PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 12/PERMEN-KP/2015 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GABUS HARUAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

II. BAHAN DAN METODE

Produksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air tenang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH SIRATU

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN ARWANA SUPER RED (Scleropages formosus) DI PT INTI KAPUAS AROWANA, Tbk.

BAB III BAHAN DAN METODE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN

PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

II. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

BAB III BAHAN DAN METODE

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

2015, No diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Repu

BAB III BAHAN DAN METODE

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

AN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2015 TENTANG KEMITRAAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 15/MEN/2009 TENTANG

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republ

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN PAPUYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2016, No dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik I

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

III. BAHAN DAN METODE

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS

SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER /MEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2016 TENTANG CARA PEMBENIHAN IKAN YANG BAIK

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM BUDIDAYA IKAN HIAS AROWANA SUPER RED (Scleropages formosus)/siluk DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk merupakan komoditas ikan hias asli Indonesia (endemik) yang dilindungi dan perdagangannya diatur dalam APPENDIX I CITES, bernilai ekonomis penting, dan memiliki pangsa pasar yang cukup tinggi sehingga perlu ditingkatkan produksi dan mutunya; b. bahwa dengan perkembangan teknologi, ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk sudah dapat dibudidayakan dan usaha budidayanya sudah dikembangkan di beberapa wilayah Indonesia; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Pedoman Umum Budidaya Ikan Hias Arowana Super Red (Scleropages formosus)/siluk; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 2. Peraturan...

2 2. 3. 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 273); Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339); Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 5. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019; 6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PEDOMAN UMUM BUDIDAYA IKAN HIAS AROWANA SUPER RED (Sceleropages formosus)/siluk. Pasal 1 Pedoman Umum Budidaya Ikan Hias Arowana Super Red (Scleropages formosus)/siluk merupakan acuan dalam melakukan usaha budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk. Pasal 2 (1) Pedoman Umum Budidaya Ikan Hias Arowana Super Red (Scleropages formosus)/siluk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, mencakup lokasi, prasarana...

3 prasarana dan sarana, proses budidaya, pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan, sumber daya manusia, pembinaan, dan pengendalian mutu. (2) Pedoman Umum Budidaya Ikan Hias Arowana Super Red (Scleropages formosus)/siluk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (3) Ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan deskripsi dan gambar sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 3 Setiap orang yang melakukan usaha pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk harus memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 4 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 Mei 2015 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, Ttd. YASONNA H LAOLY SUSI PUDJIASTUTI BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 717

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM BUDIDAYA IKAN HIAS AROWANA SUPER RED (SCELEROPAGES FORMOSUS)/SILUK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk secara endemik berasal dari kawasan Taman Nasional Danau Sentarum seluas 132.000 Ha dan kawasan Daerah Aliran Sungai Kapuas, Kabupaten Kapuas Hulu. Ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk, sejak tahun 1972 telah dilakukan penangkapan secara terus menerus, sehingga populasi induknya semakin menurun. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu ada perubahan orientasi dari penangkapan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk di alam menjadi pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk. Perubahan orientasi tersebut penting karena potensi ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk di alam memiliki keterbatasan dan memerlukan waktu untuk pemulihan kembali dalam keadaan semula. Selain peningkatan produksi, pengembangan budidaya arowana super red (Scleropages formosus)/siluk, perlu dilakukan melalui peningkatan mutu dan keamanan lingkungan (enviromental safety). Untuk menjamin ketersediaan arowana super red (Scleropages formosus)/siluk agar dapat memenuhi ke butuhan pasar domestik maupun ekspor, maka kegiatan pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk harus diperkuat melalui penerapan teknologi budidaya anjuran sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) sehingga mampu menjamin peningkatan produksi, mutu, daya saing, dan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Potensi pengembangan budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk di Indonesia masih besar dan perlu dikembangkan dengan penerapan teknologi yang inovatif dan adaptif. Pengembangan...

2 Pengembangan usaha budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk yang bernilai ekonomis tinggi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya dan devisa negara, serta menciptakan lapangan kerja dan kesempatan usaha yang cukup luas. B. Tujuan Tujuan pedoman umum budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk ini adalah: 1. memberikan panduan bagi pembudidaya ikan dalam melakukan pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk; dan 2. memberikan pedoman bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan usaha pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk. C. Sasaran Sasaran pedoman umum budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk ini adalah: 1. meningkatnya produksi ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk hasil pembudidayaan yang berkualitas, terjaganya kelestarian ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk di alam, serta menjaga kelestarian lingkungan; dan 2. meningkatnya pendapatan pembudidaya dan penerimaan devisa negara dari ekspor. D. Pengertian Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Benih Ikan Hias Arowana Super Red (Scleropages formosus)/siluk yang selanjutnya disebut benih adalah anakan ikan arowana yang ukurannya sejak lepas dari kuning telur sampai dengan ukuran maksimal 12 (dua belas) cm. 2. Larva Ikan Hias Arowana Super Red (Scleropages formosus)/siluk yang selanjutnya disebut larva adalah benih ikan arowana yang masih mengandung kuning telur. 3. Induk...

