JEJAK-JEJAK PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
[

Rilis Pers Bersama. Perppu Ormas Ancaman bagi Demokrasi dan Negara Hukum

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 76/PUU-XV/2017

[102] Ormas Dalam Bahaya Friday, 19 April :43

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

RINGKASAN PUTUSAN.

BAB VII PENUTUP. Universitas Indonesia. Pembubaran partai..., Muchamad Ali Safa at, FH UI., 2009.

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA ( WNI )

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

[102] Pancasila di Tangan Orba Monday, 22 April :22

I. PENDAHULUAN. berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, hak-hak asasi manusia

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 24/PUU-XII/2014 Pengumuman Hasil Penghitungan Cepat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 005/PUU-I/2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 49/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus

Komitmen Dan Kebersamaan Untuk Memperjuangkan Hak Asasi Manusia diselenggarakan oleh Pusham UII bekerjasama dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

RUU Ormas Dalam Perspektif Gerakan Da wah Islam 1

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

PERPU ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM PERSPEKTIF ASAS DAN TEORI HUKUM PIDANA OLEH DR. MUDZAKKIR, S.H., M.H

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 24/PUU-XII/2014 Pengumuman Hasil Penghitungan Cepat

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

digunakan untuk mengenyampingkan dan atau mengabaikan hak-hak asasi lainnya yang harus dipenuhi negara, sebagaimana ketentuan hukum

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 2/PUU-XVI/2018 Pembubaran Ormas

Wacana Pasal Penghinaan Presiden atau Wakil Presiden Dalam RUU KUHP Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 28 Agustus 2015; disetujui: 31 Agustus 2015

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM

SURAT EDARAN Nomor: 468/B/SE/2017

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 58/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas

Negara Jangan Cuci Tangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA : 33/PUU-X/2012

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I M A G E L A N G

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XV/2017

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi

HUKUM ACARA PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG PARTAI POLITIK

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Ringkasan Putusan.

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA. Modul ke: 06Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 013/PUU-III/2005 (Perbaikan I tgl. 21 Juni 2005)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

I. PEMOHON 1. Perhimpunan Magister Hukum Indonesia (PMHI), diwakili oleh Fadli Nasution, S.H., M.H. 2. Irfan Soekoenay, S.H., M.H

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XIII/2015 Objek Praperadilan

Ringkasan Permohonan Perkara Nomor 59/PUU-XII/2014 Daluwarsa Masa Penuntutan

Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih

PANCASILA & AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Tugas akhir kuliah Pendidikan Pancasila. Reza Oktavianto Nim : Kelas : 11-S1SI-07

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XV/2017 Makar dan Permufakatan Jahat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

LAPORAN JANUARI MEI 2016

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN DAN PENASIHAT PRESIDEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN. negara yang telah dirasakan bangsa Indonesia sejak era kolonial hingga era

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 53/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Peserta Pemilu serta Syarat Pengusulan Presiden dan Wakil Presiden

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Transkripsi:

Nanang Wijaya JEJAK-JEJAK PEMIKIRAN Penerbit Jalan Pencerahan

JEJAK-JEJAK PEMIKIRAN Oleh: (Nanang Wijaya) Copyright 2014 by (Nanang Wijaya) Penerbit Jalan Pencerahan (www.jalanpencerahan.wordpress.com) Desain Sampul: (avatar wijaya) Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com 2

Ucapan Terimakasih: Ketika masih duduk di Sekolah Menengah, saya aktif di pergerakan Pelajar Islam Indonesia (PII), salah seorang senior di PII meminjamkan dua buah buku catatan harian, buku pertama adalah catatan harian che Guavara selama bergerilya di hutan, buku kedua adalah catatan harian pergolakan pemikiran Ahmad Wahib. Dua buku itu memberikan inspirasi bagi saya untuk selalu membuat catatan harian. Akan tetapi sayangnya, catatan harian sejak SMA itu banyak hilang entah kemana, karena saya termasuk nomaden (hidup berpindah-pindah) di masa modern, catatancatatan itu berceceran kemana-mana. Sampai salah seorang sahabat karib saya Muhidin Dahlan berpesan jika saya tidak membukukan catatan sebab buku adalah prasasti hidup bagi setiap orang akan terus hidup walaupun penulisnya telah meninggal dunia. Jejak-jejak Pemikiran tidak lepas pula peran kaderkader Pelajar Islam Indonesia Sulawesi Tengah yang menjadi kawan-kawan diskusi juga kawan-kawan yang menjadi teman diskusi di media sosial. Dan 3

ucapan terima kasih terbesar dipersembahkan kepada istri saya tercinta Noer Himada yang selalu menjadi pendamping setia. Buku ini adalah buku yang pertama diterbitkan mudah-mudahan menjadi pendorong untuk terbitnya buku-buku berikutnya yang lebih berkualitas dan memberikan inspirasi bagi kawan-kawan yang lain untuk terus menulis. Selamat membaca. Palu, 10 Mei 2014 4

