BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebersihan gigi dan mulut. Perilaku pencegahan terhadap

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

Tujuan Umum. Tujuan Khusus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

EFEKTIVITAS SIKAT GIGI MASSAL DI SEKOLAH DASAR BINAAN JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLTEKKES PONTIANAK BERDASARKAN ANGKA KARIES GIGI TAHUN 2013

*coret yang tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

PERAN GURU DALAM KEBERHASILAN PROGRAM UKGS

KERANGKA ACUAN KEGIATAN SIKAT GIGI MASSAL

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS Dan Peran Orangtua Terhadap Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KARIES GIGI PADA ANAK SD KELAS V - VI DI KELURAHAN PEGUYANGAN KANGIN TAHUN 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Peran Orang Tua, Teman, Guru, Petugas Kesehatan Terhadap Perilaku Menggosok Gigi Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Sumberejo

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

Perilaku Perawat Gigi dalam Pelaksanaan Program UKGS di Kota Pontianak

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

INFORMASI KEPADA ORANG TUA/ WALI SUBJEK PENELITIAN. Bapak/ Ibu/ Sdr... Orang Tua/ Wali Ananda... Alamat...

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

Lampiran 1 BESAR SAMPEL. d2 (N-1) + Z 2 1-α/2. P (1-P) Keterangan: n : Jumlah sampel yang dibutuhkan

KESEHATAN GIGI MASYARAKAT: Pelbagai Survei FKG UGM. Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, FKG-UGM

GAMBARAN TINGGINYA ANGKA KARIES GIGI PADA SD BINAAN PELAYANAN ASUHAN DI WILAYAH KOTA PONTIANAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN FREKWENSI MENYIKAT GIGI TERHADAP KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA KELAS IV SDN 28 MATARAM

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan Gigi pada siswa SDN 174 Muara Fajar Pekanbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

PENDAHULUAN... Dian Nurafifah ...ABSTRAK...

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam terjadinya berbagai penyakit gigi. Kebersihan gigi dan mulut di Indonesia

NI MADE SIRAT NIM: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

I Nyoman Wirata, Anak Agung Gede Agung, Ni Ketut Nuratni Poltekkes Kemenkes Denpasar ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. efek yang buruk pada kesehatan pada umumnya, sehingga kesehatan mulut yang. baik dapat dicapai dengan kebersihan mulut yang baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN. Sebanyak 100 responden yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries (ECC) dikenal

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum (Malik, 2008).

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI WILAYAH PUSKESMAS POLONIA KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

KUESIONER PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MURID KELAS V SD NEGERI DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI MURID KELAS VI MADRASAH DINIYAH ISLAMIYAH MUHAMMADIYAH SEI KINDAUNG KOTA BANJARMASIN

BAB V HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

Transkripsi:

46 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas I Denpasar Selatan berada di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah kerja yaitu Kelurahan Sesetan dengan luas wilayah 7,39 Km 2, Kelurahan Panjer dengan luas wilayah 3,59 Km 2 dan Desa Sidakarya dengan luas wilayah 3,89 Km 2. Di Kelurahan Sesetan terdapat 13 SD negeri. SD yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada 4 SD meliputi: SD 13, SD 4, SD 7 dan SD 10 Sesetan. SD 13 dan SD 4 Sesetan adalah SD yang mendapat program Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut dari Poltekkes Denpasar Jurusan Kesehatan Gigi. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2001. Pelayanan diberikan pada seluruh siswa mulai dari kelas II sampai dengan kelas V. Macam kegiatan yang dilakukan mulai dari upaya promotif, preventif dan kuratif sederhana. Upaya promotif berupa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, baik untuk perorangan maupun kelompok yang dilakukan 1 kali dalam seminggu, upaya preventif berupa sikat gigi massal, kumur-kumur larutan fluor, topikal aplikasi dengan mengulaskan larutan fluor pada permukaan gigi, pengulasan bahan sealent serta upaya kuratif sederhana berupa penambalan gigi yang karies, pencabutan gigi susu yang sudah goyang dan perawatan gigi yang sakit. Sedangkan SD 7 dan SD 10 Sesetan merupakan SD UKGS yang tidak mendapat pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut diberikan oleh tenaga kesehatan gigi Puskesmas yaitu berupa penyuluhan

