FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN METODE RESISTIVITAS UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBAB RAWAN LONGSOR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

ANALISIS POTENSI LONGSORAN PADA DAERAH RANU PANI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KECAMATAN SENDURO KABUPATEN LUMAJANG

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DAERAH KEPULAUAN SERUI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DAERAH BAMBANKEREP NGALIYAN SEMARANG

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

Investigasi Bidang Gelincir Tanah Longsor Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis di Desa Kebarongan Kec. Kemranjen Kab.

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1

INVESTIGASI GERAKAN TANAH DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DI SEKITAR LERENG BGG JATINANGOR

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

PEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyelidikan daerah rawan gerakan tanah dengan metode geolistrik tahanan jenis (studi kasus : longsoran di desa cikukun)

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA

MODEL VOLUME RESAPAN AIR HUJAN PADA SUMUR RESAPAN DI KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

IDENTIFIKASI PENYEBARAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS 3D (MODEL LABORATORIUM)

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

ISSN: Indonesian Journal of Applied Physics (2016) Vol. 6 No. 02 Halaman 88 Oktober 2016

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR ZONA RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DI PAYUNG KOTA BATU

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

III. METODE PENELITIAN

Identifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Aliran Rembesan (Seepage) Menggunakan Pemodelan 3D Metode Resistivitas Konfigurasi Wenner

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

Studi Geolistrik Untuk Mengidentifikasi Kedudukan Lumpur dan Air Dalam Rangka Optimalisasi Timbunan Lowwall

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

METODE EKSPERIMEN Tujuan

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

Penentuan Lapisan Bawah Permukaan di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Banjarbaru dengan Metode Geolistrik

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

Abstrak

POSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Bab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DALAM MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI KABUPATEN PONOROGO SEBAGAI ANTISPASI BENCANA KEKERINGAN

PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN

Identifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango

RESISTIVITY DATA ANALYSIS FOR DETERMINING THE POTENTIAL LANDSLIDE IN LEGOK HAYAM AREA VILLAGE OF GIRIMEKAR, CILENGKRANG DISTRICT OF BANDUNG REGENCY

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

PENDUGAAN BIDANG GELINCIR TANAH LONGSOR BERDASARKAN SIFAT KELISTRIKAN BUMI DENGAN APLIKASI GEOLISTRIK METODE TAHANAN JENIS

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

Jurnal Fisika Unand Vol. 1, No. 1, Oktober 2012 ISSN

IDENTIFIKASI BATUAN GRANIT KECAMATAN SENDANA KOTA PALOPO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY)

Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Untuk Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS Surabaya

Identifikasi Bidang Patahan Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

UJI NILAI TAHANAN JENIS POLUTAN AIR LAUT DENGAN METODE OHMIK DAN GEOLISTRIK TAHANAN JENIS SKALA LABORATORIUM

PENERAPAN METODE GEOLISTRIK-2D UNTUK IDENTIFIKASI AMBLASAN TANAH DAN LONGSORAN DI JALAN TOL SEMARANG SOLO Km Km

Analysis of Chromite Vein At The Subsurface Using Geoelectrical Method Wenner-Schlumberger Configuration

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

PENGGAMBARAN PSEUDOSECTION BAWAH PERMUKAAN DARI SUATU PROSES EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN PROGRAM RES2DINV

Penentuan Struktur Bawah Permukaan Daerah Rawan Longsor Berdasarkan Interpretasi Data Resistivitas

ISSN: Indonesian Journal of Applied Physics (2012) Vol.2 No.1 halaman 51 April 2012

Pendugaan Zona Endapan Mineral Logam (Emas) di Gunung Bujang, Jambi Berdasarkan Data Induced Polarization (IP)

KARAKTERISASI ZONA SLIDING DI PERBUKITAN RANGGAWULUNG SUBANG DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

Unnes Physics Journal

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DI DESA SUMBERBRANTAS KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

Aplikasi Metode Tahanan Jenis 2D untuk Mengidentifikasi Potensi Daerah Rawan Longsor di Gunung Kupang, Banjarbaru

Identifikasi Zona Bidang Gelincir Daerah Rawan Longsor Cihideung Kabupaten Bandung Barat dengan Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Wenner

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN JALUR SESAR DI DUSUN PATEN DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

Bayu Suhartanto, Andy Pramana,Wardoyo, M. Firman, Sumarno Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Bengkulu, Bengkulu

PENGUNAAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN GERAKAN TANAH (Studi Kasus: Longsor di Desa Nasol Kabupaten Ciamis) Muhammad Nor,S.Si,M.

