BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan IB Rahn Emas di Bank Jateng Syariah Kantor Cabang Semarang Rahn menurut bahasa berarti ats-tsubut dan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Tentang Pelaksanaan Produk Pembiayaan Gadai Emas

BAB IV ANALISA A. PELAKSANAAN IB RAHN EMAS DI BANK JATENG SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Akad pada produk Gadai Emas di bank Syariah

BAB IV PENUTUP. 1. Prosedur untuk mendapatkan pinjaman Gadai Emas adalah Nasabah. membawa benda berharga yang akan digadaikan berupa emas dengan

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB IV ANALISA KONSEPTUAL DAN APLIKATIF GADAI EMAS (AR-RAHN) PT. BPRS BHAKTI SUMEKAR SUMENEP

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai banyak fungsi seperti dapat melakukan jual beli (murabahah),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Gadai Emas Syariah. sejak tahun 2009 dengan jumlah lebih dari 900 nasabah rahin.

BAB III IMPLEMENTASI GADAI DI PT. BANK BNI SYARIAH CABANG DHARMAWANGSA SURABAYA. bank negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan

BAB III PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI KOSPIN JASA SYARIAH DIPANDANG FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS.

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB II PELAKSANAAN GADAI EMAS PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU MEULABOH

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai. emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan yang mendesak atau kekurangan dana dalam memenuhi

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

BAB III LAPORAN PENELITIAN. A. Profil Pegadaian KC Syariah Raden Intan Lampung

BAB IV ANALISIS PENERAPAN MULTI AKAD DALAM PEMBIAYAAN ARRUM (USAHA MIKRO KECIL) PEGADAIAN SYARIAH (STUDI KASUS DI PEGADAIAN SYARIAH PONOLAWEN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, masalah kekurangan modal. globalisasi saat ini masyarakat mudah memperoleh modal untuk memulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dunia modern, peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan emas semakin lama disimpan harganya semakin tinggi. Perlahan tapi

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Konsep Pembiayaan Rahn (Gadai Emas) di BNI Syariah Cabang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

Financial Check List. Definisi Pegadaian. Mengapa Masayrakat Perlu Menggunakan Jasa Pegadaian? Kapan Masyarakat. Menggunakan Jasa. Pegadaian?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti menemukan beberapa hal penting yang bisa dicermati dan dijadikan acuan penelitian ini.

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Sruktur Organisasi BNI Syariah Cabang Malang

NASKAH PUBLIKASI. PELAKSANAAN GADAI EMAS DENGAN SISTEM SYARIAH (Studi di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa lain dalam lalu lintas

ANALISIS SISTEM DAN PROSEDUR GADAI EMAS SYARIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan kegiatan ekonomi saat ini, kebutuhan akan pendanaan pun

BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH DI PEKALONGAN. A. Gambaran Umum Objek Penelitian (Pegadaian Syari ah Di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Perum Pegadaian Syari ah Cabang Bandar Lampung

BAB III PRINSIP KEADILAN TERHADAP AKAD RAHN EMAS DI BMT. transaksi yang menggunakan dua akad, yaitu akad rahn dan akad ijarah.

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Akuntansi Pendapatan, Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah

BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH KENDAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

BAB II KAJIAN TEORI. Pelaksanaan Gadai dengan Sistem Syariah di Perum Pegadaian. penjagaan dan penaksiran serta dilakukan hanya sekali pembayaran.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

ANALISIS PENETAPAN KEWAJARAN HARGA PADA PEMBIAYAAN RAHN DI BANK MANDIRI SYARI'AH

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai

BAB I PENDAHULUAN. Modal dengan jumlah tertentu untuk membiayai proses usaha dengan

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat, baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai syariah dalam operasional kegiatan usahanya. Hal ini terutama didorong

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

STAIN Ponorogo Press, 2010, h Agustina Wulansari, "Prosedur Pembiayaan Gadai Emas Syariah Pada PT

Analisis Pelaksanaan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomer : 26/DSN- MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cimahi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Syariah Mandiri Cabang Kaliurang

BAB I PENDAHULUAN 2002), 8. 1 Zainul Arifin, Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gadai Emas Pada Bank BRI Syariah KCP Bukittinggi. produk pembiayaan atas dasar jaminan berupa emas sebagai salah satu

Yth. Direksi Perusahaan Pergadaian Syariah di tempat.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Dengan menganut sistem yang berbeda dari bank konvensional, bank

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. (VOC) mendirikan BANK VAN LEENING yaitu lembaga keuangan yang

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PE DAHULUA. keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Di Indonesia banyak

