK TEKNOLOGI MULSA PLASTIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TOMAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

AGUS PRANOTO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN PROSPEK USAHATANI KOPI RAKYAT DI DESA SUMBERBULUS KECAMATAN LEDOKOMBO KABUPATEN JEMBER

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

Jurnal Media Agribisnis Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 Hal Media Komunikasi Hasil Penelitian Bidang Ilmu Agribisnis ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

KAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS USAHATANI SAYURAN

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI SEKITAR WADUK KEDUNG OMBO KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KOPI ATENG YANG MENJUAL DALAM BENTUK GELONDONG MERAH (Cherry red) DENGAN KOPI BIJI

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 2, Juni 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

IV. METODE PENELITIAN

Analisis Pendapatan Petani Karet Sub UPP (Unit Pelaksanaan Proyek) Rantau di Kecamatan Hatungun Kabupaten Tapin

KUESIONER PENELITIAN UNTUK PETANI SIPT

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

ANALISIS EKONOMI USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

DAFTAR KUISIONER Komoditi: Kelapa sawit

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (1) 2015 ISSN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN JANGKAT KABUPATEN MERANGIN

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI KARET (Hevea brasilineensis) KLON UNGGUL DAN KLON LOKAL DI KECAMATAN BIREM BAYEUN KABUPATEN ACEH TIMUR

Transkripsi:

ANALISIS KOMPARASI TINGKAT PENDAPATAN USAHA TANI KARET RAKYAT DENGAN USAHA TANI KELAPA SAWIT RAKYAT DI DESA BUNTU BAYU KECAMATAN HATONDUHAN KABUPATEN SIMALUNGUN Selly Natalia 1), Salmiah 2) dan Sinar Indra Kesuma 3) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, 2) dan 3) Dosen Program Studi Agribisnis ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya biaya dan tingkat pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani karet rakyat di daerah penelitian, untuk menganalisis besarnya biaya dan tingkat pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian, untuk menganalisis perbandingan tingkat biaya usahatani karet rakyat dan kelapa sawit rakyat di daerah penelitian, untuk menganalisis perbandingan tingkat pendapatan usahatani karet rakyat dan kelapa sawit rakyat di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode analisis biaya dan pendapatan serta uji beda rata-rata (uji t). Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian dilakukan pada tahun 2012 di Desa Buntu Bayu, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun. Hasil penelitian diperoleh ratarata biaya produksi usahatani karet rakyat di daerah penelitian adalah Rp 11.332.044/ha/th dan rata-rata pendapatannya adalah Rp 13.042.356/ha/th. Ratarata total biaya produksi usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian adalah Rp 11.486.004/ha/th dan rata-rata pendapatannya adalah 11.846.356/ha/th. Biaya usahatani karet rakyat lebih rendah daripada biaya usahatani kelapa sawit rakyat, dan Tingkat pendapatan usahatani karet rakyat lebih tinggi daripada usahatani kelapa sawit rakyat. Kata Kunci : biaya, pendapatan, karet rakyat, kelapa sawit rakyat ABSTRACT The purpose of this study are to analyze the expenditure and the income level earned by smallholder farming of rubber at the research area, to analyze the expenditure and the income level earned by smallholder farming of palm at the research area, to carry out the comparative analysis of smallholder rubber farming at the research area, to carry out the comparative analysis of smallholder palm farming at the research area. The method used is the method of expenditure and revenues analysis and independent sample t-test. The data used are primary data and secondary data. The study was conducted in 2012 in Buntu Bayu Village, Hatonduhan District, Simalungun Regency. The results obtained from the

