BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Desember Diakses pada tanggal 17

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Putra, 2012), hlm Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Rizki

BAB I. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut. diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. agama. 1 Di sekolah umum (SD, SMP, SMA) pengajaran agama dipandang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm.14. akhlak siswa kelas VII MTs MDI Jatirejo kecamatan Ampelgading Pemalang (Semarang: IAIN Walisongo), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. menjalin suatu hubungan antar sesama manusia harus dilandasi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan,

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia harus dilandasi dengan akhlak al-karimah. Kepentingan akhlak ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Secara ideal seorang guru semestinya memiliki kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. 1

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 10. PT Rineka Cipta, 2008), hlm Sinar Grafis, 2009) hlm.3

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, suatu bangsa menyongsong masa depan yang lebih baik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun dan mengembangkan karakter manusia yang seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memahami Psikologi anak Usia SD, SMP, dan SMA, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 219.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian yang bersifat umum dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi pada saat ini seseorang. jawab dalam tantangan zaman. Oleh karena itu, hal ini merupakan tantangan

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. 2007, hlm.1. Republik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm.1.

RIWAYAT HIDUP PENULIS

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan potensi anak, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 54.

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang. pengetahuan, kebiasaan sikap, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang ini, pendidikan berbasis religius merupakan sebuah motivasi hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak di MTsN Kunir dan MTsN Langkapan Blitar. b)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Minat Belajar. a. Pengertian Minat Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi

BAB I PENDAHULUAN. Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013) hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama keberhasilan Pembangunan Nasional. Semakin tinggi kualitas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada konsep al-nas lebih ditekankan pada statusnya sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia dilihat sebagai makhluk yang memiliki dorongan untuk hidup berkelompok dan bermasyarakat. Kehidupan sosial seperti itu di awali dari tingkat lingkungan sosial terkecil yaitu keluarga, kerabat, tetangga, suku, bangsa hingga ke masyarakat dunia maupun umat. Manusia harus menempatkan diri dan berperan sesuai dengan statusnya dalam masyarakat dan lingkungan tempat ia berada. Karena di setiap lingkungan ada tata aturan masingmasing yang harus di penuhi agar dalam hubungan antar individu dengan kelompok lingkungan terjalin hubungan yang baik, lancar dan harmonis. 1 Dengan demikian bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat, yang berawal dari pasangan lakilaki dan wanita, kemudian berkembang menjadi suku dan bangsa, untuk saling kenal mengenal dan sebagai makhluk sosial, individu tidak dapat hidup layak tanpa berhubungan dengan kelompok masyarakat ataupun manusia lain. Pergaulan antar individu dengan lainnya adalah diawali dari kelompok terkecil, yaitu keluarga. Oleh Karena itu keluarga 1 Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 43-44. 1

adalah peletak dasar pergaulan yang penting. Sebab itu sifatnya sangat menentukan sikap seseorang dalam pergaulan. Peran orang tua sangat menentukan bagaimana memberi pelajaran cara hidup yang baik kepada anak-anaknya. Setelah itu anak-anak mengenal masyarakat di luarnya, baik tetangga maupun masyarakat secara luas. 2 Disinilah keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Dalam menjalin hubungan antar sesama manusia harus dilandasai dengan akhlak al-karimah. Karena kepentingan akhlak ini tidak hanya dirasakan oleh manusia itu sendiri dalam kehidupan perorangan, namun juga dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat serta bernegara. Akhlak juga merupakan mustika hidup yang membedakan antara manusia dengan binatang, karena akhlak yang mulia adalah termasuk perhiasan yang paling mulia bagi manusia sesudah iman dan taat kepada Allah SWT. Dan dengan akhlak ini maka terciptalah kemanusiaan manusia itu dan perbedaannya dengan hewan. 3 Oleh karena itu pentingnya akhlak dalam kehidupan umat manusia, maka tidak mengherankan jika pada perkembangan pendidikan Islam, akhlak menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada para siswa Islam dalam 2 Kaelany HD., Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000, edisi kedua), hlm. 157. 3 Omar Muhammad al-toumy al-syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: terj. Hasan Langgulung, Bulan Bintang, Jakarta, 1979), hlm. 312. 2

setiap level pendidikan. Mata pelajaran tersebut tidak lain adalah mata pelajaran Aqidah Akhlak yang merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam lingkup pendidikan formal konvensional di Indonesia yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam serta bersedia mengamalkan dalam kehidupan seharihari dan harapanya agar nilai-nilai keislaman dapat menjadi budaya dalam setiap kehidupan. Mata pelajaran Akidah Akhlak adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang harus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Serta mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam. 4 Peranan pendidikan dalam pribadi dapat dilihat dengan nyata di dalam perkembangan kepribadian manusia tersebut. 5 4 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, Bab VII, hlm. 45. 5 H. A. R. Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 50. 3