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri Palembang Gadai Emas Syariah Menurut Anshori (2007:129) adalah menggadaikan atau menyerahkan hak penguasa secara fisik atas harta/barang berharga (berupa emas) dari nasabah (Rahin) kepada bank (Murtahin) untuk dikelola dengan prinsip ar- Rahnu yaitu sebagai jaminan (al-marhun) atas pimjaman/utang (almarhumbih) yang diberikan kepada nasabah atau peminjaman tersebut. 1 Gadai Emas Bank Syariah Mandiri merupakan produk pembiayaan atas dasar jaminan berupa emas dalam bentuk emas perhiasan atau batangan sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat, aman dan mudah. 2 Maka, Objek jaminan yang dapat digadaikan pada Bank Syariah Mandiri hanyalah berupa emas, yaitu dalam bentuk perhiasan dan batangan. Emas merupakan logam mulia yang bernilai tinggi dan harganya relatif stabil bahkan menunjukkan trend yang positif setiap tahunnya. Emas juga merupakan barang atau harta yang dapat dengan mudah dimiliki oleh setiap orang khususnya emas dalam bentuk perhiasan. 3 Ketika seseorang membutuhkan uang tunai, maka ia dapat dengan mudah menggadaikan perhiasaannya kepada Lembaga Keuangan yang 1 Anshori, Abdul Ghafur, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007), hlm. 129 2 Consumer Banking Emas, www.syariahmandiri.co.id, 2014 (diakses, November 2014) 3 Maiyya, Zenky, Gadai Emas Pada Bank Syariah, www.zenkymaiyya.blogspot.com, (diakses November 2014) 48

49 menyediakan produk gadai emas syariah seperti Bank Syariah Mandiri. Setelah ia dapat melunasi utangnya, ia dapat memiliki kembali perhiasannya. Analisa permasalahan berkaitan dengan konsep gadai emas syariah dan penerapannya pada Bank Syariah Mandiri Cabang Palembang berdasarkan hasil jawaban/persepsi nasabah terhadap kuesioner yang peneliti ajukan. Pembahasan ini mengenai kesyariahan pelaksanaan gadai emas syariah yang dijalankan oleh Bank, dimana pengertian dari Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknnya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariah (Sudarsono, 2008:5). 4 Adapun indikator yang peneliti jadikan sebagai dasar kesyariahan pelaksanaan gadai emas syariah di Bank Syariah Mandiri Cabang Palembang yang peneliti ambil dari ketentuan pelaksanaan gadai emas syariah, syarat-syarat gadai syariah, perlakuan bunga dan riba dalam perjanjian gadai, akad perjanjian gadai yang digunakan dan kegiatan pelelangan. 4 Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi,Edisi 3, (Jakarta: Ekonisia, 2008), hlm. 5

50 1. Persyaratan Gadai Tabel 4.1 Jawaban Nasabah Terhadap Persyaratan Gadai 1 Kurang Jawaban Frekuensi Persen (%) 24 34,3 2 26 37,1 3 Sangat Total Sumber: Data diolah, 2014. 20 28,6 70 100,0 Melihat dari tabel hasil pengolahan data kuesioner diatas mengenai persyaratan gadai emas yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri, terdapat 26 atau 37,1% nasabah menjawab. Hal ini karena nasabah menilai persyaratan yang dijalankan oleh Bank Syariah Mandiri telah sesuai dengan teori mengenai persyaratan gadai emas syariah di mana mayoritas persyaratan yang ditetapkan oleh Bank, ada pada teori yang mengatur persyaratan gadai yakni pihak yang melakukan perjanjian gadai emas (Bank dan Nasabah), Ijab dan Qabul (Akad Rahn), Hutang, benda jaminan gadai, dan juga syarat kesempurnaan Rahn.

51 Proses transaksi pembiayaan gadai emas syariah di Bank Syariah Mandiri Cabang Palembang dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.1 Skema Pembiayaan Gadai Emas Syariah Sumber: Bank Syariah Mandiri Cabang Palembang, 2014 5 Keterangan: 1. Nasabah mendatangi Bank untuk minta fasilitas pinjaman dengan membawa Emas yang akan diserahkan kepada Bank dengan membawa fotocopy KTP atau identitas lainnya yang masih berlaku (SIM, Paspor, dan lain-lain); 5 Skema Pembiayaan, PT Bank Syariah Mandiri Palembang, (November 2014)

52 2. Mengisi formulir permintaan Rahn. Pengisian formulir ini akan dibimbing oleh Petugas gadai agar nasabah tidak bingung dalam mengisi formulir. 3. Menyerahkan barang jaminan yaitu berupa perhiasan emas kepada Bank, kemudian Petugas melakukan pemeriksaan, termasuk juga menaksir harga Emas yang diberikan oleh Nasabah sebagai jaminan. 4. Setelah semua persyaratan terpenuhi, maka Bank dan nasabah akan melakukan akad qardh. 5. Menandatangi akad qardh dan akad ijarah dalam Surat Bukti Gadai Emas Bank Syariah Mandiri yang sebelumnya harus dibaca terlebih dahulu oleh Nasabah. Nasabah akan dibimbing dan diberikan penjelasan dari Petugas gadai mengenai pengisian dan penggunaan kedua akad ini. 6. Setelah akad dilakukan, Bank akan memberikan sejumlah pembiayaan yang diinginkan nasabah dan jumlahnya disesuaikan dengan nilai taksir barang. 7. Setelah dihitung, pembiayaan milik nasabah akan di transfer oleh Petugas dengan menggunakan nomor rekening yang ada di buku Tabungan dan dapat diambil di Counter Pelayanan Uang Tunai. 8. Bagi Nasabah yang belum memiliki buku Tabungan/rekening tersebut, maka nasabah terlebih dahulu harus membuat buku Tabungan/rekening. Setelah selesai membuatnya, kemudian nasabah kembali ke counter gadai emas dan membukukan pembiayaan mereka oleh Petugas gadai. Kemudian terdapat 24 atau 34,3% jawaban nasabah menilai bahwa persyaratan yang diberikan oleh Bank Kurang. Hal ini dikarenakan

