BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak mengalami perubahan, khususnya setelah terjadi krisis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. Pendahuluan. optimal dalam industri perbankan nasional. Paska terbitnya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. ialah pihak manajemen, pemilik, pemerintah, karyawan dan investor.

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

I PENDAHULUAN. Bank syariah atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari. perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariah (hukum)

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Oleh karena itu bank dapat. berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun Badan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. peran lembaga keuangan tersebut menjadi sangat penting. taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 tahun 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB l PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. membuka islamic division di bank tersebut. Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa

[JURNAL ECOBISMA] Vol. 1 No. 2 Juni 2014 ANALISIS LIKUIDITAS BANK MANDIRI TAHUN Oleh

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

Bab I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Dalam memasuki era globalisasi ekonomi, terutama sejak memasuki

BAB I PENDAHULUAN. Islamic Banking atau juga disebut dengan interest-free-banking. dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10 Tahun 1998 pasal 4 yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak akhir-akhir ini. Tidak sedikit kajian dilakukan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah department of store, yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bank syariah dalam sistem perbankan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Ulama Indonesia yang didukung oleh para pengusaha muslim dan cendekiawan

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat pada tahun Setelah terbukti mampu bertahan pada masa krisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Outlook Perbankan Syariah 2011

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam industri keuangan di Indonesia khususnya dunia perbankan. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Januari Diakses melalui http// Tanggal 12 Oktober Undang-Undang Perbankan Syariah.

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. terbuka, oleh sebab itu Indonesia tak luput dari dinamika pasar keuangan global.

BAB I PENDAHULUAN. perbankan dianggap sebagai kemajuan perekonomian suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dimulainya industri perbankan syariah di Indonesia. Namun hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang perbankan. Kebijakan ini diharapkan dapat memperbaiki dan. memperkokoh ketahanan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang masih labil sering menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir masyarakat Indonesia mulai percaya

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tika Indah Kawuryan, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia perbankan saat ini banyak mengalami perubahan, khususnya setelah terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997. Menurut beberapa pengamat dan analis, krisis moneter ini terjadi karena adanya krisis kualitas lembaga-lembaga keuangan yang berbasis pada penerapan suku bunga. Saat krisis moneter melanda, perbankan konvensional tidak memiliki ketersediaan dana liquid yang cukup untuk kegiatan operasionalnya. Nasabah peminjam memiliki ketidakmampuan untuk mengembalikan dana pinjaman karena tingginya nilai suku bunga. Kemacetan pengembalian dana pinjaman dari pihak nasabah ke perbankan berimplikasi pada ketidakmampuan pihak perbankan untuk mengembalikan dana pinjaman kepada Bank Indonesia. Sehingga pada saat suku bunga melonjak tinggi, kondisi ini mengakibatkan goncangan pada sistem manajemen moneter perbankan konvensional. Selain itu, perbankan konvensional juga cenderung kurang dalam pengembangan sector riil dan lebih bermain pada transaksi yang spekulatif berdasarkan nilai suku bunga. Pemerintah saat itu melakukan berbagai upaya pemulihan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi sistem perbankan adalah pengembangan sistem perbankan syariah. Sistem perbankan syariah disebut-sebut dan diyakini dapat menjadi solusi dalam membangun kembali sistem perekonomian Indonesia. Saat ini jumlah Bank Syariah pun semakin banyak. Pemicu utama kebangkrutan yang dialami oleh bank, baik yang besar maupun yang kecil, bukanlah karena kerugian yang dideritanya, melainkan lebih kepada ketidakmampuan bank

2 memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Zainul Arifin (dalam shariahlife.com :2008) mengemukakan bahwa Likuiditas secara luas dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai. Likuiditas penting bagi bank untuk menjalankan transaksi bisnisnya sehari-hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman dan memberikan fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi menarik dan menguntungkan. Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank tersebut dapat memenuhi kewajiban-kewajiban hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan yang diajukan tanpa mengalami penangguhan. Likuiditas yang tersedia harus cukup, tidak boleh terlalu kecil sehingga mengganggu kebutuhan operasional sehari-hari, tetapi juga tidak boleh terlalu besar karena akan menurunkan efisiensi dan berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas. Masalah yang dihadapi saat ini relatif berbeda dengan sepuluh tahun yang lalu. Sekarang ini Indonesia menghadapi masalah kelebihan likuiditas (over-liquidity), dulu justru kekurangan likuiditas (Republika,1 Desember 2007). Akan tetapi, walaupun berbeda, keduanya tetap mengundang berbagai kerawanan finansial. Kelebihan likuiditas sudah menjadi salah satu masalah ekonomi penting yang dihadapi bangsa Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Akibat ekses likuiditas tersebut, maka penempatan dana di sertifikat BI semakin bertambah. Berdasarkan data yang dirilis oleh BI (dalam Rifky Ismal, Syariah untuk Kelebihan Likuiditas :2008), total SBI per 17 Januari 2008 mengalami peningkatan dari kisaran Rp 200 triliun tahun lalu menjadi Rp 312,79 triliun tahun ini. Proporsinya, kepemilikan asing yang mencapai Rp 28,94 triliun atau sekitar 9,25 persen dari total keseluruhan. Masalah ini terbilang cukup serius mengingat dampak utama yang ditimbulkannya antara lain minimnya kucuran dana bagi sektor riil akibat uang hanya berputar di pasar keuangan. Pada hakikatnya kelebihan likuiditas akan sulit terjadi pada sistem ekonomi Islam karena dana masyarakat di perbankan syariah secara otomatis akan mengalir ke sektor riil melalui instrumen pembiayaan syariah yang real sector based (Mabid Al-Jarhi,makalah Towards the Foundation of