3 3. Induk Ikan Hias Arowana Super Red (Scleropages formosus)/siluk yang selanjutnya disebut induk adalah ikan arowana pada umur dan ukuran tertentu yang telah dewasa dan digunakan untuk menghasilkan benih. 4. Pembudidayaan Ikan Hias Arowana Super Red (Scleropages formosus)/siluk adalah kegiatan memelihara, membesarkan dan/atau membiakkan ikan hias arowana super red (scleropages formosus)/siluk, serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. BAB...

4 BAB II LOKASI, PRASARANA, DAN SARANA A. Lokasi Lokasi budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, provinsi, atau kabupaten/kota; b. berada pada kawasan yang bebas banjir dan bebas dari pengaruh pencemaran; c. berada pada ketinggian lahan 0 m sampai dengan 200 m di atas permukaan laut; d. memiliki jenis tanah liat bergambut atau tanah latosol merah; dan e. memiliki sumber air berasal dari air tanah atau dari aliran sungai yang tidak tercemar dan memenuhi kualitas yang dipersyaratkan. B. Prasarana 1. Wadah Pembudidayaan Ikan a. Tata letak Tata letak dan desain wadah budidaya ikan dibuat untuk mendapatkan air dengan kualitas baik, memudahkan pengelolaan, dan mencegah penularan penyakit. b. Wadah induk 1) jenis: kolam tanah; 2) ukuran: paling kecil 200 m2; 3) dasar kolam: berupa tanah; 4) kedalaman wadah 1,5 3 m; dan 5) tersedia naungan/tempat berlindung: paling sedikit 10% dari luas kolam. c. Wadah larva 1) jenis: akuarium larva dan akuarium besar, yang merupakan satu kesatuan; 2) ukuran akuarium larva: paling kecil 30 cm x 30 cm; 3) ukuran akuarium besar: paling kecil 120 cm x 60 cm; dan 4) ketinggian: paling rendah 15 cm. d. Wadah benih 1) jenis: akuarium; 2) ukuran: paling kecil 120 cm x 60 cm; dan 3) ketinggian : paling rendah 30 cm. e. Wadah...

5 e. Wadah pembesaran 1) jenis: bak fiber atau beton; 2) ukuran: paling kecil 300 cm x 500 cm; dan 3) ketinggian: paling rendah 100 cm. 2. Saluran air masuk (inlet) dan saluran air buang (outlet) harus terpisah; 3. Memiliki unit pengelolaan limbah agar penyakit tidak menyebar ke perairan umum; 4. Unit Penyimpanan Sarana Budidaya Ikan a. unit penyimpanan sarana budidaya ikan terdiri dari tempat penyimpanan pakan, obat, peralatan, dan bahan bakar; b. tempat penyimpanan harus terpisah satu dari yang lain; dan c. tempat penyimpanan harus terjaga kebersihannya. 5. Alat dan Mesin untuk Pembudidayaan Ikan, terdiri dari: a. pengukur kualitas air: termometer, ph meter/kertas lakmus, DO meter, amoniak test kit, hardness test kit, nitrit test kit; b. peralatan lapangan: aerator, pompa air, ember, serokan, selang sifon, baskom kecil, spon pembersih, hapa, jaring, cangkul sekop; c. peralatan lain: penggaris, peralatan pengepakan (oksigen, plastik, karet gelang, box sterofoam), timbangan; dan d. mesin: genset. C. Sarana 1. Induk, Larva, dan Benih a. Induk harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) sehat dan tidak cacat; 2) berukuran panjang total paling pendek 40 cm; 3) umur paling singkat 3 tahun; dan 4) tidak boleh hasil satu keturunan (inbreeding). b. Larva harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) sehat dan tidak cacat; 2) bergerak aktif; dan 3) kantong kuning telur (yolk sack) sempurna. c. Benih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) sehat dan tidak cacat; dan 2) berenang aktif. 2. Pakan...