53 nasabah yang menggadaikan emas di Bank kerepotan dalam mencairkan pembiayaan mereka dan menilai bahwa persyaratan yang diberikan oleh Bank harus memiliki nomor rekening atau tabungan di Bank merepotkan. Agar dapat mencairkan pembiayaan tersebut, nasabah harus memiliki buku tabungan atau rekening di Bank. Mereka harus membuatnya terlebih dahulu ketika pembiayaan akan dibukukan oleh petugas gadai, tentu hal ini akan memakan waktu yang cukup lama. Nasabah menginginkan agar pembiayaan mereka dicairkan secara tunai saja agar mereka tidak menghabiskan waktu terlalu lama dalam menyelesaikan proses pembiayaan. Kemudian terdapat 20 atau 28,6% nasabah yang menjawab syarat-syarat tersebut Sangat. Bank memiliki alasan sendiri mengapa menerapkan syarat yang demikian. Hal ini agar terdapat bukti bahwa nasabah telah menerima dana pembiayaan dari Bank dan dapat menambah jumlah nasabah tabungan di Bank. Selain itu juga, dengan adanya buku tabungan ketika nasabah akan melakukan pelunasan dapat langsung menyetorkan kedalam buku tabungan dan Bank akan mengurangi jumlah tabungan nasabah tersebut sebagai potongan angsuran pembiayaannya. Oleh karena persyaratan ini tidak membuat Bank menjadi tidak syariah, Bank tetap mensyaratkan kepada Nasabah untuk memiliki nomor rekening atau buku tabungan tersebut. Melihat dari jawaban nasabah mengenai persyaratan gadai emas syariah yang dilakukan oleh Bank terdapat nilai tertinggi yaitu 26 dari jumlah nasabah yang peneliti jadikan sebagai sampel atau 37,1% dari jumlah persentase 100%

54 sehingga dapat dikatakan bahwa persyaratan gadai emas syariah di Bank telah sesuai. 2. Kategori Barang Gadai Tabel 4.2 Jawaban Nasabah Terhadap Kategori Barang Gadai Jawaban Frekuensi Persen (%) 1 48 68,6 2 Sangat 22 31,4 Total Sumber: Data diolah, 2014. 70 100,0 Berdasarkan hasil jawaban nasabah terhadap kuesioner di atas terdapat 48 atau 68,6% nasabah yang menjawab bahwa Kategori barang gadai yang ditetapkan oleh Bank yaitu emas dalam bentuk batangan atau perhiasan dengan teori yang menyatakan bahwa kategori barang gadai (Hadi, 2003:155) adalah jenis barang yang dapat digadaikan sebagai jaminan dalam Islam yaitu barang bergerak maupun barang tidak bergerak yang telah memenuhi persyaratan barang gadai seperti barang yang berwujud nyata di depan mata, barang tersebut menjadi milik, dan barang yang digadaikan harus berstatus sebagai piutang bagi pemberi pinjaman. 6 Kemudian terdapat 22 atau 31,4% nasabah yang menjawab bahwa kategori barang gadai yang ditetapkan oleh Bank Sangat. Hal ini karena nasabah 6 Hadi, Muhammad Solikhul, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Salembah Diniyah, 2003), hlm. 155

55 telah mengetahui bahwa barang yang dapat digadaikan di Bank adalah emas yang digunakan sebagai barang jaminan atas pembiayaan yang mereka dapatkan dan hal ini sesuai dengan jenis pembiayaan pada Bank yaitu Gadai Emas Syariah. Bank Syariah Mandiri hanya dapat menerima emas dalam bentuk perhiasan atau batangan sebagai barang gadaian yang sebelumnya telah diteliti oleh petugas gadai mengenai barang gadai yang digadaikan oleh nasabah tersebut apakah emas asli atau bukan. Emas merupakan barang yang sangat bernilai dan banyak dimiliki oleh masyarakat. Bank hanya dapat menerima emas dikarenakan praktis dalam hal penyimpanan karena tidak memerlukan ruangan yang besar, tetapi hanya menggunakan lemari besi yang terbuat dari baja sebagai tempat penyimpanan yang sebelumnya barang dikemas dengan kemasan dan disegel. Melihat dari jawaban nasabah mengenai kategori barang gadai yang ditetapkan oleh Bank terdapat nilai tertinggi yaitu 48 dari jumlah nasabah yang peneliti jadikan sebagai sampel atau 68,6% dari jumlah persentase 100% sehingga dapat dikatakan bahwa kateogri barang gadai yang ditetapkan oleh Bank telah sesuai.

