BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. metode kualitatif dengan pendekatan metode study kasus yang menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan soal 4.4

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 996/MENKES/SK/VIII/2002 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PUSAT REHABILITASI KRISTIANI TERPADU BAGI KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN STRES PSIKOSOSIAL DI UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sembab, sakit kepala, dan nyeri dibagian perut 1. dengan PMS (Premenstruation Syindrom). Bahkan survai tahun 1982 di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan. tantangan global di masa kini dan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

17. Keputusan Menteri...

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

MENGHILANGKAN RACUN NAPZA DARI TUBUH KLIEN

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini isu mengenai peredaran dan penyalahgunaan narkoba

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk kesejahteraan dan kesembuhan orang lain. Maka haruslah tergerak motifmotif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BABI. Pada masa sekarang, diketahui bahwa banyak sekali larangan dan. himbauan yang berupa tulisan maupun lisan, baik di media cetak ataupun

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon. pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Korban penyalah guna dan

Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Penderita Pasca Stroke

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERAPI RUQYAH PADA PENDERITA GANGGUAN JIN

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. kebanggaan yang bersifatnya semu. narkoba merupakan bahan yang dapat mengubah

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerjaan serta problem keuangan dapat mengakibatkan kecemasan pada diri

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika, alkohol dan zat

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2013, hal

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kementerian Sosial RI

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlu mendapatkan perhatian serius dari segenap elemen bangsa. Ancaman

Menghilangkan Kecemasan Berlebihan Itu Mudah.. Begini Caranya..

NAPZA. Priya - PKBI. Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA.

BAB II KAJIAN MENGENAI INFORMASI PUSAT REHABILITASI

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Masalah 1 Terdapat banyak kesimpulan yang dapat dikerucutkan dalam penelitian ini yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan metode study kasus yang menyajikan data secara deskriptif. Maka sudah dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dilakukan dengan menghasilkan data berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan prilaku yang dapat diamati oleh peneliti a. Di simpulkan sebagai mana tempat penelitan terdapat tiga macam gangguan jiwa, yaitu: 1) gangguan depresi atau kecemasan 2) kebiasaan buruk, pecandu narkoba 3) kesurupan. Gangguan depresi atau kecemasan itu timbul disebabkan suatu masalah yang sedang dihadapi dan terdapat tekanan jiwa yang tidak terselesaikan karena kapasitas dalam strategi copying atau penyelesaian masalanya kurang dimiliki individu tersebut. b. Kebiasaan buruk akibat ketergantungan terhadap narkoba. Biasanya dampak dari pergaulan teman sepermainan yang disebabkan lingkungan tempat pasien tinggal sangat memungkinkan keberadaan obat tersebut. c. Akan tetapi ada salah satu gangguan jiwa yang tidak lazim dalam keilmuan psikologi, akan tetapi ini keberadaanya diyakini yaitu fenomena kesurupan. Hal 93

94 ini dapat dipengaruhi oleh hal lain diluar diri individu, misalnya: suatu roh, kekuatan dewa, ataupun kekuatan orang lain. Sedangkan untuk mengetahui kondisi pasien yang sedang mengalami gangguan kejiwaan itu, dalam kajian ilmu psikologi kontemporer lebih menekankan pada proses pengamatan (observasi) dan wawancara (interviw) baik dari pihak keluarga, lingkungan sekitar tempat tinggal pasien dan terhadap pasien sendiri. Sedangkan dalam lokasi penelitian, terapis memiliki keyakinan untuk meminta petunjuk terhadap Allah SWT dengan menggunakan keahlian indra keenamnya. Karena menurut terapis, kurang memiliki kepercayaan terhadap apa yang dikatakan keluarga pasien (terjadi bias karena ada yang ditutup- tutupi). 2. Kesimpulan Masalah 2 Banyak orang karena ketidaktahuannya, mengira bahwa untuk menghilangkan kecanduan pada seorang penyalahguna Narkoba, cukup hanya dengan mendetoksifikasi. Mengeluarkan racun dari tubuh si korban. Oleh karena itu tidak heran apabila ada orang tua yang mendetoksifikasi anaknya sampai lima atau delapan kali, Mereka tidak mengetahui bahwa detoksifikasi hanyalah tahap awal dari program jangka panjang dalam membebaskan seseorang dari pengaruh zat adiktif. Sebenarnya terapi detoksifikasi hanya menghilangkan ketergantungan fisik, namun dalam hal zat adiktif, ketergantungan psikis jauh lebih berat dan memerlukan penanganan yang jauh lebih serius. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha pengobatan yang hanya mencukupkan pada detoksifikasi menghasilkan angka kekambuhan yang tinggi. Direktur Rumah Sakit Ketergantungan Obat. Ini artinya

