RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

dokumen-dokumen yang mirip
Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB III STUDI PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI

ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB II KAJIAN TENTANG SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

RAHN (HUTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN) DALAM HUKUM

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi dalam bahasa Arab, kata Ar-Rahn berarti tetap dan

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Gadai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik itu yang beroperasi di bank maupun non bank tidak bisa terlepas dari unsur

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISIS DATA

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DATA

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai alhabsu.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

Konversi Akad Murabahah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

AKAD RAHN DAN AKAD-AKAD JASA KEUANGAN

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai di istilahkan dengan rahn dan juga dapat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.

BAB II LANDASAN TEORI. menahan suatu barang sebagai tanggungan utang. 2. juga secara populer dengan gadai (collateral). 3

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber

Analisis Pelaksanaan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomer : 26/DSN- MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cimahi

BAB II DAN RIBĀ DALAM FIQIH MUAMALAH. yang berarti dia memutuskannya. Qarḍ. masdar yang berarti memutuskan. Qarḍ

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR TENTANG GADAI. A. Pengertian Gadai Gadai dalam persepektif hukum islam disebut dengan istilah rahn,

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB II LANDASAN TEORI. dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Tujuan utama

BAB IV ANALISIS HYBRID CONTRACT PADA PRODUK GADAI ib EMAS DI PT. BRI SYARIAH KCP GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

Analisis Fatwa DSN-MUI terhadap Penentuan Biaya Ijarah dalam Sistem Gadai Syariah di Pegadaian Syariah Situsaeur Bandung

Transkripsi:

BAB II RAHN, IJA@RAH DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL A. Rahn (Gadai Islam) 1. Pengertian Rahn (Gadai Islam) Secara etimologi rahn berarti ash@ubu@tu wad dawa@mu yang mempunyai arti tetap dan kekal, atau al-h}absu wal luzu@mu yang berarti pengekangan dan keharusan dan juga bisa berarti jaminan. 1 Secara terminologi, ar-rahn yaitu menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. 2 Menurut Nasrun Haroen, seperti yang dikutip oleh Abdul Rahman Ghazaly dalam bukunya Fiqh Muamalat, mendefinisikan bahwa arrahn adalah menjadikan suatu (barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan sebagai pembayaran hak (piutang) itu, baik keseluruhannya maupun sebagiannya. 3 Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ar-rahn yaitu menahan barang sebagai jaminan utang. Barang yang dijadikan jaminan harus memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan barang tersebut akan memperoleh jaminan untuk mendapatkan kembali sebagian atau seluruh piutangnya. 1 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), 265. 2 Ismail Nawawi, Keuangan Islam: Diskursus Teori, Studi Kasus dan Pengantar Praktek Pada Kelembagaan Keuangan Bank dan Non Bank (Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya, 2015), 355. 3 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat..., 265. 25

26 2. Landasan Hukum Rahn Adapun dasar hukum tentang rahn sebagai berikut: a. Al-quran Surah al-baqarah ayat 283: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-baqarah: 283) 4 b. As-sunnah Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah membeli makanan dari seorang Yahudi dengan cara berutang, dan beliau menggadaikan baju besi kepadanya. (HR. Bukhari dan Muslim). 5 c. Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002, tanggal 26 Juni 2002 tentang rahn. 4 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Semarang: PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994), 71. 5 Imam Abu Abdullah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Bin Mughiran Bin Bardizbah Bin Al- Bukhari Al-Ju fiy, Shahih al-bukha@ri juz 3 (Beiru>t: Da>r al-fikr, 1983), 18.

27 Dalam fatwa ini disebutkan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang (marhu@n) sebagai jaminan utang (marhu@n bih) dalam bentuk rahn itu dibolehkan. 6 3. Rukun-Rukun Rahn Menurut Jumhur Ulama, seperti yang dikutip oleh Rachmat Syafe i dalam bukunya Fiqih Muamalah, menyatakan bahwa rukun rahn (gadai) itu ada empat, yaitu: a. Orang yang berakad (rahin dan murtahin). b. Ijab qabul/kata sepakat (s }ighat). c. Utang (marhu@n bih). d. Harta yang dijadikan jaminan (marhu@n). 7 4. Syarat-Syarat Rahn a. Orang yang berakad harus cakap bertindak hukum (baligh dan berakal). b. S}ighat dalam rahn tidak boleh dikaitkan dengan syarat tertentu. Seperti mensyaratkan sesuatu yang tidak bermanfaat atau sesuatu yang akan merugikan murtahin. Jika memakai syarat tertentu, maka syarat tersebut batal sedang akadnya sah. c. Utang (marhu@n bih) merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada yang memberi utang, marhu@n bih memungkinkan dapat 6 Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah DSN MUI (Jakarta: Erlangga 2014), 25. 7 Rachmat Syafe i, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 162.