56 3. Penaksiran Barang Gadai a. Pengetahuan penaksir mengenai barang gadai Tabel 4.3 Jawaban Nasabah Terhadap Pengetahuan Penaksir Mengenai Barang Gadai Jawaban Frekuensi Persen (%) 1 47 67,1 2 Sangat 23 32,9 Total Sumber: Data diolah, 2014. 70 100,0 Petugas penaksir gadai menaksir dan meneliti kualitas emas yang diserahkan untuk menetapkan harganya. Berdasarkan hasil taksiran, maka ditetapkan pembiayaan yang dapat diterima nasabah. Penaksiran oleh juru taksir dilakukan berdasarkan (Buku Panduan Perusahaan, 2006:388): 7 a. Harga Dasar Emas ditetapkan oleh Bank berdasarkan harga yang ditetapkan oleh PT. Antam dan acuan dunia. b. Tata cara penaksiran obyek gadai harus mengacu pada Pedoman Penaksiran Emas (PPE) yang telah ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Palembang yang tertuang dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Gadai Emas Syariah. Melihat dari tabel di atas, terdapat 23 atau 32,9% jawaban nasabah yang menjawab Sangat dan 47 atau 67,1% jawaban nasabah menjawab 7 Mandiri Syariah, Bank, Panduan Operasional PT Bank Syariah Mandiri Palembang, (Palembang: 2006), hlm. 388

57. Hal ini karena nasabah menilai bahwa petugas gadai memang telah mengetahui jenis barang gadai yang bisa digadaikan oleh nasabah yaitu emas dalam bentuk perhiasan ataupun batangan merupakan barang yang secara syariah bisa digadaikan, keaslian barang gadai tersebut, dan tata cara penaksiran barang gadai sehingga tidak menyebabkan kerugian bagi Bank dan nasabah itu sendiri. Berdasarkan dari jawaban nasabah mengenai penaksiran barang gadai yang dilakukan oleh Bank terdapat nilai tertinggi yaitu 47 dari jumlah nasabah yang peneliti jadikan sebagai sampel atau 67,1% dari jumlah persentase 100% sehingga dapat dikatakan bahwa penaksiran barang gadai yang dilakukan oleh Bank telah sesuai. b. Sarana penunjang penaksiran barang Tabel 4.4 Jawaban Nasabah Terhadap Sarana Penunjang Penaksiran Barang Jawaban Frekuensi Persen (%) 1 55 78,6 2 Sangat 15 21,4 Total 70 100,0 Sumber: Data diolah, 2014. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, peralatan yang digunakan oleh bank juga tersedia lengkap seperti timbangan elektronik/digital yang digunakan untuk menimbang berat dari emas atau perhiasan yang akan digadaikan oleh calon nasabah, air uji yang digunakan untuk menguji kualitas dan berapa

58 karat emas yang digadaikan oleh nasabah, alat penjepit untuk mengambil emas yang berada di tabung kimia, sebagai alat penghitung nilai rupiah dari taksiran barang gadai milik nasabah, dan peralatan komputer yang digunakan untuk membukukan pembiayaan nasabah dan menghitung pembiayaan yang dapat diterima oleh nasabah beserta biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh nasabah. Hal ini diperkuat oleh jawaban nasabah yang berjumlah 55 atau 78,6% bahwa sarana penunjang penaksiran barang gadai telah. Kemudian terdapat 15 atau 21,4% nasabah yang menjawab Sangat peralatan yang digunakan oleh Bank. Selain peralatan tersebut, petugas gadai juga dilengkapi dengan alat-alat keselamatan kerja berupa sarung tangan karet agar tidak terkena kontaminasi dari zat kimia penguji dan masker. Tetapi pada observasi yang peneliti lakukan di Bank Syariah Mandiri Cabang Palembang mengenai proses penaksiran gadai yang dilakukan, petugas gadai jarang menggunakan perlengkapan keselamatan kerja tersebut. Padahal, zat kimia yang digunakan untuk menaksir emas tersebut sangat berbahaya bagi kulit yang bisa menyebabkan iritasi. Melihat dari jawaban nasabah mengenai sarana penunjang penaksiran barang gadai yang digunakan oleh Bank terdapat nilai tertinggi yaitu 55 dari jumlah nasabah yang peneliti jadikan sebagai sampel atau 78,6% dari jumlah persentase 100% sehingga dapat dikatakan bahwa sarana penunjang penaksiaran barang gadai yang digunakan oleh Bank telah sesuai.