47 kesehatan gigi yang dilakukan setiap 1 bulan sekali. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebesar 128 orang, yang diambil dari 4 sekolah dasar terpilih terdiri dari SD 13 Sesetan sebanyak 31 responden, SD 4 Sesetan 33 responden, SD 7 Sesetan 35 responden dan SD 10 Sesetan 29 responden. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden yang sekaligus dengan pengisian kuesioner serta hasil pemeriksaan gigi yang dilakukan oleh tenaga dokter dan perawat gigi. 5.2 Karakteristik Responden Responden adalah siswa kelas VI SD yang mendapat program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu sebanyak 64 orang, terdiri dari 20 orang laki-laki (31,3%) dan 44 orang perempuan (68,7%), sedang responden pada SD UKGS jumlahnya sama yaitu sebanyak 64 orang, terdiri dari 34 orang laki-laki (53,1%) dan 30 orang perempuan (46,9%). Responden siswa kelas VI lebih banyak laki-laki pada SD UKGS yaitu 53,1% sedang responden pada SD pelayanan asuhan lebih banyak perempuan yaitu 68,7%. Menurut Gondhoyuwono (1997), menyatakan bahwa perempuan lebih memperhatikan keindahan, kebersihan, penampilan diri, sehingga berupaya mengatasi masalah kesehatan yang timbul pada gigi dan mulutnya. Umur responden antara 11-14 tahun, umur 11 tahun lebih banyak pada SD UKGS yaitu sebesar 32,8%, umur 12 tahun paling banyak pada SD pelayanan asuhan yaitu sebanyak 67,1%. Menurut Depkes RI (1994) menyatakan bahwa umur 12 tahun perlu mendapat perhatian, oleh karena pada umur ini anak-anak meninggalkan sekolah dasar.

48 Dengan demikian umur 12 tahun dipilih sebagai sampel untuk memantau kesehatan gigi anak secara menyeluruh dan untuk perbandingan keadaan kesehatan gigi anak secara internasional (Tabel 5.1). Tabel 5.1 Karakteristik responden yang mendapat pelayanan asuhan dan yang mendapat UKGS berdasarkan jenis kelamin dan umur Responden Pelayanan Asuhan UKGS Total n % n % n % Jenis Kelamin Laki-laki 20 31,3 34 53,1 54 42,2 Perempuan 44 68,7 30 46,9 74 57,8 Total 64 100 64 100 128 100 Umur 11 th 20 31,3 21 32,8 41 32.0 12 th 43 67,1 40 62,5 83 64,8 13 th 0 0 1 1,6 1 0,8 14 th 1 1,6 2 3,1 3 2,4 Total 64 100 64 100 128 100 5.3 Pengetahuan Responden tentang Kesehatan Gigi dan Mulut Pengetahuan responden diukur berdasarkan pada 10 item pertanyaan dengan alternatif jawaban a, b dan c. Apabila jawaban responden benar, diberi skor 1 dan bila jawaban salah diberi skor 0. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh rata-rata pengetahuan siswa adalah 5,1, nilai median 5 dan modus 5. Nilai pengetahuan tertinggi adalah 9 dan nilai terendah 3. Tingkat pengetahuan responden di kategorikan menjadi pengetahuan baik dan buruk. Kategori pengetahuan baik, apabila skor pengetahuan responden di atas nilai rata-rata yaitu antara 5,2-9 dan kategori pengetahuan buruk, bila skor pengetahuan di bawah nilai rata-rata yaitu antara 3-5,0.

49 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 128 responden, hanya sebesar 32,8% responden memiliki tingkat pengetahuan baik. Namun responden pada SD pelayanan asuhan memiliki tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kategori baik sebesar 45,3% dan SD UKGS sebesar 20,3%. SD yang mendapat pelayanan asuhan memiliki tingkat pengetahuan lebih baik dari SD UKGS (Tabel 5.2). Tabel 5.2 Distribusi pengetahuan responden berdasarkan SD pelayanan asuhan dan SD UKGS di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Variabel Pengetahuan Baik % Buruk % Total % Pelayanan Asuhan UKGS 29 45,3 13 20,3 35 54,7 51 79,7 64 100 64 100 Total 42 32,8 86 67,2 128 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 10 item pertanyaan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut yang ditanyakan pada responden, maka diperoleh bahwa paling banyak responden telah mengetahui penyakit jaringan keras gigi yaitu sebesar 75%, selanjutnya 71,1% responden mengetahui cara menghilangkan plak. Hanya 33,6% responden mengetahui tentang penyebab gigi berlubang, waktu menyikat gigi yang baik 45,3%, alat bantu menyikat gigi 46,1%, dan akibat tidak rajin menggosok gigi sebesar 47,7% (Tabel 5.3).