average production expenditure of smallholder rubber farmer in the research area are Rp 11.332.044/ha/year while the average income are Rp 13.042.356/ha/year. The average production expenditure of smallholder palm farmer in the research area are Rp 11.486.004/ha/year while the average income are Rp 11.846.356/ha/year. The expenditure in smallholder rubber farming are lower than the expenditure in palm farming whereas smallholder rubber farming income level is higher than palm farming. Keywords: expenditure, income, smallholder rubber, smallholder palm PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak petani cenderung berkecimpung dalam agribisnis kelapa sawit karena tingkat keuntungan yang cukup tinggi. Di sisi lain, karet juga telah menghidupi jutaan rakyat yang bekerja di sektor ini karena sebagian besar perkebunan karet diusahakan oleh rakyat. Mayoritas mata pencaharian masyarakat di Desa Buntu, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun adalah petani kelapa sawit dan karet. Namun dalam beberapa tahun ini banyak lahan karet yang dikonversi menjadi lahan kelapa sawit. Hasil wawancara dengan petani di desa ini, disimpulkan bahwa: persepsi keuntungan usahatani kelapa sawit rakyat adalah lebih tinggi daripada usahatani karet rakyat, masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) usahatani karet menjadi TM (Tanaman Menghasilkan) lebih lama dibandingkan usahatani kelapa sawit, tingkat kesulitan perawatan lahan karet lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa sawit sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang ahli pula, harga karet lebih berfluktuatif dibandingkan dengan harga TBS kelapa sawit, biaya replanting karet lebih tinggi dibandingkan biaya replanting kelapa sawit karena replanting lahan karet harus didahului dengan pembersihan sisa pohon karet sampai ke akarakarnya, pabrik atau tempat menjual hasil panen karet lebih sedikit dibandingkan dengan pabrik atau tempat menjual hasil TBS. Dalam usahataninya, petani tidak terlalu rinci dalam perhitungan penerimaan dan biaya karena petani pada umumnya tidak memiliki catatan usahatani yang memadai. Dengan demikian, perlu dilakukan suatu penelitian

lanjutan untuk menguji apakah memang usahatani kelapa sawit rakyat tersebut benar lebih menguntungkan dibandingkan dengan karet rakyat. Identifikasi Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Besarnya biaya dan tingkat pendapatan usahatani karet rakyat di daerah penelitian. 2. Besarnya biaya dan tingkat pendapatan usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian. 3. Bagaimana perbandingan tingkat biaya usahatani karet rakyat dengan usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian? 4. Bagaimana perbandingan tingkat pendapatan usahatani karet rakyat dengan usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis besarnya biaya dan tingkat pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani karet rakyat di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis besarnya biaya dan tingkat pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian. 3. Untuk menganalisis perbandingan tingkat biaya usahatani karet rakyat dan kelapa sawit rakyat di daerah penelitian. 4. Untuk menganalisis perbandingan tingkat pendapatan usahatani karet rakyat dan kelapa sawit rakyat di daerah penelitian. TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi,1995). Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi. Produksi dapat ditingkatkan dengan mengalokasikan biaya produksi

seoptimal mungkin sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan dapat memberikan pendapatan yang optimal bagi petani kelapa sawit dan karet. Pendapatan dalam usahatani karet rakyat dan usahatani kelapa sawit rakyat diperoleh dari selisih antara penerimaan dan total biaya produksi. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian jumlah output yang dihasilkan dalam masingmasing usahatani dengan harga jual output tersebut. Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut: Keterangan : π Y Py Xi Pxi TFC π = (Y. Py Σ Xi.Pxi) (TFC+TVC) = Pendapatan (Rp) = Hasil produksi (kg) = Harga hasil produksi (Rp) = Faktor produksi (i = 1,2,3,.,n) = Harga faktor produksi ke-i (Rp) = Total Fixed Cost/Total Biaya Tetap (Rp) TVC = Total Variable Cost/Total Biaya Variabel (Rp) Untuk menganalisis perbedaan pendapatan usahatani karet rakyat dan kelapa sawit rakyat, maka dilakukan uji-t sampel independen (Independent Samples T-test). Dalam penelitian ini, responden terbagi dalam dua kelompok yaitu usahatani kelapa sawit rakyat dan usahatani karet rakyat. Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam uji-t sampel independen adalah data harus homogen atau terdistribusi secara normal, kedua kelompok data bersifat bebas atau independen (maksud independen adalah populasi satu dengan yang lainnya tidak berhubungan). Penelitian Terdahulu Di bawah ini kita dapat melihat Tabel 1 yang menunjukkan hasil penelitian tentang analisis komparasi pendapatan usahatani karet rakyat dengan usahatani kelapa sawit rakyat pada penelitian sebelumnya di daerah lain.