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

Angelia Rajagukguk, Riad Syech, Retno Agung

Transkripsi:

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014 Aplikasi Geolistrik Resistivitas untuk Mengetahui Distribusi Tahanan Jenis dalam Investigasi Potensi Bencana Longsor di Perbukitan Ampelgading Kabupaten Malang AKHMAD JUFRIADI 1, HENA DIAN AYU 1 1 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Kanjuruhan Malang Fisika FMIPA Email: akhmadjufriadi@yahoo.com ABSTRAK: Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui distribusi tahanan jenis dan bidang gelincir pada lapisan tanah daerah rawan bencana longsor di perbukitan Gunung Sriti dan Gunung Bagong Desa Purwoharjo Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang. Lokasi penelitian memiliki elevasi bukit-bukit berkisar 450-491 meter dan kemiringan lereng curam berkisar 30 0 hingga 50 0. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengukuran terhadap nilai Tegangan karena adanya injeksi Arus terhadap lapisan bumi dengan menggunakan metode survei geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner. Hasil pengolahan data geolistrik resistivitas lintasan pertama menunjukkan, tahanan jenis pada lapisan bidang gelincir berkisar 51 Ohm-meter berupa material lempung pasiran dan tanah pelapukan berkisar 59-88 Ohm-meter yang berupa material dengan fragmen kerakal. Pada lintasan kedua lapisan bidang gelincir berkisar 56 Ohm-meter berupa material lempung kedap air dan tanah pelapukan berkisar 71 hingga 97 Ohm-meter merupakan material lempung dengan fragmen kerakal. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian memiliki potensi tinggi terjadinya bencana longsor. KATA KUNCI : Geolistrik resistivitas, konfigurasi Wenner, longsor 1 PENDAHULUAN Bencana alam merupakan kejadian yang terjadi akibat adanya proses alam maupun karena tingkah manusia yang dapat menyebabkan kerugian materi maupun non materi. Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang dapat diprediksi dan dianalisis kedatangannya, karena faktor terbesar dari alam yang mempengaruhi terjadinya tanah longsor adalah curah hujan. Dengan curah hujan tinggi, tanah pelapukan yang mempunyai sifat meloloskan air menyebabkan tanah menjadi jenuh air. Air akhirnya mengalir pada bidang kontak yang bertindak sebagai bidang gelincir (slipsurface). Akibat jenuhnya tanah pelapukan, bobot massa tanah bertambah, hal ini menyebabkan keseimbangan lereng terganggu dan lereng bergerak mencari keseimbangan baru sehingga bencana tanah longsor terjadi. Pada umumnya tanah yang mengalami longsoran akan bergerak di atas bidang gelincir tersebut. Secara fisiografis Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang merupakan bagian dari jalur Pegunungan Selatan Pulau Jawa, dengan morfologi perbukitan yang bergelombang disertai bukit-bukit dan punggungan yang sejajar. Dengan elevasi berkisar 400 hingga 900 meter dpl dan kemiringan lereng termasuk klasifikasi curam yaitu 30o hingga 50o, serta tingkat curah hujan yang cukup tinggi maka Kecamatan Ampelgading merupakan salah satu daerah yang rawan terjadi bencana longsor. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk investigasi bidang gelincir adalah metode geofisika terutama geolistrik tahanan jenis. Metode geofisika ini bersifat ISSN 1410-3273 15 2014 Jurusan Fisika UM