6 2. Pakan Ikan Pakan ikan yang digunakan berupa pakan alami, yang terdiri dari: a. pakan ikan untuk larva adalah kuning telur (yolk egg) yang menempel pada tubuh larva yang secara otomatis diserap oleh larva; b. pakan ikan untuk benih adalah sejenis serangga air, cacing darah (blood worm), anak-anak ikan jenis lain yang bebas penyakit dengan tidak merusak kelestariannya; dan c. pakan ikan untuk induk antara lain udang, cumi, anak katak (percil), jangkrik, kecoa, kelabang yang sudah bersih. 3. Obat ikan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. obat ikan harus terdaftar; b. penggunaan bahan kimia dan obat ikan sesuai ketentuan pada obat ikan. BAB...

7 BAB III PROSES BUDIDAYA Pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk harus dilakukan melalui penerapan teknologi budidaya anjuran sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) sehingga mampu menjamin peningkatan produksi, mutu, daya saing, dan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Proses budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk meliputi pemeliharaan induk ikan, pemijahan dan pemanenan larva, pemeliharaan larva, pemeliharaan benih, dan pembesaran. A. Pemeliharaan Induk Ikan 1. Persiapan wadah induk (kolam tanah) dilakukan melalui pengeringan tanah dasar yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas tanah dasar kolam dan mendukung pertumbuhan pakan alami serta kualitas air pemeliharaan. Pengeringan tanah dasar dilakukan paling singkat 3 (tiga) hari. Apabila diperlukan dapat dilakukan perbaikan dinding dan pematang kolam. 2. Pengisian air bervariasi dengan kedalaman 1-2 m. 3. Setelah air mengendap selama paling singkat 7 hari, kolam diisi induk ikan. 4. Induk dengan ukuran paling pendek 40 cm dipelihara dengan padat tebar paling banyak 20 ekor tiap wadah. 5. Pakan diberikan dengan frekuensi 1 kali sehari sekenyangnya (at satiation). 6. Pergantian air dilakukan 10 % per minggu. 7. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan induk, sebagaimana tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan induk NO PARAMETER SATUAN NILAI 1. Suhu C 25 30 2. ph - 5,5 7,5 3. Oksigen terlarut mg/l minimal 4 4. Tinggi air dalam wadah Cm 100 200 5. Amoniak total (TAN) mg/l maksimal 1 6. Nitrit...

8 NO PARAMETER SATUAN NILAI 6. Nitrit mg/l maksimal 0,1 7. Kesadahan (hardness) Dh minimal 1 B. Pemijahan dan Pemanenan Larva 1. Pemijahan dilakukan secara alami dan massal dengan perbandingan 1 jantan dan 1 betina. 2. Ikan yang memijah dicirikan dengan rahangnya membesar (mengeram) dan tidak mau makan. 3. Induk dapat memijah 2 kali dalam setahun. 4. Pemanenan larva dilakukan setelah induk mengeram paling singkat 12 hari dengan cara dibuka mulutnya dengan hati-hati untuk dapat dikeluarkan larvanya lalu dipindahkan ke akuarium larva. C. Pemeliharaan Larva 1. Persiapan wadah larva berupa akuarium yang telah dilengkapi dengan penutup, aerator, pemanas air (water heater) dengan thermostat, dan pompa filtrasi. 2. Pengisian air dengan ketinggian 10-15 cm. 3. Larva dengan ukuran 0-2 cm dipelihara dengan padat tebar 20-40 ekor tiap wadah. 4. Tidak diberikan pakan tambahan karena pakannya berasal dari kantong kuning telor yang masih melekat. 5. Pergantian air dilakukan 10-30% per hari. 6. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan larva, sebagaimana tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan larva NO PARAMETER SATUAN NILAI 1. Suhu C 27 29 2. ph - 5,5 7,5 3. Oksigen terlarut mg/l minimal 4 4. Tinggi air dalam wadah cm 10 15 5. Amoniak...

9 NO PARAMETER SATUAN NILAI 5. Amoniak total (TAN) mg/l maksimal 1 6. Nitrit mg/l maksimal 0,1 7. Kesadahan (hardness) Dh minimal 1 7. Pemanenan larva dilakukan setelah waktu pemeliharaan selama 15-45 hari atau sampai kantong kuning telor habis dan mencapai ukuran 6 cm dengan sintasan 80-95%. D. Pemeliharaan Benih 1. Persiapan wadah benih berupa akuarium yang telah dilengkapi dengan penutup, aerator, pemanas air (water heater), dan pompa filtrasi. 2. Pengisian air dengan ketinggian 25-35 cm. 3. Benih dengan ukuran 6 cm dipelihara dengan padat tebar 20-30 ekor tiap wadah. 4. Pakan diberikan 3-4 kali per hari sampai sekenyangnya (at satiation). 5. Pergantian air dilakukan 10-30% per hari. 6. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan benih sebagaimana tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan benih No. Parameter Satuan Nilai 1. Suhu C 25 30 2. ph - 5,5 7,5 3. Oksigen terlarut mg/l minimal 4 4. Tinggi air dalam wadah Cm 25 35 5. Amoniak total (TAN) mg/l maksimal 1 6. Nitrit mg/l maksimal 0,1 7. Kesadahan (hardness) Dh minimal 1 7. Pemanenan benih dilakukan setelah waktu pemeliharaan selama 30-45 hari atau sampai mencapai ukuran 12 cm dengan sintasan 90-95%. E. Pembesaran...