28 dibayarkan dengan jaminan, dan marhu@n bih itu harus jelas dan tertentu. d. Barang yang dijadikan jaminan (marhu@n) merupakan barang yang dapat diperjualbelikan dan nilainya seimbang dengan utang, bermanfaat, jelas, milik sah rahin, tidak terkait dengan hak orang lain, dipegang (dikuasai) rahin, dan merupakan harta yang tetap atau dapat dipindahkan. 8 e. Barang yang dijadikan jaminan itu dipegang atau dikuasai secara hukum oleh pemberi piutang. 9 5. Penentuan Penaksiran Barang Gadai dan Pinjaman Maksimal Dalam hal ini, besar kecilnya jumlah pinjaman (marhu@n bih) yang dapat diberikan kepada rahin, tergantung pada nilai taksiran barang jaminan (marhu@n) milik rahin. Petugas penaksir sebaiknya orangorang yang sudah memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam melakukan penaksiran marhu@n. Untuk menentukan nilai taksiran marhu@n, petugas penaksir dapat melihat Harga Pasar Pusat (HPP) atau standar harga yang berlaku, melihat Harga Pasar Setempat (HPS) dari barang tersebut karena harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan dengan perkembangan harga yang terjadi, melakukan pengujian kualitas marhu@n, kemudian petugas penaksir menentukan nilai taksir 8 Ibid.,163. 9 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat..., 268.

29 dari marhu@n tersebut. 10 Sedangkan besarnya nilai marhu@n bih yang diberikan biasanya lebih kecil daripada nilai pasar dari marhu@n (di bawah nilai taksiran marhu@n). Hal ini ditempuh guna mencegah adanya kerugian. 11 Pemberian pinjaman optimum, di usahakan hingga 90% dari nilai harga taksiran barang sehingga rahin tidak dirugikan oleh rasio antara taksiran barang gadai dengan besar uang pinjaman (marhu@n bih). Hal tersebut dimaksud, setiap barang memiliki nilai ekonomis yang wajar. 12 6. Penentuan Biaya Titipan Barang Gadai dan Jangka Waktu Gadai Kedua belah pihak yang berakad, baik pihak penggadai (rahin) dan pemberi gadai (murtahin) mempunyai kebebasan dalam menentukan syarat, seperti penentuan batas waktu pembayaran pinjaman dan tarif simpanan. Menurut Ulama Hanabilah dan Malikiyah, seperti yang dikutip oleh Adrian Sutedi dalam bukunya Hukum Gadai Syariah, menyatakan bahwa kedua belah pihak diperbolehkan menentukan syarat tersebut, selama syarat itu tidak ada larangan dalam al-quran dan Hadits. Sedangkan Ulama Hanafiyah dan Syafi iyyah menambahkan, bahwa syarat itu tidak bertentangan dengan hakikat akad itu sendiri. 13 10 Ismail Nawawi, Keuangan Islam..., 366. 11 Adrian Sutedi, Hukum Gadai Syariah (Bandung: Alfabeta, 2011), 115. 12 Ismail Nawawi, Keuangan Islam..., 363. 13 Adrian Sutedi, Hukum Gadai..., 134.

30 Penentuan tarif simpanan barang yang digadaikan, sebenarnya belum ditemukan seberapa besar tarif yang tepat. 14 Namun tarif dapat ditentukan dengan memperhitungkan harga barang gadai dan lama waktu penitipan, dan yang terpenting adalah pengenaan tarif tersebut harus disepakati oleh kedua belah pihak (rahin dan murtahin). Sedangkan untuk penentuan jangka waktu gadai atau batas waktu pembayaran pinjaman, tidak terdapat batasan waktu. 15 B. Ija@rah 1. Pengertian Ija@rah Menurut Sayyid Sabiq, Ija@rah berasal dari kata al-ajru yang berarti al- iwad}u (ganti). Dari sebab itu a th - th awa@b (pahala) dinamai ajru (upah). 16 Secara bahasa, Rachmat Syafi i menjelaskan bahwa ija@rah adalah bay ul manfa ah (menjual manfaat). 17 Sedangkan secara istilah, menurut Ulama Syafi iyah, seperti yang dikutip oleh Abdul Rahman Ghazaly dalam bukunya Fiqh Muamalat, menyatakan bahwa ija@rah adalah suatu jenis akad atau transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah dan boleh dimanfaatkan, dengan cara memberi imbalan tertentu. 18 14 Ibid., 135. 15 Ahmad Sarwat, Fikih Sehari-hari (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), 95. 16 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13, terj. Kamaluddin A. Marzuki (Bandung: PT. Alma arif, 1987), 15. 17 Rachmat Syafe i, Fiqih..., 121. 18 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat..., 277.