DAFTAR ISI Ucapan Terima Kasih... 3 Haruskah Kita Menolak UU Keormasan... 7 Islam dan Perdamaian... 13 Kekerasan Atas Nama Agama... 19 Masyarakat Kita dan Konflik... 25 Mengapa Kita Harus Menolak Ujian Nasional... 33 Tatkala Negerri Ini Tak Lagi Aman... 41 Penggaraman Talise dan Kegagalan Pemkot Kota Palu... 47 Menimbang Nilai Islam Dalam Politik... 53 Merindukan Kembalinya Sang Pelajar Muslim Cendekia... 59 Bunuh Diri Politik Ala SBY-JK... 65 Demokrasi Kita Sedang Sakit... 71 Fenomena Ponari dan batu Ajaibnya... 77 Harta, Tahta dan Seks... 83 Quo Vadis Pelajar Yang Tidak Lulus... 89 Nasehat Untuk Penguasa... 97 5

Partai Politik (benar-benar) Baru... 103 Teori Konspirasi dan Ummat Islam Indonesia... 111 Televisi dan Paradigma Kekerasan... 119 Aliran Sesat : Sebuah Otokritik Atas Sistem Dakwah Kita... 127 Sekolah Mimpi di Negeri Mimpi... 137 Kenangan Maulid Masa Kecil... 147 Logika Terbalik... 153 Agama vs Facebook... 155 Teologi Damai VS Teologi Benci... 161 6

HARUSKAH KITA MENOLAK UU KEORMASAN Bangsa ini memiliki pengalaman yang sangat buruk berkenaan dengan UU Keormasan dan telah menjadi trauma yang berkepanjangan sampai saat ini. Terdorong hasrat mempertahankan kekuasaan, pemerintah Orde Baru tahun 1985 menerbitkan UU No. 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi masyarakat. Dengan penafsiran tunggal dari penguasa, UU tersebut memberangus dan membungkam semua elemen dan gerakan masyarakat yang dianggap mengancam eksistensi kekuasaan orde baru. Bersama kawalan aparat keamanan (Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban/KOPKAMTIB), penguasa orde baru memaksakan penerapan asas tunggal kepada semua ormas, bahwa Pancasila satu-satunya asas yang boleh dipakai setiap ormas. Jika ada ormas yang mencoba menggunakan asas lain diluar Pancasila, maka segera ormas tersebut dibubarkan, subversif dan akan dianggap sebagai organisasi terlarang. Vonis sebagai organisasi terlarang, langsung saja mengantarkan para pengurus organisasi yang tidak taat 7

asas tunggal masuk kedalam penjara dengan tuduhan tindakan subversif/melawan pemerintah. UU Keormasan menjadi alat legitimasi bagi penguasa Orde Baru untuk menghabisi semua musuh-musuh politiknya. UU keormasan memaksa semua organisasi wajib melaporkan semua konstitusi organisasi, anggota dan semua program kerja dan dengan dalih melanggar UU, aparat keamanan dengan mudah membubarkan sebuah kegiatan ormas dan menangkapi semua panitia untuk dimasukan ke penjara. Sementara penjara di masa orde baru adalah tempat Hak Asasi Manusia tidak berlaku. Salah satu elemen masyarakat yang menjadi korban dari UU keormasan adalah Organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). Karena tidak mau mengganti kepada Pancasial dan tetap menggunakan Islam sebagai asas organisasi, Pelajar Islam Indonesia (PII) menjadi organisasi terlarang melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 120/1987. Penerapan keputusan ini Pemerintah membubarkan Organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII), aparat keamanan selalu membubarkan semua kegiatan dan menangkap/memenjarakan pengurus organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). UU Keormasan bagi penguasa orde baru menjadi alat untuk membangun stereotipe negatif pada masyarakat. Gerakan-gerakan demokrasi dan nasionalis selalu dicap sebagai gerakan komunis sementara gerakan-gerakan keagamaan yang kritis dicap sebagai ekstrimis. Kedua karakter gerakan tersebut selalu menjadi intaian oleh intelintel negara. Tidak jarang seorang penceramah atau khatib 8