Tabel 1. Hasil Penelitian Tentang Analisis Komparasi Pendapatan Usahatani Karet Rakyat dengan Usahatani Kelapa Sawit Rakyat pada Penelitian Sebelumnya di Daerah Lain. No. Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Ritonga, Dian 2008 Analisis Komparasi Usahatani Antar Komoditas Kelapa Sawit, Kakao dan Karet (Studi kasus: Di Desa Gunung Slamet, Kecamatan Bilah, Kabupaten Labuhan Batu) Ada perbedaan total biaya produksi antar komoditi kelapa sawit, kakao dan karet dan Ada perbedaan pendapatan antar komoditi kelapa sawit, kakao dan karet. 2. Mangunsong, Alprida 2012 Kontribusi Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Kabupaten Rokan Hulu Rata-rata pendapatan kelapa sawit rakyat Rp. 1.368.795,73/petani/tahun dan rata-rata pendapatan karet rakyat Rp. 1.546.878,52/petani/tahun, sedangkan rata-rata biaya produksi kelapa sawit rakyat Rp. 2.052.869,28/petani/tahun dan rata-rata biaya produksi karet rakyat Rp. 2.022.681,45/petani/tahun. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa dari hasil penelitian tentang Analisis Komparasi Usahatani Antar Komoditas Kelapa Sawit, Kakao dan Karet (Studi kasus: Di Desa Gunung Slamet, Kecamatan Bilah, Kabupaten Labuhan Batu), menunjukkan ada perbedaan total biaya produksi antar komoditi kelapa sawit, kakao dan karet dan ada perbedaan pendapatan antar komoditi kelapa sawit, kakao dan karet.. Begitu juga dengan penelitian tentang Kontribusi Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Kabupaten Rokan Hulu, menunjukkan Rata-rata pendapatan kelapa sawit rakyat Rp. 1.368.795,73/petani/tahun dan rata-rata pendapatan karet rakyat Rp. 1.546.878,52/petani/tahun, sedangkan rata-rata biaya produksi kelapa sawit rakyat Rp. 2.052.869,28/petani/tahun dan rata-rata biaya produksi karet rakyat Rp. 2.022.681,45/petani/tahun. Maka dari kedua hasil penelitian tersebut dapat

diperoleh bahwa, rata-rata biaya produksi pada kelapa sawit rakyat lebih tinggi daripada usahatani karet rakyat dan pendapatan usahatani karet rakyat lebih tinggi daripada usahatanim kelapa sawit rakyat. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Besarnya biaya usahatani karet rakyat di daerah penelitian rendah sehingga tingkat pendapatan usahatani karet rakyat di daerah penelitian adalah tinggi. 2. Besarnya biaya usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian tinggi sehingga tingkat pendapatan usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian adalah rendah. 3. Perbandingan tingkat biaya usahatani karet rakyat lebih rendah daripada usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian. 4. Perbandingan tingkat pendapatan usahatani karet rakyat lebih tinggi daripada usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian. METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Buntu Bayu, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling yang artinya secara sengaja karena Kabupaten Simalungun merupakan salah satu sentra produksi kelapa sawit rakyat terbesar keempat di Sumatera Utara setelah Kabupaten Langkat dan Kabupaten Simalungun menduduki peringkat kesembilan dalam produksi karet rakyat di Sumatera Utara setelah Kabupaten Labuhan Batu (Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara,2011). Adapun pertimbangan pemilihan Kecamatan Hatonduhan adalah karena kecamatan tersebut memiliki luas lahan dan produksi kelapa sawit tertinggi di Kabupaten Simalungun (Dinas Perkebunan Kabupaten Simalungun,2011). Adapun pertimbangan pemilihan Desa Buntu Bayu adalah karena desa tersebut merupakan desa dengan jumlah kelompok tani terbanyak. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani kelapa sawit rakyat dan petani karet rakyat di Desa Buntu Bayu, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun. Ada 27 kelompok tani yang ada di Desa Buntu Bayu, masing-masing