59 c. Keakuratan petugas menaksir barang Tabel 4.5 Jawaban Nasabah Terhadap Keakuratan Petugas Menaksir Barang Jawaban 1 Kurang Frekuensi Persen (%) 5 7,1 2 44 62,9 3 Sangat 21 30,0 Total Sumber: Data diolah, 2014. 70 100,0 Berdasarkan data di atas, terdapat 44 atau 62,9% nasabah yang menjawab dan 21 atau 30,0% nasabah menjawab Sangat bahwa petugas dalam menaksir barang gadai telah akurat. Hal ini dikarenakan nasabah menilai petugas yang menjadi penaksir barang gadai memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menghitung taksiran barang gadai sehingga tidak dapat menaksir barang gadai milik nasabah secara akurat dan tidak merugikan kedua belah pihak. Bank pun menetapkan deskripsi pekerjaan sebagai seorang petugas gadai dan prosedur bagaimana melakukan penaksiran barang gadai agar akurat sehingga petugas gadai memang orang yang berkompetensi. Kemudian terdapat 5 atau 7,1% nasabah yang menilai Kurang. Hal ini dikarenakan petugas gadai pernah tidak akurat dalam menaksir jumlah berat gram emas yang berakibat pada berkurang atau lebih nya harga taksiran emas yang didapat oleh nasabah.

60 Tentu hal ini akan mengakibatkan kerugian bagi Nasabah dan Bank. Melihat dari jawaban nasabah mengenai keakuratan petugas gadai dalam menaksir barang gadai terdapat nilai tertinggi yaitu 44 dari jumlah nasabah yang peneliti jadikan sebagai sampel atau 62,9% dari jumlah persentase 100% sehingga dapat dikatakan bahwa keakuratan petugas gadai dalam menaksir barang gadai telah sesuai. 4. Akad Perjanjian Gadai Tabel 4.6 Jawaban Nasabah Terhadap Akad Perjanjian Gadai Jawaban Frekuensi Persen (%) 1 54 77,1 2 Sangat 16 22,9 Total Sumber: Data diolah, 2014. 70 100,0 Berdasarkan hasil jawaban nasabah terhadap kuesioner tentang penggunaan akad perjanjian gadai pada Bank diatas, 54 atau 77,1% nasabah menjawab akad perjanjian gadai tersebut telah. Hal ini karena menurut nasabah Bank telah sesuai dengan prinsip syariah dalam penggunaan akad untuk pembiayaan gadai emas syariah. Pada landasan konsepnya, gadai emas syariah Bank Syariah Mandiri Cabang Palembang berjalan di atas dua akad transaksi Syariah yaitu (Buku Panduan Perusahaan, 2006:395): 8 8 Mandiri Syariah, Bank, Ibid., hlm., 395

61 1. Akad Qardh. Dengan akad ini Bank menahan barang gadai sebagai jaminan atas pinjaman Nasabah yaitu emas. Oleh karena itu, Nasabah dikenakan biaya penjagaan dan perawatan atas barang gadai ini dan tidak ada pembagian hasilnya. 2. Akad Ijarah. Yaitu Bank menyediakan tempat sebagai penyimpanan barang gadai milik nasabah. Melalui akad ini dimungkinkan bagi Bank untuk menarik sewa atas penyimpanan barang milik nasabah yang telah melakukan akad. Kemudian terdapat 16 atau 22,9% jawaban nasabah yang menilai bahwa akad perjanjian dalam pelaksanaan gadai emas syariah Sangat. Hal ini dikarenakan nasabah memiliki pengetahuan tentang pembiayaan gadai emas syariah, dimana pembiayaan gadai emas ini menggunakan 2 akad, yaitu Akad Qardh dan Akad Ijarah yang dengan akad ini Bank memiliki hak untuk menarik biaya sewa atas penyimpanan barang gadai milik nasabah yang dengan biaya sewa ini adalah pendapatan dari Bank. Melihat dari jawaban nasabah mengenai akad yang digunakan oleh Bank dalam perjanjian pembiayaan gadai emas syariah terdapat nilai tertinggi yaitu 54 dari jumlah nasabah yang peneliti jadikan sebagai sampel atau 77,1% dari jumlah persentase 100% sehingga dapat dikatakan bahwa akad perjanjian pembiayaan gadai emas syariah yang digunakan oleh Bank telah sesuai.

62 5. Perlakuan Bunga Tabel 4.7 Jawaban Nasabah Terhadap Perlakuan Bunga Jawaban 1 Tidak 2 Kurang Frekuensi Persen (%) 16 22,9 26 37,1 3 28 40,0 Total Sumber: Data diolah, 2014. 70 100,0 Kegiatan pembiayaan yang dijalankan oleh Bank Syariah Mandiri tentu tidak terlepas dari konsep syariat Islam yang melarang adanya bunga karena hal tersebut dilarang oleh agama. Oleh karena itu, Bank Syariah Mandiri dalam menjalankan kegiatannya menyalurkan dana kepada nasabah yang mengajukan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan ketentuan yang berlaku. Bank dalam mengambil keuntungan tidak boleh menggunakan bunga tetapi harus berdasarkan kesepakatan. Produk gadai emas syariah di Bank Syariah Mandiri menggunakan kesepakatan biaya Ijarah/sewa sebagai pendapatan Bank. 9 Adapun contoh perhitungan pembiayaan gadai emas syariah di Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut: 10 Diketahui: Harga emas pada saat itu Rp 410.000,-/gram 9 Mandiri Syariah, Bank, Ibid., hlm. 395 10 Consumer Banking Emas, www.syariahmandiri.co.id (diakses, November 2014)

