BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki banyak pulau dan di dalamnya terdapat daerah provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak. Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tempat pusat pemerintahan. Dahulunya pemerintahan pusat harus mengurusi

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun di bidang budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sebesar km². Dari total luas keseluruhan tersebut, sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung 1.1.1 Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung Sebagai daerah yang tengah mengembangkan pariwisatanya, Kabupaten Bandung dapat diklasifikasikan sebagai destinasi pariwisata. Menurut Perda Kabupaten Bandung No. 6 Tahun 2006 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Bandung Tahun 2006 Sampai Dengan Tahun 2016, objek dan daya tarik wisata di Kabupaten Bandung terdiri dari ODTW situ (danau), waduk/bendungan, curug, kawah, bumi perkemahan, perkebunan dan agro wisata. Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa Kabupaten Bandung memiliki potensi daya tarik wisata dan pajak daerah sektor pariwisata yang cukup baik. 1.1.2 Sarana Prasarana Penunjang Pariwisata Kabupaten Bandung Dikaitkan dengan kegiatan pariwisata yang terdapat di Kabupaten Bandung, maka ketersediaan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan pariwisata di Kabupaten Bandung antara lain: a. Hotel Hotel yang terdapat di Kabupaten Bandung mayoritas terdiri dari hotel melati dan minoritas hotel berbintang. b. Restoran/Rumah makan Terdapat kegiatan jasa yang bergerak dalam bidang kuliner yang menunjang potensi pariwisata alam dan budaya Kabupaten Bandung. c. Sistem Transportasi 1

Transportasi di Kabupaten Bandung menggunakan sistem transportasi jalan raya, seperti angkutan umum, bus, dan jasa transportasi tradisional seperti becak dan delman. 1.2 Gambaran Umum Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Daerah Kabupaten Bandung Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung merupakan salah satu instansi pemerintah yang berfungsi melaksanakan pengelolaan pendapatan dan keuangan daerah baik selaku Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun selaku Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Sebagai salah satu organisasi perangkat daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 Tahun 2007 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 23 Tahun 2012 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung dan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, DPPK berkewajiban menyusun laporan kinerja secara periodik untuk mengkomunikasikan capaian kinerja DPPK dalam satu tahun anggaran, dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran serta menjelaskan keberhasilan atau kegagalan tingkat pencapaian yang direncanakan. 1.2.1 Tugas dan Wewenang Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung Berdasarkan pasal 29 peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 23 Tahun 2012, DPPK Kabupaten Bandung mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang pengelolaan pendapatan dan keuangan yang meliputi Pendapatan I, Pendapatan 2

II, Anggaran, Perbendaharaan dan Akuntansi serta melaksanakan ketatausahaan dinas. Kewenangan DPPK Kabupaten Bandung selaku SKPKD mengacu kepada peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan keuangan, memiliki tugas antara lain: a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah; b. Menyusun Rancangan APBD dan Rancangan Perubahan APBD; c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah; d. Melaksanakan fungsi BUD; e. Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; f. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Bupati. 1.3 Latar Belakang Penelitian Kabupaten Bandung adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Kabupaten Bandung termasyur karena tanahnya yang subur di daerah gunung-gunung dan kaya akan sumber air. Oleh karena kekayaan alamnya, Kabupaten Bandung memiliki daya tarik wisata yang cukup besar di Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu penunjang pertumbuhan perekonomian daerah. Berdasarkan data statistik Jawa Barat Dalam Angka 2010, tercatat bahwa Kabupaten merupakan peringkat ke-6 dalam potensi objek dan daya tarik wisata dengan jumlah 34 objek wisata. Bahkan saat ini tercatat bahwa objek wisata di Kabupaten Bandung menjadi 36 objek wisata. (bandungkab.go.id) 3

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam Pasal 15 ayat (1) menjelaskan tentang hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah meliputi pemberian sumber-sumber keuangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, pengalokasian dana perimbangan kepada daerah dan pemberian pinjaman atau hibah kepada daerah. Dengan diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tanggal 1 Januari 2001, pemerintah menetapkan UU Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti UU Nomor 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 sebagai pengganti UU Nomor 25 tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat Dan Daerah, yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan otonomi daerah di negara Indonesia. Pembentukan daerah otonom dimaksudkan untuk memungkinkan daerah bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri serta meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan, maka untuk kelancaran roda pemerintahan sangat tergantung kepada kemampuan daerah untuk menggali serta memanfaatkan segala potensi sebagai sumber keuangan yang ada didaerahnya. Peranan Pendapatan Daerah sangat penting karena merupakan faktor-faktor yang menentukan volume, kekuatan, dan kemampuan keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah. Sesuai dengan pasal 157 UU Nomor 32 Tahun 2004 dan pasal 5 UU Nomor 33 Tahun 2004, ditetapkan bahwa sumber-sumber pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi adalah: a. Pendapatan Asli Daerah 1) Hasil Pajak Daerah 2) Hasil Retribusi Daerah 3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4