kelompok tani beranggotakan 20 orang, sehingga total anggotanya ada 540 orang. Namun tidak semua anggota kelompok tani mengusahakan kelapa sawit dan karet. Tabel 2. Jumlah Petani dan usahataninya di Desa Buntu Bayu Usahatani Jumlah Petani Persentase (%) Karet Rakyat 167 30,93 Kelapa sawit rakyat 236 43,70 Lain-lain 137 25,37 Jumlah 540 100,00 Sumber: Kcd. Pertanian Kecamatan Hatonduhan 2012 Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah dengan metode purposive sampling yaitu penentuan sampel dilakukan secara khusus berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian, sedangkan untuk pengambilan sampel dilakukan secara acak (Simple Random Sampling). Menurut Gay dan Diehl (1996), untuk penelitian yang sifatnya menguji hubungan korelasional, minimal diambil 30 sampel sehingga pengambilan sampel pada penelitian ini berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 orang petani kelapa sawit rakyat dengan ketentuan sampel yaitu petani kelapa sawit yang mempunyai lahan seluas 1-2 ha dan mempunyai tanaman kelapa sawit yang sudah berproduksi (TM) dengan umur tanaman 15-25 tahun dan 30 orang petani karet rakyat dengan ketentuan sampel yaitu petani karet yang mempunyai lahan seluas 1-2 ha dan mempunyai tanaman karet yang sudah berproduksi (TM) dengan umur tanaman 15-30 tahun. Metode Analisis Data Untuk menguji hipotesis (1) dan (2) dihitung dengan analisis pendapatan usahatani dengan rumus: TR = P x Q TC = TFC + TVC = TR TC Keterangan: TR = Penerimaan / Total Revenue (Rp) TC = Total Biaya / Total Cost (Rp) P = Harga Jual / Price (Rp/kg) Q = Jumlah Produksi / Quantity (kg)

TFC = Total Biaya Tetap / Total Fixed Cost (Rp) TVC = Total Biaya Variabel / Total Variable Cost (Rp) = Pendapatan / Benefit (Rp) Secara teoritis, menurut Soekartawi (1995), apabila TR > TC maka petani memperoleh keuntungan, apabila nilai TR = TC maka petani tidak untung dan tidak rugi, dan apabila nilai TR < TC maka petani mengalami kerugian dalam usahataninya. Untuk menguji hipotesis (3) dan (4) digunakan metode analisis uji beda dua rata-rata (Independent samples T-Test). Sebelum dilakukan uji t-test sebelumnya dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levene s Test). Dengan kriteria pengujian: Jika P value (Sig.) > 0,05 artinya tidak ada perbedaan varian antara biaya/pendapatan karet rakyat dan kelapa sawit rakyat (data homogen). Jika P value (Sig.) < 0,05 artinya ada perbedaan varian antara biaya/pendapatan karet rakyat dan kelapa sawit rakyat (data tidak homogen). Apabila data homogen maka pembacaan hasil SPSS adalah pada bagian Equal Variance Assumed (diasumsikan varian sama) namun apabila data tidak homogen, baca Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda). Pengujian dengan tingkat signifikansi = 5%. Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang umum digunakan dalam penelitian). Pada hasil SPSS dapat dilihat apabila Sig. 2-tailed < maka ada perbedaan yang signifikan antara biaya/pendapatan karet rakyat dengan kelapa sawit rakyat, namun apabila Sig. 2-tailed > maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara biaya/pendapatan karet rakyat dengan kelapa sawit rakyat. Definisi Operasional 1. Petani kelapa sawit rakyat adalah orang yang mengusahakan tanaman kelapa sawit rakyat yang pengerjaannya dilakukan sendiri ataupun dibantu orang lain, dengan luas lahan 1-2 ha dan umur produktif tanaman kelapa sawit antara 15-25 tahun dan menetap di Desa Buntu Bayu.