APLIKASI GEOLISTRIK tidak merusak lingkungan, biaya relatif murah dan mampu mendeteksi perlapisan tanah sampai kedalaman beberapa meter di bawah permukaan tanah. Oleh karena itu metode ini dapat di manfaatkan untuk survey daerah rawan longsor, khususnya untuk menentukan ketebalan lapisan yang berpotensi longsor serta litologi perlapisan batuan bawah permukaan [1]. Selain itu juga potensi daerah longsoran dapat diketahui dengan menggunakan salah satu metode yang disebut metode USLE (Universal Soil Loss Equation), dengan metode ini akan didapatkan nilai laju aliran debris longsoran [2]. Metode geolistrik resistivitas dijelaskan diantaranya oleh Loke (2000) [3], yang menyatakan bahwa tujuan dari survei geolistrik resistivitas adalah untuk mengetahui distribusi tahanan jenis bawah permukaan dengan melakukan pengukuran pada permukaan. Tahanan jenis ini bersesuaian dengan berbagai macam parameter geologi, seperti mineral, fluida dan porositas pada batuan. Prinsip dasar dari metode ini adalah injeksi arus listrik kedalam bumi yang melalui dua buah elektroda arus, kemudian besarnya beda potensial diukur dari dua buah elektroda potensial yang lain. Dari hasil pengukuran arus, beda potensial dan variasi jarak elektroda arus dan potensial (faktor geometri) tersebut akan diperoleh harga tahanan jenis lapisan di bawah titik ukur. Persamaan yang digunakan untuk menyatakan besaran tahanan jenis semu dari hasil pengukuran adalah: V k, (1) I dimana ΔV adalah beda potensial dan I adalah besar arus dan k adalah faktor geometri. Pada penelitian ini digunakan susunan elektrode menggunakan konfigurasi Wenner dengan susunan elektrodenya seperti pada gambar 1, dan nilai dari faktor geometrinya adalah: k 2 a, (2) a adalah jarak spasi antar elektroda. Konfigurasi Wenner tersebut memiliki jarak spasi antar elektroda sama, yaitu jarak C P PP C P, sesuai Gambar 1. 1 1 1 2 2 2 Gambar 1 Susunan Elektroda dengan konfigurasi Werner 2 METODE Survei geolistrik resistivitas dilakukan di daerah perbukitan Gunung Sriti dan Gunung Bagong Desa Purwoharjo Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang. Berdasarkan kajian geologi regional, maka secara fisiografis daerah penelitian merupakan bagian jalur Pegunungan Selatan Pulau Jawa dengan morfologi perbukitan menggelombang. Elevasi permukaan daerah penelitian berkisar 400 sampai 900 meter dpl. Beberapa puncaknya adalah Gunung sriti II Timur daerah penelitian dengan elevasi 828, dan di arah Tenggara adalah Gunung Sriti I dengan elevasi 576 meter dpl. Kemiringan lereng daerah penelitian termasuk curam yaitu sekitar 30o hingga 50o. Peralatan yang digunakan adalah Resistivity Meter Yukawa model Naniura beserta perlengkapannya. Pengukuran dilakukan pada dua lintasan arah Barat Laut-Tenggara dengan panjang lintasan masing-masing 240 meter. Susunan elektroda menggunakan konfigurasi Wenner dengan desain akuisisi data 2 dimensi. Pada pengukuran pertama spasi (jarak antar elektroda) sebesar 10 meter dan posisi elektroda C1, P1, P2, C2 secara berurutan berada pada posisi 1, 2, 3 dan 4. Untuk pengukuran kedua, posisi elektroda C1, P1, P2, C2 bergeser 10 meter dan secara berurutan berada pada posisi 2, 3, 4 dan 5. Pengukuran dilanjutkan hingga pada ujung bentangan. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran dengan spasi 2a (20 meter) sehingga posisi elektroda C1, P1, P2, C2 secara berurutan berada pada posisi 2, 4, 6