31 Sedangkan menurut Muhammad Syafi i Antonio, seperti yang dikutip oleh Mardani dalam bukunya Fiqh Ekonomi Syariah, mendefinisikan bahwa ija@rah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. 19 Dari beberapa definisi di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa ija@rah adalah akad atau transaksi sewa-menyewa atas suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri dan atau upahmengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu dengan imbalan jasa. Pemilik yang menyewakan manfaat disebut mu ajjir, sedangkan penyewa manfaat disebut musta jir, sesuatu yang diambil manfaatnya disebut ma jur dan pendapatan yang diterima dari akad atau transaksi ija@rah disebut ujrah. Ujrah adalah kompensasi yang harus dibayar oleh pengguna manfaat sebagai imbalan atas manfaat atau jasa yang telah diterimanya. 20 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, upah adalah uang dan sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu; gaji; imbalan. 21 19 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2012), 247. 20 Sayyid Sabiq, Fikih..., 15. 21 KBBI, Upah, dalam http://kbbi.web.id/upah.html, diakses pada 05 Desember 2015.

32 2. Landasan Hukum Ija@rah Jumhur ulama sepakat bahwa ija@rah disyariatkan dalam Islam. Adapun dasar hukum tentang ija@rah sebagai berikut: a. Al-quran Surat Thalaq ayat 6: Jika mereka menyusukan (anak-anakmu) untukmu, maka berikanlah mereka upahnya... (ath-thalaq: 6) 22 b. As-sunnah Dari Abdillah bin Umar ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering (HR. Ibnu Majah dari Ibn Umar). 23 3. Rukun-Rukun Ija@rah Menurut Jumhur ulama, sebagaimana yang dikutip oleh Rachmat Syafi i dalam bukunya Fiqih Muamalah, rukun ija@rah ada empat macam, yaitu: 24 a. Orang yang berakad. Terdiri dari dua orang yang melakukan akad, yaitu orang yang menyewakan manfaat disebut mu ajjir dan orang yang menyewa/ penyewa disebut musta jir. 22 Departemen Agama RI, al-quran..., 946. 23 Muhammad bin Yazid Abu Abdullah al-qazwiniy, Sunan Ibnu Majah Jilid II (Beiru>t: Da>r al- Fikr, 2004), 20. 24 Rachmat Syafe i, Fiqih..., 125.

33 b. Sighat akad (ijab dan qabul). Merupakan pernyataan dari kedua belah pihak yang melakukan akad, baik secara verbal atau dalam bentuk lain. c. Ujrah (upah/sewa). Imbalan yang diberikan kepada orang yang menyewakan atas manfaat atau jasa yang telah diambil oleh penyewa. d. Manfaat (objek akad). Manfaat/objek ija@rah, yaitu manfaat barang dan sewa atau manfaat jasa dan upah. 4. Syarat-Syarat Ija@rah Adapun syarat-syarat ija@rah adalah sebagai berikut: 1) Syarat terjadinya akad Untuk kedua belah pihak yang melakukan akad, disyaratkan keduanya berkemampuan, yaitu berakal dan dapat membedakan. Mazhab Imam Asy-Syafi i dan Hambali menambahkan satu syarat lagi, yaitu baligh. Menurut mereka akad anak kecil sekalipun sudah dapat membedakan, dinyatakan tidak sah. 25 2) Syarat pelaksanaan akad Agar akad ija@rah terlaksana, maka barang harus dimiliki oleh aqid atau ia memiliki kekuasaan penuh untuk akad. Dengan demikian, ija@rah al-fudul (ija@rah yang dilakukan oleh orang yang tidak 25 Sayyid Sabiq, Fikih...,19.

34 memiliki kekuasaan atau tidak diizinkan oleh pemiliknya) tidak dapat menjadikan adanya akad ija@rah. 26 3) Syarat sah ija@rah Untuk sahnya akad ija@rah, diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: a) Kerelaan dari kedua belah pihak yang melakukan akad. Jika salah seorang dari mereka dipaksa untuk melakukan akad ija@rah, maka akad tersebut tidak sah. 27 Berdalil kepada firman Allah QS. An-Nisaa ayat 29: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlangsung suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (an-nisaa : 29). 28 b) Adanya kejelasan ma qud alayh (barang), sehingga dapat mencegah terjadinya perselisihan. Diantara cara untuk mengetahui ma qud alayh (barang) adalah dengan menjelaskan manfaatnya dan pembatasan waktu, atau menjelaskan jenis pekerjaan dan batasan waktu 26 Rachmat Syafe i, Fiqih..., 126. 27 Sayyid Sabiq, Fikih..., 19. 28 Departemen Agama RI, al-quran..., 122.