3 Islamic Macroeconomics:2004). Transaksi yang memperdagangkan nilai uang, tanpa adanya underlying asset atau tanpa adanya keterkaitan langsung dengan produk riil (barang/jasa), tidak diperbolehkan dalam ajaran Islam. Namun, Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam ternyata perkembangan sistem ekonomi syariahnya masih sangat lambat. Pertumbuhannya tinggi, tetapi skala ekonomi masih sangat kecil (Republika,18 Januari 2008). Menurut Teguh Pudjo Mulyono (1995:85) analisa likuiditas dapat dilakukan dengan perhitungan perhitungan ratio yang menggambarkan hubungan timbal balik antara assets dengan liabilities. Adapun analisa likuiditas tersebut adalah dengan menggunakan perhitungan Quick ratio, investing policy ratio, banking ratio, loan to asset ratio, Investment portfolio ratio, investment risk ratio, liquidity risk, cash ratio, dan loan to deposit ratio. Pada bank syariah, istilah kredit diganti dengan pembiayaan, adapun istilah loan diganti dengan istilah financing. Adapun menurut Lukman Dendawijaya (2005:114) beberapa rasio likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai suatu kinerja bank antara lain adalah cash ratio, reserve requirement, loan to deposit ratio, loan to asset ratio, dan rasio kewajiban call money. Bank syariah, sebagaimana bank konvensional, menyalurkan dana pada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Dalam menjalankan operasinya, bank syariah tidak menggunakan sistem bunga sebagai dasar penentuan imbalan yang akan diberikan kepada nasabah atas dana yang dititipkan kepada bank. Penentuan imbalan yang diinginkan dan yang akan diberikan tersebut semata mata didasarkan pada prinsip bagi hasil. Potensi terjadinya pembiayaan bermasalah dalam bentuk risiko pembiayaan yang dialami bank konvesional juga dialami oleh bank syariah. Bank Indonesia (dalam eramuslim.com:2008) menyatakan, Pertumbuhan pembiayaan penyaluran dana ke masyarakat yang dilakukan oleh bank syariah pada 2007 hanya mencapai 30, 1 persen atau lebih lambat dibandingkan tahun 2006 yang mencapai 34, 2 persen. Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia melaporkan salah satu kendala dalam penyaluran kredit tersebut sebagai akibat

4 peningkatan pembiayaan yang bermasalah. Hal ini tercermin dari rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/npf) yang mencapai 6, 26 persen. Sementara itu, NPF netto perbankan syariah sampai akhir tahun 2007 masih tergolong terkendali, yakni 4, 0 persen. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga yang tinggi tidak diimbangi oleh kenaikan pembiayaan yang diberikan Bank Syariah yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dan sumber daya insani yang benar-benar memahami konsep syariah itu sendiri. Bank Indonesia (dalam Merza Gamal, Tantangan Bank Syariah ke depan:2006) melakukan survei terhadap 54 konsumen korporasi besar maupun kecil di Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Hasilnya ternyata konsumen korporasi kurang mengerti mengenai produk perbankan syariah (71%). Ini disebabkan kurangnya kemampuan promosi oleh perbankan syariah (21%) dan kurangnya pengertian mengenai perbankan syariah secara umum (8%). Bank Indonesia menyatakan pertumbuhan dana pihak ketiga (penghimpunan dana dari masyarakat) bank syariah pada tahun 2007 yang mencapai 37,3 persen atau Rp2,64 triliun menjadi Rp24,7 triliun meningkat dibanding dengan pertumbuhan tahun 2006 yang mencapai 32,7 persen. Sebaliknya pertumbuhan pembiayaan (penyaluran dana ke masyarakat) yang dilakukan bank syariah pada tahun 2007 mencapai 30,1 persen atau lebih lambat dibanding dengan tahun 2006 yang mencapai 34,2 persen. Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang berdiri pada 1991. Pendirian bank syariah ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang kemudian didukung sepenuhnya oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim. Kompetisi dunia perbankan di Indonesia semakin semarak terhitung sejak hadirnya bank syariah yang dipelopori oleh BMI tersebut. Paling tidak, hal ini bisa dilihat dari menjamurnya bank-bank yang menerapkan prinsip syariah, baik yang berbentuk bank umum syariah (BUS) maupun unit usaha syariah (UUS). Berdasarkan data Bank Indonesia,