Begitu juga bentuk sikap keagamaan seseorang dapat dilihat sejauh mana kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor seseorang terhadap permasalahan yang menyangkut agama. Hubungan tersebut tidak ditentukan oleh hubungan sesaat, melainkan sebagai hubungan proses. Sebab pembentukan sikap itu sendiri ternyata tidak tergantung sepenuhnya oleh faktor eksternal, melainkan juga oleh kondisi faktor internal seseorang. 6 Antara sikap dan tingkah laku dapat terjalin karena adanya motif, yaitu sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan dan tidak melakukan sesuatu. Banyak dari sebagian orang yang mau berinteraksi dengan orang lain dengan tujuan yang penting menguntungkan bagi diri sendiri, dan bila tidak menguntungkan bagi diri sendiri maka ia enggan melakukannya. Telah dijelaskan agar kita selalu saling bekerja sama dan saling tolong menolong, sebagaimana Firman Allah SWT dalam (Q.S Al- Ma idah/5: 2). Dan tolong menolonglah kamu dalam hal kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam hal dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kamu kepada Allah, hlm.260-261. 6 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2010), 4

sesungguhnya allah amat berat siksa-nya. (Q.S Al- Ma idah/5: 2) 7 Bila merujuk pada ayat diatas sebenarnya sudah jelas bahwa sesama manusia sangat dianjurkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan melengkapi antar satu dengan yang lainnya. Nilai terakhir dari hasil belajar, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses yang dialami siswa, baik ketika berada di pendidikan sekolah maupun di lingkungan masyarakat atau keluarganya sendiri. 8 Seorang siswa akan mengalami kesulitan jika semua lingkungannya tidak mendukung satu sama lainnya. Peserta didik merupakan bagian dari masyarakat, ia berada ditengah tengah manusia lain. Selanjutnya peserta didik akan melakukan interaksi antara satu dengan yang lain. Disadari atau tidak proses interaksi sosial terjadi pengimplementasian watak ke dalam diri individu. Sikap sosial merupakan kesadaran yang akan berbuat sesuatu yang nyata atau yang mungkin terjadi di dalam kegiatan sosial secara berulang-ulang. 9 7 Departemen Agama RI, Al Qur an dan Terjemahannya, (Semarang, PT. Toha Putra, 1989), hlm. 216. 8 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektiftif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 206. hlm. 151. 9 Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Rafika Aditama, 2002), 5

Peranan pendidikan dalam pembentukan sikap pada anakanak didik adalah sangat penting. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan sikap anak-anak yang perlu diperhatikan di dalam pendidikan adalah: pengaruh keluarga, lingkungan sekolah, dan kehidupan sekolah. 10 Dengan demikian pengaruh lingkungan sekitar bisa berakibat pada pembentukan sikap sosial seseorang. Sistem pendidikan di sekolah merupakan lingkungan dimana peserta didik dapat membentuk dan mengembangkan hubungan sikap yang baik. Sikap itu berupa sosial, sikap sosial peserta didik kepada orang sekitarnya sangat diperlukan dalam proses belajar. Karena belajar merupakan tahap perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang menitik beratkan proses kognitif. 11 Pendidikan di sekolah itu mengajarkan sikap-sikap yang berkaitan serta dengan kehidupan di sekolah maupun dimasyarakat. Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering di temukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan sikap sosialnya. Ada siswa yang mempunyai sikap sosialnya baik, tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif 10 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 142. 11 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 64 6

rendah. Dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi, tetapi mempunyai sikap sosial yang relatif rendah. Begitu juga evaluasi yang dilakukan oleh seorang guru. Evaluasi yang dilakukan hendaknya bersifat komprehensif. Siswa tidak cukup dinilai dengan tes tertulis saja, namun sikap atau perilaku juga merupakan yang penting dalam penilaian. Artinya evaluasi dilakukan untuk semua aspek sasaran pendidikan baik afektif, kognitif dan psikomotor. 12 Dengan demikian sikap, perilaku atau pergaulan antar sesama dapat dilihat sesuai perkembangan. Sikap merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap akan menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan sebagainya. 13 Saat ini, perilaku atau sikap siswa MTs. Miftahul Huda, Kuripan, Grobogan pada umumnya dalam kondisi baik. Tidak terdapat kenakalan remaja yang berat sehingga mengganggu jalannya proses pembelajaran. Namun kondisi ini sangat labil, karena MTs. Miftahul Huda, Kuripan, Grobogan ini berada di lingkungan yang padat dengan tingkat interaksi yang tinggi. 12 Aramai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,2002), hlm. 57. 13 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, hlm. 135. 7