2. Petani karet rakyat adalah orang yang mengusahakan tanaman karet rakyat yang pengerjaannya dilakukan sendiri ataupun dibantu orang lain, dengan luas lahan 1-2 ha dan umur produktif tanaman karet antara 15-30 tahun dan menetap di Desa Buntu Bayu. 3. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani karet rakyat dan kelapa sawit rakyat yang dapat diukur dengan satuan rupiah (Rp). 4. Harga jual adalah harga yang diterima petani dari hasil penjualan hasil panen karet rakyat dan kelapa sawit rakyat yang diukur dengan satuan rupiah (Rp). 5. Penerimaan usahatani adalah jumlah total dari hasil panen usahatani karet rakyat dan kelapa sawit rakyat dikalikan dengan harga masing-masing komoditi, yang dapat diukur dengan satuan rupiah (Rp). 6. Pendapatan petani adalah imbalan yang diterima oleh petani dari hasil kegiatan usahatani yang diperoleh dari selisih penerimaan / pendapatan kotor petani dengan total biaya produksi dalam usahatani karet rakyat dan kelapa sawit rakyat, yang dapat diukur dengan satuan rupiah (Rp). HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Usahatani Kelapa Sawit Rakyat dan Karet Rakyat Di Desa Buntu Bayu, umumnya areal tanaman karet dan kelapa sawit sebelumnya adalah areal penanaman jagung. Pemeliharaan pada tanaman menghasilkan tidak jauh berbeda dengan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) terutama dalam hal penyiangan gulma. Dalam hal pemupukan, tidak semua petani melakukan pemupukan. Untuk tanaman karet, umumnya petani menggunakan pupuk urea, KCl, dan dolomit dan dilakukan dua kali dalam setahun sedangkan untuk tanaman kelapa sawit, umumnya petani menggunakan pupuk urea, KCl, TSP, dan dolomit dan dilakukan tiga kali dalam setahun. Pada tanaman karet yang sudah bisa memghasilkan di daerah penelitian terdapat satu penyakit utama yang menyerang yaitu jamur akar putih (JAP). Pada tanaman kelapa sawit, hama yang biasa menyerang adalah ulat api. Penyadapan karet di daerah penelitian dilakukan dengan mengiris kulit batang. pohon karet yang masih berumur di bawah lima tahun pun sudah bisa disadap, akan tetapi hampir semua tanaman rata-rata bisa disadap di atas umur 5