63 Berat emas yang digadaikan 100 gram 24 karat (emas batangan) Masa pelunasan 4 bulan Biaya administrasi Rp 12.500 (2-5gram), Rp 20.000 (25-30gram), Rp 60.000 (100-500gram) Biaya pemeliharaan 1% dari taksiran gadai a. Pembiayaan Bruto Pembiayaan bruto = (Harga x Berat) x Pembiayaan Bank (80%) b. Biaya Sewa/Ijarah = Rp 41.000.000,- x 80% = Rp 32.800.000,- Biaya sewa perbulan = 1% x Taksiran Harga Emas = Rp 328.000,- perbulan = 1% x Rp 32.800.000,- Per 4 bulan = Rp 1.312.000,- (dibayar dimuka atau dikurangi nilai total) c. Pembiayaan bersih yang diperoleh Pembiayaan bersih = Pembiayaan bruto Biaya Administrasi = Rp 32.800.000,- Rp 60.000,- = Rp 32.200.000,- d. Jumlah Pembiayaan yang harus dilunasi Jumlah Pelunasan = Pembiayaan bruto + Biaya sewa/ijarah = Rp 32.800.000,- + Rp 1.312.000,- = Rp 34.112.000,- Melihat hasil jawaban/persepsi nasabah mengenai perlakuan bunga dalam pelaksanaan gadai emas syariah di Bank Syariah Mandiri terdapat 28 atau 40,0% nasabah yang menilai. Hal ini karena nasabah menganggap perhitungan pembiayaan gadai emas di Bank Syariah Mandiri tidak ada bunga tetapi hanya biaya sewa sebesar 1% pada perhitungan taksiran pembiayaan emas tersebut sebagai biaya sewa tempat penyimpanan barang berharga mereka dan biaya

64 pemeliharaan barang gadai. Biaya tersebut juga merupakan sumber pendapatan bagi Bank dalam produk gadai emas syariah ini. Kemudian terdapat 16 atau 22,9% nasabah yang menilai bahwa pelaksanaan gadai emas syariah di Bank tersebut Tidak. Nasabah menilai bahwa biaya ijarah/sewa yang dikenakan oleh Bank merugikan mereka sebagai nasabah gadai emas syariah karena dengan biaya sewa yang dibayar sama rata perbulan selama masa pembiayaan, sama saja Bank menggunakan perhitungan bunga dengan menggunakan metode flat rate/rata sehingga tidak sesuai syariah karena masih terdapat adanya bunga. Kemudian terdapat 26 atau 37,1% nasabah yang menilai bahwa pelaksanaan gadai emas syariah di Bank Kurang. Hal ini dikarenakan Nasabah yang telah melakukan transaksi pembiayaan gadai emas syariah di Bank menganggap masih adanya praktik bunga yang memberatkan Nasabah. Nasabah menganggap bahwa biaya Ijarah atau sewa yang ditetapkan dalam persen masih merupakan bunga dan hal itu kurang sesuai dengan syariat Islam. Berdasarkan penjelasan dan hasil jawaban nasabah mengenai perlakuan bunga, pelaksanaan gadai emas syariah di Bank Syariah Mandiri telah dengan syariah yaitu 28 dari jumlah 70 nasabah dan 40,0% dari 100% menjawab bahwa pelaksanaan gadai emas syariah di Bank Syariah Mandiri telah sesuai dengan syariah.

65 6. Pemeliharaan Barang Gadai a. Biaya pemeliharaan barang gadai Tabel 4.8 Jawaban Nasabah Terhadap Biaya Pemeliharaan Barang Gadai Jawaban 1 Hampir Frekuensi Persen (%) 24 34,3 2 30 42,8 3 Sangat 16 22,9 Total Sumber: Data diolah, 2014 70 100,0 Berdasarkan hasil data kuesioner mengenai biaya pemeliharaan barang gadai diatas terdapat 30 atau 42,8% nasabah menjawab. Hal ini dikarenakan nasabah menganggap bahwa biaya pemeliharaan ini adalah wajar dikenakan oleh Bank atas Pemeliharaan barang gadai milik nasabah. Bank Syariah Mandiri tentunya membutuhkan biaya di mana biaya tersebut adalah untuk menyimpan dan memelihara keselamatan barang gadai yang merupakan kewajiban bagi Bank sebagai penerima gadai. Sehingga, yang berkewajiban menanggung biaya tersebut adalah penggadai dalam hal ini nasabah. Oleh karena itu, pihak bank mengenakan biaya kepada nasabah sebagai biaya pemeliharaan barang gadai pada saat proses transaksi yaitu 1% dari taksiran gadai emas, di mana biaya ini adalah biaya yang dikenakan oleh bank sebagai biaya sewa dan pemeliharaan barang gadai. Kemudian terdapat 24 atau 34,3% nasabah menjawab Hampir. Nasabah menilai bahwa perhitungan pembiayaan gadai emas tersebut belum bisa