35 kerja jika ija@rah tersebut atas pekerjaan atau jasa seseorang. 29 c) Ma qud Alayh (barang) harus dapat dimanfaatkan kegunaannya menurut kriteria, realita dan syara. 30 d) Kemanfaatan benda dibolehkan menurut syara. Dalam hal ini, pemanfaatan barang harus digunakan untuk perkara-perkara yang dibolehkan syara, seperti menyewakan rumah untuk ditempati atau menyewakan jaring untuk memburu, dan lain-lain. e) Tidak menyewa untuk pekerjaan yang diwajibkan kepadanya. Seperti menyewa orang untuk shalat fardu, puasa, dan lain-lain. 31 f) Upah atau sewa dalam akad ija@rah harus jelas, tertentu dan 5. Berakhirnya Ija@rah memiliki nilai ekonomis. 32 Menurut Sayyid Sabiq, akad ija@rah akan batal dan berakhir bila ada hal-hal yang terjadi, seperti: a. Terjadi cacat atau kerusakan pada barang sewaan ketika di tangan penyewa. b. Rusaknya barang yang disewakan, seperti ambruknya rumah, dan runtuhnya bangunan gedung. c. Rusaknya barang yang diupahkan, seperti bahan baju yang di upahkan untuk dijahit. 29 Rachmat Syafe i, Fiqih..., 126. 30 Ibid., 128. 31 Ibid. 32 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat..., 280.

36 d. Telah terpenuhinya manfaat yang diakadkan sesuai dengan masa yang telah ditentukan dan selesainya pekerjaan. e. Menurut Hanafi, salah satu pihak dari yang berakad boleh membatalkan ija@rah jika ada kejadian-kejadian yang luar biasa, seperti terbakarnya gedung, tercurinya barang-barang dagangan, dan kehabisan modal. 33 6. Upah atau Pembayaran Upah (ujrah) adalah imbalan atau balas jasa atas sesuatu yang telah diambil manfaatnya. Pembayaran upah merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh orang yang menyewa atau mengupah seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Dalam sistem gadai yang menggunakan akad ija@rah, pembayaran ujrah diberikan oleh penggadai kepada orang yang menerima gadai, karena telah menitipkan barang gadai miliknya untuk dirawat dan dijaga oleh orang yang menerima gadai. Ketentuan besarnya ujrah dapat ditentukan pada saat akad berlangsung. 34 Untuk menghindari riba, maka pengenaan biaya sewa (tempat penitipan barang gadai) mempunyai ketentuan sebagai berikut: 1) Harus dinyatakan dalam nominal, bukan persentase. 2) Sifatnya harus nyata, jelas, pasti, serta terbatas pada hal-hal yang mutlak diperlukan. 3) Tidak terdapat tambahan biaya yang tidak disebutkan dalam awal akad. 35 33 Ibid., 284. 34 Adrian Sutedi, Hukum Gadai..., 118. 35 Ibid., 116.

37 Dalam pandangan madzhab Hanafi, seperti yang dikutip oleh Sayyid Sabiq dalam bukunya Fikih Sunnah 13 terjemahan Kamaluddin A. Marzuki, menyatakan bahwa pembayaran upah/sewa dapat dipercepat dan dapat pula ditangguhkan pembayarannya, dengan syarat adanya kesepakatan dan kerelaan dari kedua belah pihak. Sedangkan menurut Imam Syafi i dan Ahmad, apabila orang yang menyewakan telah menyerahkan ayn (barang) kepada penyewa, maka ia berhak menerima seluruh bayaran. Sebab si penyewa sudah memiliki kegunaan (manfaat) dengan sistem ija@rah, maka ia wajib menyerahkan bayaran. 36 C. Ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Tentang Rahn Dewan Syariah Nasional (DSN) merupakan sebuah lembaga yang berada di bawah naungan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Fungsi utama Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah Islam. Pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang merupakan salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang dibutuhkan masyarakat. Agar cara lembaga keuangan syariah dalam merespon kebutuhan masyarakat tersebut dilakukan sesuai syariah Islam, maka Dewan Syariah Nasional memandang perlu untuk menetapkan fatwa yang dijadikan pedoman rahn. 36 Sayyid Sabiq, Fikih..., 26-27.

38 Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) yang berkaitan dengan pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang adalah fatwa Dewan Syariah Nasional MUI no. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn (gadai) yang berisi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: Pertama Kedua Ketiga : Hukum Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut: : Ketentuan Umum 1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhu@n (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. 2. Marhu@n dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, marhu@n tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhu@n dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya. 3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhu@n pada dasarnya menjadi kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin. 4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhu@n tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. 5. Penjualan marhu@n a. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi utangnya. b. Apabila rahin tetap tidak dapat melunasi utangutangnya, maka marhu@n dijual paksa/ dieksekusi melalui lelang sesuai syariah. c. Hasil penjualan marhu@n digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan. d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangan menjadi kewajiban rahin. : Ketentuan Penutup 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah

39 pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. 37 37 Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa..., 25.