tahun. Penyadapan di daerah penelitian dilakukan dengan sistem yang pertama yaitu penyadapan berlangsung selama 5 hari kerja dengan 2 hari libur dalam seminggu. Sistem penyadapan yang dilakukan petani adalah dengan sistem ½ S ( ½ dari lilit batang). Pemanenan TBS di daerah penelitian dilakukan dua kali dalam sebulan. Jika tandan buah sudah matang dan mempunyai sedikitnya 5 brondolan di piringan, tandanya tandan buah tersebut sudah dapat dipanen. Jumlah brondolan sekitar 15-20 butir, setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan. TBS tidak ditinggal di kebun selama akhir pekan atau hari libur. Seluruh TBS dikirim pada hari pemanenan ke Tempat Penampungan Hasil (TPH). 5.2 Analisis Ekonomi Usahatani Kelapa Sawit Rakyat dan Karet Rakyat Umur produktif tanaman karet pada umumnya 15-30 tahun sedangkan kelapa sawit 15-25 tahun. Sarana produksi petani kelapa sawit dan karet di desa Buntu Bayu terdiri dari pupuk dan herbisida. Pada budidaya kelapa sawit rakyat, rata-rata penggunaan sarana produksi pupuk yang terbesar adalah TSP sebesar 132,33 kg/ha, untuk penggunaan herbisida roundup yaitu sebesar 1,3 liter/ha sedangkan pada budidaya karet rakyat, rata-rata penggunaan sarana produksi pupuk yang terbesar adalah urea sebesar 174,53 kg/ha, untuk penggunaan herbisida yang terbesar adalah roundup yaitu sebesar 0,55 liter/ha. Pada budidaya kelapa sawit rakyat, rata-rata biaya sarana produksi yang terbesar adalah TSP sebesar Rp 926.333/ ha (73,67 %), yang terkecil adalah Dolomit sebesar Rp 16.997 (1,35%) sedangkan pada budidaya karet rakyat, ratarata biaya sarana produksi yang terbesar adalah KCl sebesar Rp 701.220/ ha (56,99 %), yang terkecil adalah Gromoxone sebesar Rp 14.550 (1,18%). Penggunaan tenaga kerja di Desa Buntu Bayu terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Rata-rata biaya tenaga kerja pada budidaya kelapa sawit rakyat untuk TKDK adalah sebesar Rp 8.556.429/ha (85,72%) sedangkan untuk TKLK adalah sebesar Rp 1.425.000/ha (14,28%) sedangkan rata-rata biaya tenaga kerja pada budidaya karet rakyat untuk TKDK adalah sebesar Rp 9.192.857/ha (92,46%) sedangkan untuk TKLK adalah sebesar Rp 750.000/ha (7,54%).

Adapun yang termasuk dalam biaya produksi di Desa Buntu Bayu adalah biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, dan biaya PBB. Pada budidaya kelapa sawit rakyat, rata-rata biaya produksi yang terbesar adalah tenaga kerja sebesar Rp 9.981.429 / ha (86,90 %) sedangkan yang terkecil adalah PBB sebesar Rp 35.000/ha (0,30%) dengan jumlah biaya produksi sebesar Rp 11.486.044/ ha / th, sedangkan pada budidaya karet rakyat, rata-rata biaya produksi yang terbesar juga adalah tenaga kerja yaitu sebesar Rp 9.942.857 / ha (87,74%) sedangkan yang terkecil adalah PBB sebesar Rp 35.000/ha (0,31%) dengan jumlah biaya produksi sebesar Rp 11.332.044 / ha / th. Tabel 3. Rata-rata produksi, harga, penerimaan, biaya produksi dan pendapatan bersih pada budidaya kelapa sawit rakyat di Desa Buntu Bayu tahun 2012 (Rp/ha/thn) No Uraian Per ha 1 Produksi 17.948 kg 2 Harga Rp 1.300/kg 3 Penerimaan Rp 23.332.400 4 Biaya Produksi Rp 11.486.004 5 Pendapatan Bersih Rp 11.846.356 Sumber: Data Primer (diolah) Tabel 4. Rata-rata produksi, harga, penerimaan, biaya produksi dan pendapatan bersih pada budidaya karet rakyat di Desa Buntu Bayu tahun 2012 (Rp/ha/thn) No Uraian Per ha 1 Produksi 2.031 kg 2 Harga Rp 12.000/kg 3 Penerimaan Rp 24.374.400 4 Biaya Produksi Rp 11.332.044 5 Pendapatan Bersih Rp 13.042.356 Sumber: Data Primer (diolah) Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa produksi kelapa sawit rakyat sebesar 17.948 kg/ha/tahun sedangkan harga rata-rata sebesar Rp 1.300/kg, penerimaan sebesar Rp 23.332.400/ha/tahun, total biaya produksi sebesar Rp 11.486.004 /ha/tahun, pendapatan bersih sebesar Rp 11.846.356/ha/tahun, sedangkan dari tabel