5 hingga Mei 2007 terdapat tiga BUS, 23 unit UUS, dan 105 bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). Menurut BI (dalam waspada online:2008), sampai dengan Oktober 2007 perbankan syariah mampu mencatat pertumbuhan laba bersih yang signifikan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan laba bersih yang mencapai Rp 481,02 miliar atau tumbuh 57 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 307,27 miliar. Pertumbuhan tersebut didominasi oleh tiga bank umum syariah yaitu Bank Muammalat, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega. Namun dibalik pertumbuhan yang tinggi tersebut, skala ekonominya masih tergolong kecil. Pangsa perbankan syariah terhadap total perbankan nasional masih tergolong kecil. Dari sisi aset, pangsa perbankan syariah pada akhir tahun 2007 hanya 1,72 persen dari total aset perbankan nasional yang mencapai Rp 1.850 triliun. Sebelumnya, BI memperkirakan pertumbuhan aset perbankan syariah pada akhir tahun 2007 sebesar 1,97 persen dan program akselerasi melalui kebijakan yang dibuat diperkirakan akan mendorong pangsa aset 2,84 persen dibandingkan bank konvensional. Perkembangan pangsa pasar bank syariah dapat dilihat pada grafik berikut. Grafik 1.1 Perkembangan Pangsa Pasar Bank Syariah Sumber : http://direktori-syariah.blogspot.com/2007/03/bank-syariah-dari-masa-ke-masa.html Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa pangsa pasar bank syariah meningkat setiap tahunnya namun pangsa pasar ini masih sangat kecil terhadap perbankan nasional. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti likuiditas pada bank umum syariah, dengan

6 menjadikan Bank Muamalat sebagai unit analisis dari penelitian yang dilakukan. Adapun judul penelitian ini adalah Analisis Rasio Likuiditas Bank Umum Syariah periode 2001-2006, dengan studi kasus pada Bank Muamalat. 1.2 Rumusan Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh perbankan syariah saat ini adalah kelebihan likuiditas yang disebabkan tingginya jumlah penghimpunan dana yang tidak diikuti oleh kenaikan pembiayaan. Adapun tolok ukur penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan Quick ratio, investing policy ratio, banking ratio, financing to asset ratio, liquidity risk, cash ratio, reserve requirement dan financing to deposit ratio. Adapun masalah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat likuiditas Bank Muamalat dilihat dari perhitungan Quick Ratio. 2. Bagaimana tingkat likuiditas Bank Muamalat dilihat dari perhitungan investing policy ratio. 3. Bagaimana tingkat likuiditas Bank Muamalat dilihat dari perhitungan banking ratio. 4. Bagaimana tingkat likuiditas Bank Muamalat dilihat dari perhitungan financing to asset ratio. 5. Bagaimana tingkat likuiditas Bank Muamalat dilihat dari perhitungan cash ratio. 6. Bagaimana tingkat likuiditas Bank Muamalat dilihat dari perhitungan financing to deposit ratio. 7. Bagaimana tingkat likuiditas Bank Muamalat dilihat dari perhitungan reserve requirement.

7 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis rasio likuiditas Bank Umum Syariah periode 2001-2006 dengan studi kasus pada Bank Muamalat. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui besarnya tingkat likuiditas Bank Muamalat dengan perhitungan Quick Ratio. b. Untuk mengetahui besarnya tingkat likuiditas Bank Muamalat dengan perhitungan investing policy ratio. c. Untuk mengetahui besarnya tingkat likuiditas Bank Muamalat dengan perhitungan banking ratio. d. Untuk mengetahui besarnya tingkat likuiditas Bank Muamalat dengan perhitungan financing to asset ratio. e. Untuk mengetahui besarnya tingkat likuiditas Bank Muamalat dengan perhitungan cash ratio. f. Untuk mengetahui besarnya tingkat likuiditas Bank Muamalat dengan perhitungan financing to deposit ratio. g. Untuk mengetahui besarnya tingkat likuiditas Bank Muamalat dengan perhitungan reserve requirement.

8 1.4 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai perbankan syariah dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut mengenai masalah - masalah dalam perbankan syariah. b. Kegunaan Praktis Penelitian ini dapat berguna untuk memberikan masukan bagi bank dalam menjalankan dan mengelola usahanya dalam mengendalikan tingkat likuiditas.