50 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Kesehatan Gigi dan Mulut pada SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Jawaban Responden No Item Pengetahuan Benar Salah F % F % 1. Penyakit jaringan keras gigi 96 75 32 25 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Faktor yang mempercepat karies Penyebab gigi berlubang Cara menghilangkan plak Dalam sehari minimal menyikat gigi Waktu menyikat gigi yang baik Lama waktu menyikat gigi Syarat sikat gigi yang baik Alat bantu menyikat gigi Akibat tidak rajin menggosok gigi 80 62,5 43 33,6 91 71,1 78 60,9 58 45,3 66 51,6 72 56,3 59 46,1 61 47,7 48 37,5 85 66,4 37 28,9 50 39,1 70 54,7 62 48,4 56 43,8 69 53,9 67 52,3 5.2 Sikap Responden terhadap Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut Pengukuran variabel sikap dilakukan berdasarkan 10 item pertanyaan, apabila jawaban Setuju diberi skor 2, Kurang Setuju diberi skor 1 dan bila jawaban Tidak Setuju diberi skor 0. Rata-rata nilai sikap responden adalah 8,4, median adalah 8 dan nilai modus 11. Nilai sikap tertinggi adalah 17 dan nilai terendah 3. Sikap responden dikategorikan menjadi kategori baik dan buruk. Kategori sikap dikatakan baik, apabila skor sikap di atas nilai rata-rata yaitu antara 8,5-17 dan sikap dikatakan buruk apabila skor sikap di bawah rata-rata yaitu antara 3-8,3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara keseluruhan responden memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan penyakit gigi dan mulut yaitu sebesar 46,9%. Namun responden pada SD pelayanan asuhan memiliki sikap dengan kategori baik yaitu sebesar 59,4% dan SD UKGS hanya sebesar 32,4%.

51 Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden pada SD pelayanan asuhan lebih baik dari SD UKGS (Tabel 5.4). Tabel 5.4 Distribusi Sikap Responden pada SD Pelayanan Asuhan dan SD UKGS di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Sikap Variabel Pelayanan Asuhan UKGS Baik F % 38 59,4 22 32,4 Buruk F % 26 40,6 42 65,6 Total 60 46,9 68 53,1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar responden memiliki sikap setuju bahwa sikat gigi yang baik mempunyai kepala sikat yang kecil yaitu sebesar 79,7%, selanjutnya 63,3% responden memiliki sikap setuju pasta gigi berfluoride dapat mencegah terjadinya gigi berlubang. Namun hanya sebagian kecil responden memiliki sikap setuju untuk memeriksakan gigi paling lambat setiap enam bulan sekali yaitu sebesar 7,8% (Tabel 5.5).

52 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi sikap responden terhadap pencegahan penyakit gigi dan mulut pada SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Jawaban Responden No Pernyataan Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju F % F % F % 1 Menyikat gigi sebaiknya 27 21,1 76 59,4 25 19,5 dilakukan minimal dua kali sehari. 2 Sikat gigi yang baik mempunyai kepala sikat yang kecil 102 79,7 16 12,5 10 7,8 3 Makanan yang manis dapat mencegah terjadinya gigi berlubang. 9 7,0 16 12,5 103 80,5 4 Makan buah-buahan yang 59 46,1 31 24,2 38 29,7 berserat dan berair dapat membersihkan gigi. 5 Bila sakit gigi, sebaiknya 26 20,3 44 34,4 58 45,3 segera mencari pelayanan kesehatan gigi. 6 Pasta gigi berfluoride, dapat 81 63,3 19 14,8 28 21,9 mencegah terjadinya lubang gigi. 7 Rajin-rajinlah menggosok gigi 22 7,2 52 40,6 54 42,2 untuk mencegah timbulnya bau mulut. 8 Pada waktu menyikat gigi 17 13,3 49 38,3 62 48,4 hendaknya seluruh permukaan gigi harus disikat. 9 Menambal gigi yang 13 10,2 55 43,0 60 46,9 berlubang dapat mencegah penularan penyakit gigi dan mulut 10 Sebaiknya memeriksakan gigi paling lambat setiap enam bulan sekali. 10 7,8 71 55,5 47 36,7