4 dapat dilihat bahwa produksi karet rakyat sebesar 2.031 kg/ha/tahun sedangkan harga rata-rata sebesar Rp 12.000/kg, penerimaan sebesar Rp 24.374.400/ha/tahun, total biaya produksi sebesar Rp 11.332.044/ha/tahun, pendapatan bersih sebesar Rp 13.042.356/ha/tahun. Hal ini berarti bahwa hipotesis (1) yang menyatakan bahwa besarnya biaya usahatani karet rakyat di daerah penelitian rendah sehingga tingkat pendapatan usahatani karet rakyat di daerah penelitian adalah tinggi dan hipotesis (2) yang menyatakan bahwa besarnya biaya usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian tinggi sehingga tingkat pendapatan usahatani kepala sawit di daerah penelitian rendah dapat diterima. 5.3 Analisis Uji Beda Rata-rata Total Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Rakyat dan Karet Rakyat a. Analisis Perbedaan Total Biaya Produksi Usahatani Kelapa Sawit Rakyat dan Karet Rakyat Untuk mengetahui perbedaan rata-rata biaya produksi per Ha pada usahatani kelapa sawit rakyat dan karet rakyat maka digunakan analisis uji beda rata-rata (t-test), hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Analisis Uji Beda Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kelapa Sawit Rakyat dan Karet Rakyat per ha Uraian Kelapa Sawit Karet Jumlah Sampel (KK) 30 30 Rata-Rata Biaya Produksi per ha (Rp/thn) 11.486.004 11.332.044 Sig. (2 tailed) (per ha) 0,000 t-hitung (per ha) 5,064 Sumber: Data Primer (diolah) Lavene s test menunjukkan hasil 0,996 (>0,05) maka disimpulkan data dari total biaya produksi kelapa sawit rakyat dan karet rakyat adalah homogen (hasil uji T yang dibaca adalah equal variances assumed), Nilai Sig. (2-tailed) diperoleh sebesar 0,000 (<0,05) yang artinya terdapat perbedaaan yang signifikan antara total biaya produksi kelapa sawit rakyat dan karet rakyat per ha per tahun, Nilai t-hitung diperoleh 5,064 (positif) artinya bahwa rata-rata biaya produksi

pada usahatani kelapa sawit rakyat lebih besar daripada rata-rata biaya produksi pada usahatani karet rakyat per ha per tahun, Kita juga dapat melihat melalui deskriptif statistik bahwa rerata (mean) biaya produksi kelapa sawit rakyat (1,148) lebih tinggi dibandingkan biaya produksi karet rakyat (1,133). Hal ini berarti bahwa hipotesis (3) yang menyatakan bahwa perbandingan tingkat biaya usahatani karet rakyat lebih rendah daripada usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian dapat diterima. b. Analisis Perbedaan Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Rakyat dan Karet Rakyat Untuk mengetahui perbedaan rata-rata pendapatan per Ha pada usahatani kelapa sawit rakyat dan karet rakyat maka digunakan analisis uji beda rata-rata (ttest), hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6. Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit Rakyat dan Karet Rakyat per ha Uraian Kelapa Sawit Karet Jumlah Sampel (KK) 30 30 Rata-Rata Pendapatan per ha (Rp/thn) 11.846.356 13.042.356 Sig. (2-tailed) (per ha) 0,000 t-hitung (per ha) -4,135 Sumber: Data Primer (diolah) Lavene s test menunjukkan hasil 0,810 (>0,05) maka disimpulkan data dari pendapatan kelapa sawit rakyat dan karet rakyat adalah homogen (hasil uji T yang dibaca adalah equal variances assumed). Nilai Sig.(2-tailed) diperoleh sebesar 0,000 (<0,05) yang artinya terdapat perbedaaan yang signifikan antara pendapatan kelapa sawit rakyat dan karet rakyat per ha per tahun. Nilai t-hitung diperoleh 4,135 (negatif) artinya bahwa rata-rata pendapatan pada usahatani karet rakyat lebih besar daripada rata-rata pendapatan pada usahatani kelapa sawit rakyat per ha per tahun, Kita juga dapat melihat melalui deskriptif statistik bahwa rerata (mean) pendapatan karet rakyat (1,304) lebih tinggi dibandingkan pendapatan kelapa sawit rakyat (1,184).