66 dikatakan syariah karena biaya yang dikenakan masih memberatkan nasabah. Lalu terdapat 16 atau 22,9% jawaban nasabah yang menilai Sangat. Hal ini karena nasabah menganggap biaya yang mereka keluarkan sangat sesuai dalam Bank memelihara barang gadai milik nasabah. Karena barang gadai milik nasabah tersebut merupakan emas yang mungkin merupakan benda berharga seperti mahar pernikahan ataupun cincin kawin yang tentu mereka tidak ingin barang berharga tersebut menjadi rusak ataupun hilang. Kemudian besaran sewa/ijarah yang harus dibayar nasabah di awal masa pembiayaan sebagai biaya pemeliharaan barang gadai juga sesuai dengan pendapat para ulama Syafi iyah dan Hanabilah yang berpendapat bahwa biaya pemeliharaan barang gadai menjadi tanggungan penggadai dengan alasan bahwa barang tersebut berasal dari penggadai dan tetap merupakan miliknya. 11 Melihat dari jawaban nasabah mengenai biaya pemeliharaan barang gadai yang dikenakan oleh Bank terdapat nilai tertinggi yaitu 30 dari jumlah nasabah yang peneliti jadikan sebagai sampel atau 42,8% dari jumlah persentase 100% yang menilai bahwa biaya pemeliharaan yang dikenakan Bank telah sesuai. 11 Hadi, Muhammad Solikhul, Op.Cit., hlm. 148

67 b. Pemeliharaan barang gadai Tabel 4.9 Jawaban Nasabah Terhadap Pemeliharaan Barang Gadai Persen Jawaban Frekuensi (%) 1 52 74,3 2 Sangat 18 25,7 Total Sumber: Data diolah, 2014. 70 100,0 Berdasarkan hasil jawaban nasabah terhadap kuesioner yang peneliti ajukan mengenai pemeliharaan barang gadai, terdapat 52 atau 74,3% nasabah yang menilai. Hal ini karena nasabah menilai Bank sangat memperhatikan barang gadai milik mereka. Agar barang yang digadaikan oleh nasabah tetap terpelihara dan mencegah barang mengalami kerusakan karena proses penyimpanan, pihak Bank tentunya melakukan pemeliharaan terhadap barang gadai tersebut. Adapun Bank Syariah Mandiri dalam melakukan pemeliharaan terhadap barang gadai (Buku Panduan Perusahaan, 2006:398) yaitu dengan menyimpannya pada kantung plastik jaminan yang diberi segel dan diletakkan didalam kotak penyimpanan yang terbuat dari baja sehingga aman dari hal-hal yang bisa menimbulkan kerusakan pada barang milik nasabah. 12 12 Mandiri Syariah, Bank, Op.Cit., hlm. 398

68 Kemudian terdapat 18 atau 25,7% nasabah yang menjawab Sangat. Karena nasabah menilai bahwa Bank sangat memperhatikan keamanan barang gadai milik nasabah yang sangat berharga bagi mereka. Selain menyimpan di dalam kantung plastik yang diberi segel dan diletakkan didalam kotak penyimpanan, Bank juga mengasuransikan barang gadaian nasabah tersebut kepada pihak asuransi. Jadi, nasabah yang telah menggadaikan emas miliknya tidak diliputi rasa khawatir terhadap barang berharga milik mereka karena Bank menyimpan dengan sangat aman barang tersebut. Melihat dari jawaban nasabah mengenai pemeliharaan barang gadai yang dilakukan oleh Bank terdapat nilai tertinggi yaitu 52 dari jumlah nasabah yang peneliti jadikan sebagai sampel atau 74,3% dari jumlah persentase 100% sehingga dapat dikatakan bahwa pemeliharaan barang gadai oleh Bank telah sesuai. 7. Pemanfaatan Barang Gadai Tabel 4.10 Jawaban Nasabah Terhadap Pemanfaatan Barang Gadai Jawaban Frekuensi Persen (%) 1 47 67,1 2 Sangat 23 32,9 Total Sumber: Data diolah, 2014. 70 100,0 Melihat jawaban nasabah terhadap kuesioner yang peneliti ajukan mengenai pemanfaatan barang gadai, terdapat 47 atau 67,1% nasabah yang menilai