Akibatnya ada beberapa siswa terpengaruh dengan perilaku yang kurang baik. Faktor eksternal atau lingkungan sangat berperan dalam pergaulan antar siswa. Disinyalir pula adanya siswa yang kurang baik dalam bergaul dengan guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti temantemannya dan masyarakat di sekitarnya. Siswa kelas VIII MTs. Miftahul Huda, Kuripan, Grobogan adalah anak dari latar belakang yang berbeda, anakanak tersebut memiliki interaksi sosial yang berbeda pula. Ada asumsi bahwa anak-anak MTs memiliki sikap sosial yang khas, yang berbeda dengan anak-anak SMP, yaitu perilaku yang santun dan religius karena bersekolah di lingkungan yang mengutamakan pendidikan agama Islam. Pada saat siswa mulai masuk kelas VII, siswa memasuki lingkungan baru yang memerlukan penyesuaian diri yang berbeda dengan waktu masih di MI. Pada saat siswa naik kelas VIII, mereka telah mengalami penyesuaian yang cukup matang dan mengembangkan sikap sosial yang semakin beragam baik terhadap teman, orang tua, guru dan masyarakat. Maka, penelitian ini dilakukan di kelas VIII. Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas penulis melakukan penelitian di kelas VIII MTs. Miftahul Huda Kuripan, yang berjudul Hubungan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dengan Sikap Sosial Siswa Kelas VIII MTs. Miftahul Huda Kuripan, Grobogan Tahun 2013/2014. 8

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah disebutkan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di MTs Miftahul Huda Kuripan, Grobogan Tahun 2013/2014? 2. Bagaimana sikap sosial siswa kelas VIII di MTs Miftahul Huda Kuripan, Grobogan Tahun 2013/2014? 3. Adakah hubungan prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan sikap sosial siswa kelas VIII di MTs Miftahul Huda Kuripan, Grobogan Tahun 2013/2014? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VIII di MTs Miftahul Huda Kuripan, Grobogan Tahun 2013/2014. 2. Untuk mengetahui sikap sosial siswa kelas VIII di MTs Miftahul Huda Kuripan, Grobogan Tahun 2013/2014. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan sikap sosial siswa kelas VIII di MTs Miftahul Huda Kuripan, Grobogan Tahun 2013/2014. 9

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah : 1. Manfaat teoritis a. Untuk menambah referensi bahan pustaka tentang Pendidikan Agama Islam, khususnya tentang hubungan prestasi mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan sikap sosial siswa. b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik terutama dibidang mata pelajaran Aqidah Akhlak. Mata pelajaran Aqidah Akhlak sangat penting untuk pedoman kehidupan siswa baik selama menempuh pembelajaran di sekolah maupun ketika sudah terjun di masyarakat. Sedangkan sikap sosial sangat penting untuk mengatur kehidupan sosial siswa sehingga mata pelajaran Aqidah Akhlak dan sikap sosial sangat menarik untuk dikaji sehingga kita dapat mengetahui sejauh mana pengalaman siswa terhadap mata pelajaran Aqidah Akhlak yang diperoleh dan sejauh mana sikap siswa dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Manfaat praktis a. Bagi guru, sebagai masukan dalam melaksanakan pembelajaran Aqidah Akhlak dan dalam memberikan bimbingan bagi siswa dalam menumbuhkan sikap sosial baik di sekolah maupun lingkungan sekitar. b. Bagi peserta didik, diharapkan para peserta didik dapat menjadikan penelitian ini sebagai informasi peserta didik 10

untuk dapat bersikap sesuai dengan harapan di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. c. Bagi lembaga pendidikan, sebagai bahan masukan serta informasi bagi sekolah untuk selalu memonitoring segala sikap sosial siswa. d. Bagi Penulis, untuk memenuhi salah satu sarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dan peneliti memperoleh pengalaman langsung bagaimana sikap dan perilaku yang baik ketika di sekolah maupun masyarakat. 11