95 bahwa kekambuhan, relapse sangat tinggi, karena yang menjalani pengobatan baru fisiknya saja belum menjangkau psikis pasien. Oleh karena itu setiap pecandu Narkoba yang berkeinginan sembuh dari ketergantungannya secara menyeluruh, pertama sekali harus melalui Terapi awal (detoksifikasi), kemudian dilanjutkan dengan pemulihan psikis, sosial dan spiritualnya (Rehabilitasi) yang dilaksanakan secara terpadu. Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa Terapi yang digunakan adalah Abstinentia Totalis, artinya pasien tidak boleh lagi menggunakan Narkoba; dan untuk menghilangkan gejala putus zat (withdrawal symptoms/sakaw) digunakan obatobatan penawar, bukan pengganti. Untuk itu, Terapi medis yang diberikan adalah sebagai berikut: a. psikofarmaka jenis major tranquilizers (obat penenang) yang sifatnya nonadiktif (tidak menimbulkan ketagihan); obat-obat yang mengandung Narkoba dan turunannya tidak diberikan; b. diberikan obat anti depressant yang sifatnya non adiktif; c. diberikan obat analgetika (anti nyeri) yang sifatnya non-adiktif dan tidak mengandung unsur opiat atau turunannya; d. diberikan terapi somatik, yaitu obat-obatan bila ditemukan kelainan fisik atau komplikasi (terutama kelainan paru-paru dan lever); e. diberikan makanan/minuman bergizi serta vitamin; f. tidak boleh merokok.

96 3. Kesimpulan Masalah 3 Faktor yang mempengaruhi ketiga gangguan pun bermacam- macam, setiap pasien memiliki riwayat tersendiri, antara lain: a. Ada yang stress karena fikiran rumah tangganya yang tidak tentram. b. Ada pula yang karena salah dalam menuntut ilmu, biasanya ini di pondok pesantren. c. Tekanan batin karena orang yang sangat disayangi meninggalkannya d. Kebiasaan buruk karena Narkoba e. Dan terdapatnya proses peralihan trans (kesurupan) dalam tubuh pasien f. Selain itu pula terdapat pasien yang mengalami gangguan tingkah laku yang dibawa sejak lahir. 4. Kesimpulan Masalah 4 Dalam proses terapi yang dilakukan terdapat beberapa aspek pendukung yang dimiliki kedua belah pihak pemberi dan penerima, yaitu pasien yang tidak terlalu parah keadaanya maka akan cepat mencapai kesembuhan dan tingkat umur karena juga mempengaruhi kondisi fisik yang dimiliki pasien, makin tua beberapa kekebalan tubuh menurun dan sel- sel lambat dalam penyembuhannya. Aspek yang paling penting dalam proses terapi yang dilakukan ditempat pengobatan supranatural tersebut adalah motivasi, keyakinan dan sikap keterbukaan yang dimiliki pasien beserta keluarga, ketiga aspek itu merupakan hal pokok dalam proses penyembuhan yang dimiliki oleh pihak pasien.

97 Sedangkan untuk pihak terapis adalah terapis diharapkan memiliki memiliki kedewasaan yang matang, mudah menyesuaikan dengan keadaan, simpatik, toleran, hangat, optimis, kompeten, kreatif dan bebas dari problem personal dengan dapat mengendalikan emosinya. Dan agar tidak dipertanyakan kredibilitasnya maka aspek yang terakhir yaitu memiliki pengalaman dan sikap profesionalitas yang tinggi dalam melakukan proses terapi. Terapis tidak selamanya memakai sikap berempati dan hangat secara berlebihan terkadang juga sikap kasar agar pasien memiliki sikap jera, karena pasien juga harus memiliki sesosok orang yang disegani sehingga ada yang dapat mengendalikan keadaan pasien. Sikap profesionalitas yang tinggi, dalam mengendalikan emosi antara problem personal dengan proses terapi terhadap pasien. B. Saran Setelah mengamati dari dekat tentang proses psikoterapi yang menggunakan dasar terapi agama islam dalam lingkungan pondok, maka ada beberapa catatan untuk mengoptimalkan fungsi dari metode psikoterapi islami di Pondok Pesantren Al- Bajigur Tenunan Manding Sumenep: Ada baiknya jika dalam proses terapi terdapat dokumentasi yang jelas terhadap gangguan yang diderita pasien. Dokumentasi itu dapat memantau tingkat kesembuhan pasien yang berada disana, tidak hanya dengan menggunakan penerawangan yang dilakukan terapis Ada baiknya lebih memperhatikan tempat tinggal pasien karena lingkungan yang bersih akan membuat tubuh kita menjadi sehat.

98 Selain itu pula, untuk lebih memperhatikan kebutuhan vitamin yang dibutuhkan pasien, bukan hanya sekedar kewajiban mengisi perut. Karena, organ dalam tubuh juga sangat membutuhkan asupan nutrisi yang sesuai, sehingga proses persembuahan dalam syaraf pasien mudah. Selain itu, karena menimbang banyak faktor gejala kejiwaan yang terjadi disana tidak jauh berbeda dengan kajian psikologis kontemporer maka tidak ada salahnya jika antara terapis islami berkolaburasi dengan tenaga psikologi untuk kesembuhan pasien. Tidak dapat dikaji secara gambling tentang proses penyembuhan melalui psikoterapi islami ini, akan tetapi terdapat kontribusi yang baik dalam penyembuhan penyakit jiwa dengan menggunakan terapi- terapi islami. Oleh sebab itu, ada baiknya jika praktisi psikologi menggunakan metode psikoterapi islami sebagai terapi pelangkap dalam psikoterapi yang digunakan.