A JUFRIADI DKK dan 8. Demikian selanjutnya, pengukuran dilakukan hingga ujung bentangan. Proses pengukuran tersebut diulang untuk spasi 3a (30 meter), 4a (40 meter), hingga 8a (80 meter) seperti pada Gambar 2. Lintasan Pertama Lintasan pertama dengan panjang lintasan 240 meter dengan arah Barat Laut-Tenggara. Pada titik data 0 sampai 60 meter kemiringan lereng berkisar 30o dengan ketinggian antara 415 sampai 425 meter dpl. Pada titik data 60 meter sampai 240 meter relatif landai dengan ketinggian rata-rata 425 meter dpl. Lahan sepanjang lintasan pertama merupakan daerah perkebunan. Gambar 2 Desain Pengukuran dengan Konfigurasi Werner [3]. Pengolahan dan analisis data tahanan jenis semu yang diperoleh dari pengukuran dari lapangan menggunakan program RES2DINV versi 3.4 yang menggunakan metode inversi dengan kuadrat terkecil berdasarkan teknik optimasi quasi-newton [4]. Metode inversi merupakan salah satu metode pemodelan untuk merekonstruksi model lapisan bumi berdasarkan data hasil pengukuran. Dalam program tersebut kondisi lapisan bawah permukaan di gambarkan dalam bentuk blok-blok rectangular yang menjelaskan kondisi sebaran tahanan jenis semu. Optimalisasi dari program tersebut pada dasarnya mereduksi perbedaan antara harga tahanan jenis terukur dengan model dan kondisi optimal biasanya jika iterasi mencapai 3 hingga 5 kali [5]. Hasil analisis data yang dikolaborasikan dengan kajian kondisi geologi dan stratigrafi regional digunakan untuk melakukan interpretasi terhadap kondisi penelitian. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengolahan data merupakan model 2D yang berupa penampang distribusi tahanan jenis semu atau pseudosection seperti pada gambar 3 dan 4. Distribusi tahanan jenis tersebut memberikan informasi tentang lapisan-lapisan batuan bawah permukaan yang sesuai dengan kondisi geologi daerah penelitian. Gambar 3 Penampang Pseudosection Lintasan Pertama Dari Gambar 3, penampang pseudosection menunjukkan adanya penyebaran batuan yang mempunyai tahanan jenis bervariasi berdasarkan warna dan kenampakan geologi permukaan. Sebagian besar litologi merupakan material clay (lempung) dengan nilai tahanan jenis kurang dari 29,8 ohm-meter, sampai lempung pasiran dengan perkiraan nilai tahanan jenis berkisar 29,8 ohm-meter hingga 51,2 ohm-meter. Jenis batuan ini ditunjukkan dengan warna biru yang merupakan clay (lempung), warna biru muda hingga biru kehijauan merupakan silt (lanau) dan warna hijau merupakan sand (pasir) [6]. Pada titik data 140 hingga titik 40 (bagian tengah hingga ke arah Barat Laut) dengan ketebalan lapisan sekitar 10 meter, merupakan batuan andesit, basalt dan lava yang sudah sangat lapuk dan membentuk pelapukan kulit bawang dengan nilai tahanan jenis lebih besar dari 51,2 ohm-meter. Batuan tersebut ditunjukkan dengan warna kuning hingga ungu [7]. Dugaan batuan andesit ini diperkuat dengan adanya singkapan yang menunjukkan bolder andesit yang mengalami pelapukan pada daerah lintasan penelitian. Batuan dasar nampak pada kedalaman sekitar 35 meter, batuan dasar tersebut diduga sebagai breksi andesit yang sudah lapuk. Pada bentangan 40 hingga 135 meter sekitar kedalaman 5 hingga 10 meter dengan

APLIKASI GEOLISTRIK nilai tahanan jenis relatif lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, diduga sebagai material lempung dengan fragmen kerakal akibat longsoran. Dengan adanya lapisan batuan dengan dominasi lempung dan lempung pasiran pada lintasan pertama dengan ikatan antar butir tanah sangat rendah, terutama pada kedalaman 5 hingga 10 meter pada bentangan titik 40 hingga 135 meter yang merupakan material lempung yang pada bagian atasnya merupakan lapisan basalt dan lava menunjukkan lapisan tersebut merupakan daerah bidang gelincir (slipsurface). Kondisi geologi pada lintasan pertama dengan kemiringan lereng sekitar 300 dan daerah tersebut merupakan lahan perkebunan singkong dengan vegetasi penutup lahan yang kurang, menyebabkan pada lintasan pertama terutama pada bentangan titik 0 hingga 135 meter merupakan daerah rawan longsor. Ditambah dengan faktor curah hujan Kabupaten Malang yang cukup tinggi dan beban massa pada bentangan titik 40 hingga 135 meter cukup besar yang berupa boulder andesit menambah tingkat kerawanan longsor daerah lintasan pertama. Diperkirakan longsor yang terjadi akan disertai boulder batuan andesit yang bergerak kearah lereng. Lintasan Kedua Lintasan kedua dengan panjang lintasan 375 meter dengan arah Barat Laut-Tenggara. Struktur geologi pada lintasan kedua ini relatif berbukit-bukit dengan ketinggian antara 415 sampai 440 meter dpl. Dengan kemiringan lereng mencapai 50o. Lahan sepanjang lintasan pertama merupakan daerah perkebunan yang ditanami singkong. Gambar 4 Penampang Pseudosection Lintasan Kedua Dari Gambar 4, daerah penampang pseudosection menunjukkan adanya penyebaran batuan yang mempunyai tahanan jenis bervariasi berdasarkan warna dan kenampakan geologi permukaan. Sebagian besar litologi merupakan material lempung sampai lempung pasiran dengan perkiraan nilai tahanan jenis berkisar 23,9 ohm-meter hingga 71,2 ohm-meter. Kondisi geologi permukaan berbukit diperkirakan dipengaruhi adanya intrusi andesit dengan nilai tahanan jenis lebih dari 123 ohm-meter, yaitu pada bentangan titik 180 sampai 225 meter. Akibat dari struktur demikian, maka akumulasi air akan terjebak pada bentangan titik 125 hingga 170 meter dan pada bentangan titik 240 hingga 270 meter. Daerah akumulasi air diduga sebagai lapisan material kedap air yaitu clay (lempung) dengan besar tahanan jenis berkisar kurang dari 23,9 ohm-meter. Daerah bidang gelincir (slipsurface) diperkirakan berada pada bentangan titik 40 hingga 180 meter, dengan kedalaman sekitar 10 meter pada atas lapisan clay (lempung). Kondisi geologi dengan kemiringan lereng berkisar 50o, curah hujan yang tinggi dan vegetasi penutup daerah lintasan kedua yang kurang menyebabkan potensi rawan longsor pada daerah tersebut lebih tinggi dari pada lintasan pertama. Namun material longsoran diduga tidak akan disertai dengan boulder batuan andesit. 4 KESIMPULAN Di kedua daerah penelitian (lintasan pertama dan kedua), terdapat lapisan bidang gelincir (slip surface) ditunjukkan dengan adanya lapisan kedap air yaitu clay (lempung) dengan tahanan jenis untuk lintasan pertama kurang dari 29,8 ohm-meter yang diatasnya dilapisi silt (lanau), sand (pasir), basalt dan lava yang merupakan lapisan lapuk. Untuk lintasan kedua, lapisan clay (lempung) memiliki besar tahanan jenis kurang dari 23,9 ohm-meter. Kuantitas air melimpah karena curah hujan tinggi meresap melalui lapisan lapuk dan pada akhirnya kontak dengan lapisan lempung. Sehingga pada lapisan tersebut akan menjadi lembek dan licin yang pada akhirnya akan menjadi bidang gelincir pada proses terjadinya longsor. Kemiringan bidang gelincir pada lintasan pertama sekitar 30o