53 5.5 Perilaku Responden terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Variabel perilaku diukur dengan 6 item pertanyaan, apabila jawaban Benar diberi skor 1 dan bila jawaban Salah diberi skor 0. Rata-rata nilai perilaku siswa adalah 3,2, median adalah 3 dan nilai modus 3. Nilai perilaku tertinggi adalah 6, dan nilai terendah adalah 1. Perilaku dikategorikan menjadi perilaku baik dan buruk. Kategori perilaku baik, apabila skor perilaku di atas nilai rata-rata yaitu antara 3,3-6 dan kategori buruk bila skor perilaku di bawah rata-rata yaitu antara 1-3,1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara keseluruhan responden pada SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan mempunyai perilaku baik terhadap kesehatan gigi dan mulut yaitu sebesar 40,6% sedang responden pada SD pelayanan asuhan mempunyai perilaku kesehatan gigi dan mulut lebih baik yaitu sebesar 57,8% (Tabel 5.6). Tabel 5.6 Distribusi Perilaku Responden pada SD Pelayanan Asuhan dan SD UKGS di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Variabel Pelayanan Asuhan UKGS Baik F % 37 57,8 15 23,4 Perilaku Buruk F % 27 42,2 49 76,6 Total 52 40,6 76 59,4 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden, sebesar 76,6% responden berperilaku menyikat gigi yang baik. Selanjutnya responden yang

54 bisa melakukan gerakkan sikat gigi untuk dataran pengunyahan sebesar 48,4%, responden yang mengetahui cara menyimpan sikat gigi sebesar 38,3% dan yang memeriksakan kesehatan gigi sebesar 41,4% (Tabel 5.7). Tabel 5.7 Distribusi frekuensi perilaku responden terhadap kesehatan gigi dan mulut pada SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Jawaban responden No Item Perilaku Baik Buruk F % F % 1. Menyikat gigi yang baik 98 76,6 30 23,4 2. 3. 4. 5. 6. Gerakan sikat gigi untuk bagian gigi yang menghadap ke pipi Gerakkan sikat gigi untuk dataran pengunyahan Cara menyimpan sikat gigi Penggunaan pasta gigi Memeriksakan kesehatan gigi 85 66,4 62 48,4 49 38,3 66 51,6 53 41,4 43 33,6 66 51,6 79 61,7 62 48,4 75 58,6 5.6 Status Kesehatan Gigi dan Mulut Status kesehatan gigi dan mulut responden diukur dengan menghitung indeks DMF-T untuk gigi permanent dan indeks OHI-S. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata DMF-T pada SD UKGS adalah 2,90, lebih tinggi dari SD pelayanan asuhan yaitu 2,0. Rata-rata decay (karies) adalah 4,30 lebih tinggi dari missing dan filling. Rata-rata filling (0,15) sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali pada SD UKGS yang berarti tidak ada gigi yang ditambal (Tabel 5.8).

55 Tabel 5.8 Rata-rata DMF-T siswa SD Pelayanan Asuhan dan SD UKGS di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Status DMF-T Pelayanan asuhan UKGS Decay 1,80 2,50 Missing Filling 0,05 0,15 0,40 0,00 DMF-T 2,00 2,90 Rata-rata indeks OHI-S responden pada SD pelayanan asuhan adalah 0,99 termasuk kategori baik (0,0-1,2) lebih baik dari SD UKGS yaitu 3,22 termasuk kategori buruk (3,1 6,0) (Tabel 5.9). Tabel 5.9 Rata-rata OHI-S Siswa SD Pelayanan Asuhan dan SD UKGS di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Status OHI-S Debris Calculus Pelayanan asuhan 0,70 0,29 UKGS 2,00 1,22 OHI-S 0,99 3,22 5.6 Pengaruh Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku terhadap Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD di wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa, variabel pelayanan asuhan dengan nilai DMF-T diperoleh nilai X 2 = 14,458 dengan p sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan ada pengaruh antara pelayanan asuhan dengan status DMF-T siswa. Nilai OR sebesar 5,942 berarti siswa SD pelayanan asuhan kemungkinan mempunyai nilai DMF-T baik 5,942 kali dibandingkan dengan siswa SD UKGS. Pelayanan asuhan dengan indeks OHI-S menunjukkan adanya