10 E. Pembesaran 1. Proses pembesaran ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk ada tiga tahap yaitu pembesaran tahap I (12-22 cm), pembesaran tahap II (22-32 cm) dan pembesaran tahap III (32-42 cm). 2. Persyaratan kualitas air untuk pembesaran ikan sebagaimana tercantum pada Tabel 4. Tabel 4. Persyaratan kualitas air untuk pembesaran NO PARAMETER SATUAN NILAI Pb 1 Pb 2 Pb 3 1. Suhu C 25 30 25 30 25 30 2. ph - 5,5 7,5 5,5 7,5 5,5 7,5 3. Oksigen terlarut mg/l minimal 4 minimal 4 minimal 4 4. Tinggi air dalam wadah Cm 25 35 50 60 80 100 5. Amoniak total (TAN) mg/l maksimal 1 maksimal 1 maksimal 1 6. Nitrit mg/l maksimal 0,1 maksimal 0,1 maksimal 0,1 7. Kesadahan (hardness) Dh minimal 1 minimal 1 minimal 1 Catatan : - Pb1 = pembesaran tahap I - Pb2 = pembesaran tahap II - Pb3 = pembesaran tahap III 3. Persiapan wadah untuk pembesaran berupa bak fiber atau beton yang telah dilengkapi dengan aerator dan pompa filtrasi, yang sebelumnya dilakukan sterilisasi dengan UV/ozon/bahan desinfektan yang direkomendasikan. 4. Tahapan pemeliharaan pada pembesaran ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk meliputi padat tebar, ukuran tebar, sintasan, waktu pemeliharaan, dosis pakan, frekuensi pemberian pakan, ukuran panen dan pergantian air sebagaimana tercantum pada tabel 5. Tabel 5....

11 Tabel 5. Tahapan pemeliharaan pada pembesaran NO PARAMETER SATUAN PERSYARATAN Pb 1 Pb 2 Pb 3 1. Padat tebar ekor/ 15 20 10 15 8 10 wadah 2. Ukuran tebar cm 12 22 32 3. Sintasan % minimal 90 minimal 90 minimal 90 4. Waktu pemeliharaan hari 35 60 70 5. Dosis pakan % at satiation at satiation at satiation 6. Frekuensi pemberian kali/ 2 1 1 pakan hari 7. Ukuran panen cm 22 32 42 8. Pergantian air %/hari 10 20 10 20 10 20 BAB...

12 BAB IV PENGELOLAAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN Pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan pada budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk dilakukan dengan cara: a. menerapkan cara budidaya ikan yang baik; b. melakukan pengamatan kesehatan (visual, sampling) secara periodik setiap minggu melalui sampling atau pengambilan contoh; c. melakukan penanganan kasus penyakit terhadap: 1) serangan penyakit (bakteri dan virus), dengan mengisolasi ikan sakit dalam wadah yang steril dan air dibuang ke dalam unit pengelolaan limbah; 2) wabah penyakit (bakteri dan virus), dengan mengisolasi wadah dan penebaran ikan omnivora untuk mencegah penularan ke wadah lain/kawasan; dan 3) wabah/kematian masal, dengan memberikan kaporit 30 ppm. d. monitoring kesehatan ikan, dengan parameter kualitas air, respon pakan, pertumbuhan ikan, dan penyakit dengan frekuensi paling sedikit sebagaimana tercantum pada Tabel 6; Tabel 6. Monitoring kesehatan ikan NO PARAMETER FREKUENSI (PALING SEDIKIT) 1. Kualitas air : - suhu - ph - oksigen terlarut - amoniak total setiap hari setiap hari setiap hari sesuai kebutuhan, paling sedikit setiap minggu - nitrit sesuai kebutuhan, paling sedikit setiap minggu - kesadahan sesuai kebutuhan, minimal pada awal pemeliharaan dan saat kualitas air pada kondisi ekstrim 2. Respon pakan setiap hari 3. Pertumbuhan ikan awal dan akhir tahap pemeliharaan 4. Penyakit...