A JUFRIADI DKK (cukup terjal) dan pada lintasan kedua 50o (sangat terjal). Kondisi lokasi penelitian pada umumnya sangat mendukung terjadinya longsor. Air hujan yang melimpah mengalir secara bebas dan dapat meningkatkan kerawanan terjadinya longsor. Lahan perkebunan hanya dijumpai tanaman singkong (tanaman musiman), jarang ada tanaman keras sebagai peningkat kohesi lapisan lapuk, sehingga lapisan ini menjadi tidak stabil dan cenderung akan longsor mengikuti kemiringan bidang longsor. Disamping itu pada lintasan pertama pada lapisan atas banyak ditemukan boulder batuan andesit menambah beban dan tekanan sehingga lebih memudahkan terjadinya longsor. Dengan kondisi tersebut maka lokasi penelitian tersebut memiliki potensi yang cukup tinggi untuk terjadinya longsor. [7] Telford, Geldard and Sheriff. 1990. Applied Geophysics, 2nd edition. Cambridge University Press. New York. 5 DAFTAR RUJUKAN [1] Sugito, Irayani Z, Jati IP. 2010. Investigasi Bidang Gelincir Tanah Longsor Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis di Desa Kebarongan Kec. Kemranjen Kab. Banyumas. Jurnal Berkala Fisika Vol. 13 No. 2. Unsoed. [2] Purnomo S, Sunaryo, Hakim L. 2011. Analisis Potensi Longsoran Pada Daerah Ranu Pani Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Kecamatan Senduro kabupaten Lumajang, Jurnal Neutrino UIN Maliki Malang Vol. 4 No.1. Malang. [3] Loke MH. 2000. Electrical Imaging Surveys for Environmental and Engineering Studies, A Practical Guide to 2D and 3D Surveys. Mind Height. Penang. Malaysia. [4] Loke MH, Barker RD. 1996. Rapid Leastsquare Inversion of Apparent Resistivity Pseudosection by A Quasi-Newton Method. Geophysical Prospecting. [5] Surono. 2002. Variasi Tahanan Jenis 2-D Pada Daerah Bencana Gerakan Tanah di Megamendung dan Ciputat. Jurnal Geofisika No. 1. Jakarta Selatan. [6] Hunt RE. 1984. Geotechnical Engineering Investigation Manual. McGraw Hill. New York.

APLIKASI GEOLISTRIK