56 pengaruh yang bermakna dengan nilai p=0,000 lebih kecil dari α=5% (0,000<0,05). Dengan nilai OR = 9,930 yang berarti siswa SD pelayanan asuhan kemungkinan mempunyai nilai OHI-S baik 9,930 kali dibandingkan dengan siswa SD UKGS. Variabel pengetahuan dengan DMF-T diperoleh nilai X 2 = 1,282 dengan p sebesar 0,258 lebih besar dari α = 5% (0,258 > 0,05), maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan status DMF-T siswa. Pengetahuan dengan OHI-S diperoleh nilai X 2 = 1,312 dengan p sebesar 0,252 lebih besar dari α = 5% (0,252 > 0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan status OHI-S siswa. Variabel sikap dengan DMF-T diperoleh nilai X 2 = 0,031 dengan p sebesar 0,861 lebih besar dari α = 5% (0,861 > 0,05), maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara sikap dengan status DMF-T siswa. Sikap dengan OHI-S diperoleh nilai X 2 = 1,557 dengan p sebesar 0,212 lebih besar dari α = 5% (0,212 > 0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara sikap dengan status OHI-S siswa. Variabel perilaku dengan status DMF-T diperoleh nilai X 2 = 11,473 dengan p sebesar 0,001 lebih kecil dari α = 5% (0,001 < 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara perilaku dengan status DMF-T siswa SD. Dengan nilai OR sebesar 5,800 berarti siswa SD yang mempunyai perilaku baik kemungkinan mempunyai nilai DMF-T baik 5,800 kali dibandingkan dengan siswa SD yang mempunyai perilaku buruk.

57 Untuk perilaku dengan status OHI-S diperoleh nilai X 2 = 11,175 dengan p sebesar 0,001 lebih kecil dari α = 5% (0,001 < 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada pengaruh antara perilaku dengan status OHI-S siswa. Dengan nilai OR sebesar 10,185 berarti siswa SD yang mempunyai perilaku baik kemungkinan mempunyai nilai OHI-S baik 10,185 kali dibandingkan dengan siswa SD yang mempunyai perilaku buruk (Tabel 5.10). Tabel 5.10 Distribusi Pelayanan Asuhan, Pengetahuan, Sikap serta Perilaku terhadap Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 DMF-T OHI-S Variabel Baik Buruk Baik Buruk f % f % f % f % - Pelayanan Asuhan 57 89,1 7 10,9 a61 95,3 b 3 4,7 - UKGS 37 57,8 27 42,2 c43 67,2 d21 32,8 X 2 =14,458 p=0,000 OR=5,942 X 2 =14,821 p=0,000 OR=9,930 Pengetahuan - Baik 34 81,0 8 19,0 37 88,1 5 11,9 - Buruk 60 69,8 26 30,2 67 77,9 19 22,1 X 2 =1,282 p=0,258 X 2 =1,312 p=0,252 Sikap - Baik 45 75 15 25 52 86,7 8 13,3 - Buruk 49 72,1 19 27,9 52 76,5 16 23,5 X 2 =0,031 p=0,861 X 2 =1,557 p=0,212 Perilaku - Baik 47 90,4 5 9,6 a50 96,2 2 3,8 - Buruk 47 61,8 29 38,2 c54 71,1 22 28,9 X 2 =11,473 p=0,001 OR=5,800 X 2 =11,175 p=0,001 OR=10,185

58 Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel yang paling dominan dalam pola hubungan antara variabel bebas yang meliputi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap variabel terikat yaitu status kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh dua variabel yang dapat dimasukan ke dalam regresi logistik yang mempunyai nilai p lebih kecil dari 0,000. Variabel bebas yang dapat dimasukan ke dalam model regresi logistik yaitu variabel pelayanan asuhan dan perilaku siswa sekolah dasar. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel pelayanan asuhan memberikan pengaruh secara signifikan sebesar (p = 0,003), dengan risk ratio (RR) 4,262 yang berarti bahwa siswa SD yang mendapat pelayanan asuhan memiliki risiko DMF-T baik 4,262 kali lebih besar dibandingkan dengan SD UKGS (Tabel 5.11). Tabel 5.11 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Pelayanan Asuhan dan Perilaku dengan DMF-T siswa SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Variabel Pelayanan Asuhan 1.450 0.493 8.638 1 0.003 4.262 Perilaku 1.359 0.551 6.091 1 0.014 3.893 Constant 0.039 0.276 0.019 1 0.889 1.039 Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap status OHI-S siswa SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 adalah variabel pelayanan asuhan sebesar (p = 0,004). Dengan risk ratio (RR) 6,726

59 artinya bahwa siswa SD yang mendapat pelayanan asuhan memiliki risiko OHI- S baik 6,726 kali lebih besar dibandingkan dengan siswa SD yang tidak mendapat pelayanan asuhan (Tabel 5.12). Tabel 5.12 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Pelayanan Asuhan dan Perilaku dengan OHI-S siswa SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Variabel Pelayanan Asuhan 1.906 0.666 8.182 1 0.004 6.726 Perilaku 1.843 0.787 5.477 1 0.019 6.313 Constant 0.408 0.288 2.012 1 0.156 1.504