BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

dokumen-dokumen yang mirip
NINDYA AGUSTIN LISTYANINGRUM A

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

PENDAHULUAN. dalam penjelasan UUD 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. Dalam era pertumbuhan dan pembangunan dewasa ini, kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pengertian dan Sejarah Singkat Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. kenyamanan dalam rangka menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara indonesia adalah negara hukum rechstaats. 1 Sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat agar dapat tercipta dan terpeliharanya ketertiban umum.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. secara biasa, tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa. juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya merupakan hal yang sangat di perhatikan oleh pemerintah (Negara) sebagai

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

PENGARUH HARAPAN TERHADAP KECENDERUNGAN RESIDIVIS PADA NARAPIDANA DI LAPAS KLAS I MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tolak ukur segala hal mengenai harapan dan tujuan dari bangsa

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DENGAN PELAKU ANGGOTA TNI (Studi di Wilayah KODAM IV DIPONEGORO)

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga pembinaan atau sering disebut LAPAS yaitu tempat untuk

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang dinamakan pidana denda. Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. perampokan, pembunuhan, narkoba, penipuan dan sebagainya. Dari semua tindak

BAB I PENDAHULUAN. Proklamasi Kemerdekaaan 17 Agustus 1945, pada hakikatnya bertujuan. untuk membangun manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

[

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum, sehingga setiap

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang yang melakukan kejahatan atau dapat juga disebut sebagai

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 POLA ADAPTASI MANTAN NARAPIDANA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengadilan, serta Lembaga Pemasyarakatan. Keempat subsistem tersebut

I. PENDAHULUAN. prinsip hukum acara pidana yang mengatakan peradilan dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUHAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ringkasan Permohonan Perkara Nomor 59/PUU-XII/2014 Daluwarsa Masa Penuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Korupsi merupakan tindakan yang dapat menimbulkan kerugian bagi keuangan

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara hukum, sebagaimana dijelaskan dalam UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. Keberadaan hukum di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan suatu negara yang taat akan hukum dan adanya hukum tersebut digunakan untuk mengatur berbagai hal ataupun penyimpanganpenyimpangan yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu bentuk penyimpangan yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ataupun dalam kehidupan masyarakat adalah dengan adanya suatu bentuk tindak pidana yang dilakukan oleh masyarakat. Menurut Atmasasmita (2010:137) menyatakan bahwa untuk menentukan ada tidaknya gangguan terhadap ketertiban sosial adalah seberapa banyak pelanggaran yang terjadi atas peraturan perundangan. Suatu contoh dalam hukum pidana, tinggi rendahnya ketertiban sosial diukur dari berapa banyak kasus pidana yang dicatat dan diajukan ke muka sidang pengadilan atau berapa banyak kasus pidana yang dicatat di Lembaga Pemasyarakatan. Tindak pidana itu sendiri mengandung arti suatu perbuatan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang, dimana perbuatan tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Menurut Remmelink (2003:61) menjelaskan bahwa. Tindak pidana adalah perilaku yang pada waktu tertentu dalam konteks suatu budaya dianggap tidak dapat ditolerir dan harus diperbaiki dengan 1

2 mendayagunakan sarana-sarana yang disediakan oleh hukum pidana. Perilaku atau perbuatan tersebut dapat berupa gangguan atau menimbulkan bahaya terhadap kepentingan atau objek hukum tertentu. Tindak pidana atau suatu perbuatan kejahatan pasti akan berkaitan dengan pelaku kejahatan yang biasa disebut dengan penjahat, pelaku kriminal, dan masih banyak lagi yang lainnya. Suatu bentuk penyimpangan tindak pidana yang dilakukan masyarakat merupakan suatu perbuatan yang dapat mengganggu kenyamanan, ketentraman, dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani berbagai bentuk penyimpangan tindak pidana tersebut adalah dengan membentuk suatu produk hukum yang dapat menegakkan keadilan dan menjadi sarana pengayoman bagi masyarakat yang berlandaskan pada hukum pidana. Hukum pidana merupakan hukum yang mengatur mengenai berbagai bentuk pelanggaran-pelanggaran dan kejahatankejahatan yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara atau dalam kehidupan masyarakat. Menurut Kansil (1986:76) menjelaskan bahwa. Hukum Pidana (pidana = hukuman), yaitu hukum yang mengatur perbuatanperbuatan apa yang dilarang dan memberikan pidana kepada siapa yang melanggarnya serta mengatur bagiamana cara-cara mengajukan perkaraperkara ke muka pengadilan. Pendapat lain dikemukakan oleh Remmelink (2003:1), yang menjelaskan bahwa hukum pidana merupakan hukum yang mencakup perintah dan larangan yang atas pelanggaran terhadapnya akan dikenai ancaman pidana ataupun suatu hukum yang mencakup mengenai norma-norma yang harus ditaati oleh siapapun juga. Tujuan hukum pidana adalah mencegah masyarakat untuk melakukan berbagai penyimpangan tindak pidana atau kejahatan dan menyadarkan para pelaku tindak pidana untuk tidak melakukan atau mengulang kembali perbuatan