69. Nasabah merasa khawatir terhadap kehilangan atau kerusakan emas yang dijadikan sebagai barang jaminan apabila Bank memanfaatkan barang gadai milik nasabah tersebut. Pelaksanaan gadai emas syariah yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri hanya sebatas transaksi gadai saja. Untuk pemanfaatan barang gadai ini, Bank tidak melakukannya. Kemudian terdapat 23 atau 32,9% nasabah yang menjawab Sangat. Hal ini karena nasabah menilai bahwa tindakan Bank telah benar dalam menangani barang gadai milik nasabah dengan tidak memanfaatkannya. Menurut Hadi (2003: 137), Pada dasarnya barang gadaian tidak boleh diambil manfaatnya baik oleh pemilik maupun oleh penerimanya. 13 Bank memiliki alasan kekhawatiran akan kehilangan dan kerusakan barang gadai milik Nasabah yang apabila terjadi akan membuat citra buruk bagi Bank. Bank hanya memberikan fasilitas pembiayaan kepada Nasabah atas barang yang digadaikan Nasabah dan Bank menarik biaya kepada Nasabah atas penyimpanan dan pemeliharaan barang gadai, di mana barang gadai (emas atau perhiasan) Nasabah tersebut ditempatkan di dalam kotak penyimpanan yang terbuat dari baja yang sebelumnya dibungkus dengan plastik segel. Melihat dari jawaban nasabah mengenai pemanfaatan barang gadai yang dilakukan oleh Bank terdapat nilai tertinggi yaitu 47 dari jumlah nasabah yang peneliti jadikan sebagai sampel atau 67,1% dari jumlah persentase 100% sehingga dapat dikatakan bahwa pemanfaatan barang gadai oleh Bank telah sesuai. 13 Hadi, Muhammad Solikhul, Op.Cit., hlm. 137

70 8. Kegiatan Pelelangan Menurut hasil wawancara peneliti dengan petugas gadai, Bank Syariah Mandiri yang telah menjalankan Gadai Emas Syariah dari tahun 2006 hingga sekarang, telah terjadi 3 kali kegiatan pelelangan. Hal ini karena ada nasabah yang tidak dapat mengembalikan pembiayaannya. Tabel 4.11 Jawaban Nasabah Terhadap Kegiatan Pelelangan Jawaban Frekuensi Persen (%) 1 57 81,4 2 Sangat 13 18,6 Total Sumber: Data diolah, 2014. 70 100,0 Berdasarkan hasil jawaban nasabah yang menilai bahwa kegiatan pelelangan yang dilakukan Bank telah yaitu 57 atau 81,4% nasabah dan Sangat yaitu 13 atau 18,6% nasabah. Adapun langkah-langkah Bank dalam melakukan kegiatan pelelangan tersebut sebagai berikut (Buku Panduan Perusahaan, 2006:436): 1. Minimal 1 (satu) hari sebelum penjualan barang jaminan, Penaksir bersama pejabat Bank harus melakukan penaksiran ulang guna menetapkan harga dasar penjualan dengan mengacu kepada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.

71 2. Bank menjual barang gadai sesuai harga pasar setempat dengan upah sebesar + 2% dari harga yang ditetapkan Bank. 3. Harga dasar penjualan sudah termasuk nilai pembiayaan nasabah dan biayabiaya yang mungkin timbul dalam proses penjualan barang jaminan. 4. Penaksir menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Penjualan Barang Jaminan kepada nasabah. 14 Apabila nasabah yang telah diberi kesempatan untuk memperpanjang pembiayaannya tetapi tidak dapat juga melunasi utangnya, maka pelunasannya dilakukan dengan cara penjualan barang jaminan (pelelangan). Pelelangan dilakukan untuk melunasi pembiayaan nasabah dalam hal nasabah tidak dapat melunasi pembiayaan hingga saat jatuh tempo dan Bank tidak memperpanjang pembiayaan tersebut. Terkait dengan penjualan barang jaminan ini, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain (Buku Panduan Perusahaan, 2006: 438): 1. Kelebihan/kekurangan hasil penjualan Apabila hasil penjualan lebih tinggi daripada harga dasar penjualan, maka sisa kelebihannya akan dikredit ke rekening nasabah atau diberikan secara tunai kepada nasabah. Apabila hasil penjualan lebih rendah daripada harga dasar penjualan, maka Bank tetap melakukan penagihan kepada nasabah terhadap sisa kekurangannya. 14 Mandiri Syariah, Bank, Op.Cit., hlm. 436

72 2. Sistem penjualan Sistem penjualan yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dengan cara memberi kesempatan nasabah untuk merekomendasi pembeli barang. Tetapi apabila nasabah tidak dapat merekomendasikannya, Bank mencari pembeli dan langsung bertransaksi tanpa melibatkan nasabah, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasabah yakni menjual barang jaminan pada harga yang wajar. 15 Terkait dengan proses eksekusi jaminan di Bank Syariah Mandiri, menurut nasabah telah memberi kemudahan kepada mereka dan Sangat dalam upaya penyelesaian kewajibannya sehingga nasabah bebas mencari pembeli yang tepat dengan harapan mendapatkan nilai maksimal dari hasil penjualan. Mengingat bisa jadi calon pembeli yang diajukan nasabah bisa memberikan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembeli yang dicari oleh Bank. Misalnya, calon pembeli dari keluarga, kerabat, teman kerja dan lain sebagainya. Berdasarkan hal diatas, bahwa proses pelelangan telah memenuhi teori mengenai kegiatan pelelangan. Melihat dari jawaban nasabah mengenai kegiatan pelelangan barang gadai yang dilakukan oleh Bank terdapat nilai tertinggi yaitu 57 dari jumlah nasabah yang peneliti jadikan sebagai sampel atau 81,4% dari jumlah persentase 100% sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan pelelangan barang gadai oleh Bank telah sesuai. 15 Mandiri Syariah, Bank, Op.Cit., 438