13 NO PARAMETER FREKUENSI (PALING SEDIKIT) 4. Penyakit - gejala klinis setiap hari (visual) - penyakit spesifik disesuaikan dengan kebutuhan (parasit, bakteri, (laboratorium) virus, jamur) e. apabila terjadi perubahan kualitas air yang ekstrim, monitoring kesehatan ikan dapat dilakukan sesuai kebutuhan; f. mencatat dan menyimpan data hasil monitoring secara baik; g. menganalisis data hasil monitoring untuk digunakan sebagai dasar dalam pengendalian kualitas air, kesehatan, dan pemberian pakan serta untuk perencanaan dalam pemeliharaan selanjutnya; h. membuang sisa kotoran di akuarium secara rutin melalui penyiponan ke saluran pembuangan; i. mengendapkan limbah lumpur di kolam sebelum dibuang ke perairan umum. BAB...

14 BAB V SUMBER DAYA MANUSIA Usaha pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk memenuhi ketentuan: 1. memiliki sumber daya manusia antara lain manajer teknis dan pelaksana teknis. a. Manajer teknis memenuhi persyaratan: 1) mengetahui/menguasai penerapan cara budidaya ikan yang baik; 2) telah mengikuti pelatihan teknis pembudidayaan ikan; dan 3) harus memiliki sertifikat kompetensi budidaya. b. Pelaksana teknis memenuhi persyaratan: 1) mendapatkan pelatihan teknis pembudidayaan ikan; dan 2) mampu mengisi pencatatan/rekaman selama proses pembudidayaan. 2. mampu menerapkan keselamatan dan keamanan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. BAB...

15 BAB VI PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN MUTU Pembinaan dan pengendalian mutu dalam pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk: 1. Pembinaan dilakukan oleh Direktur Jenderal, gubernur, dan bupati/wali kota sesuai kewenangannya. 2. Pembinaan dilakukan kepada pembudidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan mengenai usaha pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk. 3. Pengendalian mutu ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk dilakukan melalui sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik untuk menjamin kualitas hasil produksi budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk. BAB...

16 BAB VII PENUTUP Pedoman umum ini merupakan panduan bagi pembudidaya ikan dalam melakukan pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk yang produktif, bermutu, berdaya saing, dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Selain itu, pedoman umum ini juga sebagai panduan bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan usaha pembudidayaan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk. MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. SUSI PUDJIASTUTI LEMBAR PERSETUJUAN NO. JABATAN PARAF 1. Sekretaris Jenderal 2. Dirjen Perikanan Budidaya 3. Kepala Biro Hukum dan Organisasi

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM BUDIDAYA IKAN HIAS AROWANA SUPER RED (SCLEROPAGES FORMOSUS)/SILUK DESKRIPSI IKAN HIAS AROWANA SUPER RED (SCLEROPAGES FORMOSUS)/SILUK A. KLASIFIKASI Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Bangsa : Osteoglossiformes Suku : Osteoglossidae Marga : Scleropages Spesies : Scleropages formosus Nama Dagang : Super red Nama umum : Siluk B. CIRI-CIRI MORFOLOGI 1. Bentuk badan memanjang pipih kesamping, ukuran dapat mencapai 50 cm. 2. Sisik amat besar dan keras berderet bagus seperti genting. 3. Mempunyai 2 (dua) sungut pendek dan lunak di bibir bawah. 4. Daerah penyebaran di perairan Kalimantan dan Sumatera. 5. Ikan hias asli Indonesia dari daerah Kalimantan Barat. 6. Bentuk punggung datar dan cenderung lurus dari mulut hingga sirip punggung. 7. Sirip dorsal dan sirip dorsal dan sirip anal jauh kebelakang mendekati sirip ekor. 8. Sirip punggung, sirip ekor dan sirip anal berwarna merah. C. KARAKTERISTIK BIOLOGI 1. Induk jantan memelihara anaknya di dalam mulut sampai anaknya dapat berenang mencari makan. 2. Dapat...

2 2. Dapat dibudidayakan di kolam kolam dengan kondisi air netral dan suhu sekitar 27 0 C. 3. Pakan berupa karnivora, ikan kecil sampai serangga dan anak katak (percil). 4. Panjang induk total minimal 40 cm. 5. Umur induk minimal 3 tahun. 6. Bobot ukuran dewasa 3 4 kg. 7. Tinggi badan 15 20 cm. 8. Jumlah sisik gurat sisi 20 25. 9. Jumlah telur per kg induk 40 50 buah. 10. Diameter panjang telur 8 12 mm. 11. Diameter pendek telur 8 10 mm. D. GAMBAR MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. SUSI PUDJIASTUTI