3 yang pernah dilakukannya serta untuk menegakkan ketertiban hukum dan melindungi masyarakat hukum, maka dari itu bagi para pelaku tindak pidana atau pelaku kejahatan akan mendapatkan sanksi pidana berupa perampasan kemerdekaan sehingga diharapkan dapat memberikan efek jera terhadap para pelaku tindak pidana atau kejahatan tersebut. Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal 10, sanksi pidana yang berupa perampasan kemerdekaan dibedakan dalam beberapa jenis yaitu pidana penjara dan pidana kurungan. Pidana penjara adalah suatu hukuman yang berupa pembatasan kebebasan bergerak dari seorang terpidana yang dilakukan dengan cara menutup orang tersebut dalam sebuah Lembaga Pemasyarakatan dan mewajibkan orang tersebut untuk mentaati aturan yang berlaku. Para terpidana atau narapidana yang masuk di Lembaga Pemasyarakatan akan mendapatkan pembinaan dan untuk menyadarkan para pelaku tindak pidana itu sendiri dilakukan melalui peranan Lembaga Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah satu penegak hukum yang tidak terkait langsung dalam penegakan hukum, namun Lembaga Pemasyarakatan sangat berperan dalam membina para narapidana untuk menjadi warga negara yang lebih baik dan mewujudkan ketertiban masyarakat dalam kehidupan hukum yang lebih baik. Penegak hukum yang juga terkait dengan Lembaga Pemasyarakatan adalah Polisi, Jaksa dan Hakim. Lembaga Pemasyarakatan diatur dalam Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dalam Undang-Undang tersebut pada pasal 1 ayat (3) mengartikan bahwa Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik

4 Pemasyarakatan. Jadi Lembaga Pemasyarakatan merupakan suatu tempat untuk melakukan kegiatan pembinaan bagi para warga binaan atau narapidana yang berlandaskan pada aturan hukum yang berlaku. Sistem yang diatur dalam Lembaga Pemasyarakatan tersebut diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat dan dapat aktif berperan dalam pembangunan serta dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Lembaga Pemasyarakatan disamping bertujuan mengembalikan warga binaan pemasyarakatan sebagai warga negara yang baik, juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan pemasyarakatan dan dapat menemukan kembali kepercayaan dirinya serta dapat diterima menjadi bagian dari anggota masyarakat. Pada umumnya seorang narapidana yang baru keluar dari Lembaga Pemasyarakatan biasanya akan menyandang gelar dengan sebutan preman, sehingga sangat sulit untuk dapat memperoleh pekerjaan dan biasanya akan ditakuti oleh masyarakat sekitar. Pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan itu sendiri harus memperhatikan berbagai aspek termasuk dalam hal menjaga keseimbangan dan memberikan perlakuan yang sama terhadap para narapidana. Keberhasilan dalam pembinaan akan berdampak baik terhadap para narapidana yang salah satunya adalah para narapidana memiliki tingkat kesadaran yang tinggi sehingga tidak akan terjadi pengulangan kejahatan (recidive). Realitanya banyak terjadi

5 pengulangan-pengulangan kejahatan (recidive) yang dilakukan oleh para mantan narapidana sehingga Lembaga Pemasyarakatan dirasa kurang berhasil dalam melaksanakan pembinaan. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan adanya kajian mengenai Optimalisasi Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Sebagai Upaya Mencegah Terjadinya Recidive (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen Tahun 2012). B. Perumusan Masalah Perumusan masalah digunakan untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, serta agar lebih mudah dipahami oleh pembaca. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana profil narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen? 2. Bagaimana bentuk-bentuk pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen? 3. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen dalam mencegah terjadinya recidive? C. Tujuan Penelitian Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seseorang tentunya mempunyai tujuan. Tujuan penelitian ini dapat menjadi arahan dalam menjawab persoalan yang telah dirumuskan. Tujuan penulis melakukan penelitian mengenai

6 Optimalisasi Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakayan sebagai Upaya Mencegah Terjadinya Recidive antara lain: 1. Untuk mendiskripsikan profil narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen. 2. Untuk mendiskripsikan bentuk-bentuk pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen. 3. Untuk mendiskripsikan langkah-langkah yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen dalam mencegah terjadinya recidive. D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian 1. Manfaat atau Kegunaan Teoritis a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum pada khususnya dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya. b. Untuk menambah bahan referensi dan bahan masukan pada penelitian selanjutnya. 2. Manfaat atau Kegunaan Praktis a. Bagi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen 1) Agar petugas pembinaan dapat mengetahui usaha usaha apa yang harus dilakukan guna mencegah terjadinya recidive. 2) Agar para petugas lebih optimal dalam memberikan pembinaan bagi para narapidana khususnya bagi narapidana recidive.

7 b. Bagi Narapidana Recidive Agar dapat memanfaatkan pembinaan yang diberikan oleh petugas pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen sehingga tidak menjadi recidive atau penjahat kambuhan lagi. c. Bagi Masyarakat 1) Untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa mantan narapidana tidak selamanya memiliki sifat jahat karena sebelumnya mantan narapidana tersebut telah diberi pembinaan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen sehingga hasilnya dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. 2) Sebagai bahan pertimbangan untuk menerima kembali seorang mantan narapidana dalam mengembalikan status dan haknya sebagai warga sipil, bukan sebagai mantan narapidana yang selalu memiliki sifat jahat dan selalu meresahkan masyarakat sekitar. E. Daftar Istilah 1. Optimalisasi Kata optimalisasi berasal dari kata optimal, dimana menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:800), optimal dapat diartikan terbaik; tertinggi; sempurna; paling menguntungkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa optimalisasi adalah pengoptimalan atau memaksimalkan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai hasil yang lebih baik. 2. Pembinaan Menurut Tim Reality Kamus Terbaru Bahasa Indonesia (2009:136), kata pembinaan berasal dari kata bina atau membina yang artinya membangun, mengusahakan agar lebih baik, mengupayakan agar sedikit lebih maju atau

8 sempurna. Pembinaan itu sendiri diartikan sebagai proses, cara, perbuatan membina. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatau kegiatan atau proses yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah seseorang menjadi lebih baik. 3. Narapidana Menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:774), narapidana adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana) atau terhukum. 4. Recidive Recidive dalam Bahasa Indonesia berarti residivis, menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:951) residivis adalah orang yang pernah dihukum mengulangi tindak kejahatan yang serupa atau penjahat kambuhan.