Hal ini berarti bahwa hipotesis (4) yang menyatakan bahwa perbandingan tingkat pendapatan usahatani karet rakyat lebih tinggi daripada usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian dapat diterima. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada usahatani karet rakyat, rata-rata total biaya produksi adalah Rp 11.332.044/ha/th dan rata-rata pendapatan adalah Rp 13.042.356/ha/th. 2. Pada usahatani kelapa sawit rakyat, rata-rata total biaya produksi adalah Rp 11.486.004/ha/th dan rata-rata pendapatan adalah 11.846.356/ha/th. 3. Biaya yang diperlukan dalam usahatani kelapa sawit rakyat lebih tinggi dibandingkan usahatani karet rakyat karena perbedaaan perlakuan, salah satunya pada frekuensi pemupukan, pemupukan dilakukan tiga kali dalam setahun sedangkan pada karet hanya 2 kali dalam setahun sehingga dibutuhkan biaya produksi dan biaya tenaga kerja yang lebih banyak yang menyebabkan usahatani karet rakyat lebih menguntungkan daripada usahatani kelapa sawit rakyat. 4. Pendapatan usahatani karet rakyat lebih tinggi dari pendapatan usahatani kelapa sawit. Ada 2 faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani yaitu penerimaan usahatani dan biaya produksi. Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh 2 faktor yakni harga jual komoditi dan produktivitas perkebunan. Rata-rata harga jual karet kering pada daerah penelitian adalah Rp 12.000/kg sedangkan rata-rata harga jual TBS Rp 1.300/kg. Rata-rata produksi karet kering adalah 2.031 kg/ha/th sedangkan rata-rata produksi TBS adalah 17.948 kg/ha/th. Saran Kepada Petani Kepada petani karet rakyat agar tetap berusahatani karet rakyat dan tidak mengalih fungsikan lahannya menjadi kelapa sawit dan melakukan pencatatan dalam usahatani.

Kepada Pemerintah Kepada pemerintah disarankan agar lebih banyak menyediakan pupuk bersubsidi dan bantuan penyediaan bibit unggul kepada petani sehingga biaya produksi usahatani dapat diminimalisir dan pendapatan yang diperoleh petani dapat meningkat dan adanya keberlanjutan pendapatan serta diharapkan adanya pembinaan dari pemerintah melalui penyuluh pertanian ataupun Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SLPTT) yang merupakan tempat pendidikan non-formal bagi petani sehingga petani akan mampu mengelola sumber daya yang tersedia secara terpadu dalam melakukan budidaya sehingga petani menjadi lebih terampil. Kepada Mahasiswa dan Peneliti Kepada mahasiswa dan peneliti lain disarankan untuk melanjutkan penelitian mengenai usahatani kelapa sawit rakyat dan karet rakyat agar petani karet dan kelapa sawit dapat lebih tepat dalam memilih komoditi yang terbaik untuk diusahakan sehingga terdapat peningkatan pendapatan petani. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2011. Rekapitulasi Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Sawit Rakyat dan Karet Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten tahun 2010. Provinsi Sumatera Utara. Medan. Dinas Perkebunan Kabupaten Simalungun. 2011. Rekapitulasi Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Sawit Rakyat dan Karet Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan Tahun 2010. Kabupaten Simalungun. Pematang Siantar. Gay. L.R. and Diehl. P.L. (1996). Research Methods for Business and Management. Macmillan. Kepala Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Hatonduhan. 2012. Rekapitulasi Jumlah Kelompok Tani di Kecamatan Hatonduhan 2011. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.