di masjid-masjid setelah selesai memberikan ceramah atau khutbah langsung ditangkap oleh aparat keamanan. Bukan hanya menangkapi para pengurus Ormas, beberapa kenyataan sikap aparat keamanan dalam mengawal penerapan UU Ormas tersebut berujung bentrok dengan masyarakat yang pada akhirnya menimbulkan korban jiwa, sebutlah salah contohnya adalah Tragedi Tanjung Priok. Penguasa Orde Baru sangat anti kritik sebab kritik bisa melemahkan kekuasaan orde baru sehingga krtik diartikan sebagai pemberontakan kepada negara. Ketakutan penguasa orde baru kemudian mengarah kepada dunia akademik. Sebelum UU Keormasan diterbitkan, penguasa orde baru menerbitkan peraturan pemerintah untuk membungkam suara-suara kritis dari mahasiswa dengan mengeluarkan peraturan tantang Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK). Semua civitas akademik diancam dengan peraturan pemerintahan yang dikawal dengan senjata agar tunduk dan tidak kritis kepada semua kebijakan penguasa. Pancasila tidak lagi dijadikan sebagai falsafah berbangsa dan bernegara, akan tetapi dijadikan alat legitimasi bagi penguasa untuk mempertahanakan kekuasaannya. UU keormasan hanyalah alat yang digunakan penguasa untuk membungkan proses demokratisasi dalam masyarakat. Pancasila sebagai asas tunggal dalam UU Keormasan justru menjadi legitimasi 9

pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara kepada masyarakat. Saat ini UU Keormasan akan dihidupkan kembali setelah 15 tahun Reformasi dan upaya demokrtisasi di negeri ini. Mengingat trauma masa lalu (orde baru) menjadi sangat wajar jika sebagian masyarakat menolak UU Keormasan khususnya mereka yang merasakan langsung kejahatan penguasa orde baru terhadap kebebasan berserikat dan berpendapat. Trauma itu tidak bisa dilepaskan, sehingga ketakutan bahwa UU Keormasan yang baru nanti kembali menjadi alat penguasa untuk membungkam kritisisme dan hak-hak masyarakat sangatlah wajar. Potensi UU Keormasan kembali digunakan oleh penguasa untuk mempertahakan kekuasaannya dari perbedaan dan sikap kritis dari elemen masyarakat yang dianggap sebagai ancaman tetaplah terbuka. Apalagi jika hak intrepretasi UU hanya ada pada penguasa, sehingga bisa saja UU tersebut diinterpretasikan sesuai dengan kepentingan dan keinginan penguasa. Sementara aparat keamanan adalah elemen pemerintahan yang hanya bertugas mengawal kebijakan dan keputusan pemerintah. Artinya apapun interpretasi penguasa atas UU keormasan akan dimenjadi tugas aparat keamanan untuk menjaganya. Sehingga potensi konflik antara aparat keamanan dengan masyarakat kembali berpotensi terjadi. Para Founding Father kita sebenarnya sudah memberikan landasan demokratis dalam bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Sudah sejak 68 tahun yang 10

lalu (1945 2013) negara sudah memberikan jaminan konstitusional atas hak berserikat, berkumpul dan berpendapat pada Pasal 28 UUD 1945 kita. Artinya konstitusi kita sebenarnya sudah memiliki progres demokratisasi yang cukup maju jika dibanding dengan negara-negara dunia ketiga lain. Secara filosofis setiap orang memiliki hak asasi, akan tetapi hak asasi tersebut selalu bersinggugngan dengan hak orang lain. Jika tidak ada pengaturan hak tersebut maka bisa dipastikan setiap individu berusaha memenuhi haknya sebebas mungkin tanpa peduli dengan hak orang lain, itu sebabnya setiap hak asasi tetap mendapat pengaturan. Tentulah kita tidak ingin hak berserikat sebagai hak asasi setiap warga negera memberikan peluang kepada sebagian warga negara mendirikan organisasi yang justru mengancam individu lain atau mengancam keutuhan masyarakat dan mengancam NKRI. Kita bisa menggunakan analogi : Kita berada di perahu yang sama, dengan memiliki hak untuk melakukan apa saja dalam perahu. Tentulah kita tidak akan biarkan sekelompok orang membocorkan perahu atas nama hak asasi yang dimiliki. Kebebasan berserikat dan berpendapat tentulah harus diatur. Akan tetapi yang mengaturnya bukan semata-mata ditangan penguasa. Akan tetapi masyarakat sendirilah secara bersama-sama mengaturnya sehingga tidak ada intepretasi tunggal dari penguasa dari kebijakan atau peraturan apapun. Penguasa hanyalah menjalankan 11

kehendak bersama masyarakat. Penguasa hanyalah pelayan bagi masyarakat. Inilah saat semua elemen masyarakat menjadi penilai dan mengavaluasi bagaimana RUU itu. Saatnya masyarakat (sipil society) mengkritik, memperbaiki dan memberikan masukan, sehingga UU Keormasan agar tidak lagi ancaman bagi proses demokratisasi di masa depan. Kita tidak ingin mengulang pengalaman kita di masa orde baru. Jika pengalaman itu terulang kembali, maka kita adalah keledai bodoh yang jatuh di lubang yang sama. (08.04.2013) 12