4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah b. Dana Perimbangan c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Berdasarkan uraian tersebut diatas maka Pajak Daerah di Kabupaten Bandung merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, karena pendanaan dan pembiayaan yang dipungut dari sektor pajak sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung. Pajak Daerah pada umumnya merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Pembangunan Daerah. Berikut ini tabel persentase Target dan Realisasi Pajak Daerah Kabupaten Bandung: Tabel 1.1 Persentase antara Target dan Realisasi Pajak Daerah di Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2007-2013 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%) 2007 123.209.780.000 137.630.987.490 111,70 2008 128.780.110.000 142.410.617.500 110,58 2009 133.570.915.400 149.271.649.974 111,75 2010 151.719.639.000 158.658.826.439 104,57 2011 152.467.266.000 165.054.791.409 108,25 2012 159.885.000.000 186.141.858.448 116,42 2013 243.777.364.885 287.766.327.300 118,04 Sumber: DPPK Kab. Bandung 5

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa dalam kurun waktu tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 realisasi pajak daerah Kabupaten Bandung selalu melebihi target yang ditetapkan, hal ini menunjukkan bahwa pajak daerah Kabupaten Bandung memiliki potensi yang baik. Pada tahun 2009, suatu sumber mengatakan bahwa raihan pajak daerah di Kabupaten Bandung pada 2008 lalu, mengalami kenaikan sekitar Rp 4,78 milyar. Padahal target sebelumnya untuk pajak daerah sekitar Rp 128,78 milyar. Dengan adanya kenaikan tersebut, pajak daerah tetap menjadi sektor yang paling besar dalam memberikan kontribusi kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pajak daerah tersebut terdiri atas pajak hotel dan restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, dan lainnya. Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemerintah Kabupaten Bandung, Edi Sujadi Santana mengatakan, untuk PAD Kabupaten Bandung, pajak daerah memberikan kontribusi sekitar 35,71%. "Untuk pajak daerah, mengalami kenaikan. Pajak daerah sendiri berasal dari pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, reklame, penerangan jalan, parkir, dan lainnya," jelas Edi. Selain dari pajak daerah, lanjutnya, PAD juga didapat dari retribusi daerah sebesar Rp 36.067.479.245 dan dari hasil pengolahan kekayaan daerah sebesar Rp 356.740.880.462. Sedangkan kontribusi terkecil PAD, berasal dari lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebesar Rp21.264.507.860,38. Dengan adanya kenaikan PAD ini, tutur Edi, APBD 2008 mengalami kenaikan dari Rp 1.467.678.537.174,08 menjadi Rp 1.449.923.875.386.00. Melihat hal tersebut, PAD mampu memberikan kontribusi sebesar Rp 144.660,409.277,08 dan melebihi target asal sebesar Rp 139.548.784.293,38. (bandungkab.go.id) Selanjutnya pada tahun 2012, sumber lain mengatakan bahwa selama 2012 total PAD Kabupaten Bandung mencapai Rp 368,1 milyar. Pendapatan tersebut berasal dari pajak, retribusi daerah, dan pajak penerangan jalan umum. Angka ini lebih besar 6

dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 275 milyar. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Daerah (DPPKD) Kabupaten Bandung, Siti Nuraini Alimah mengatakan, ada empat item PAD, yaitu pajak daerah, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan PAD lain-lain. Pajak Daerah paling besar, mencapai Rp 213 milyar. Sedangkan yang kedua dari retribusi sebesar Rp 50,6 milyar, ungkapnya. (jabar.tribunnews.com, Namun, meski penerimaan 2 januari PAD 2013) khususnya pajak daerah terus meningkat setiap tahun, masih terdapat sejumlah hotel di Kabupaten Bandung diketahui menunggak pajak. Ketidakpatuhan para pengusaha tersebut berlangsung sejak 2010 silam. Kepala Bidang (Kabid) Pendapatan DPPKD, Hasanudin mengatakan, hingga detik ini pemilik hotel masih belum mengindikasikan akan menunaikan kewajibannya. Memang banyak hotel yang masih menunggak pajak. Padahal pajak daerah merupakan salah satu sumber atau penyumbang terbesar PAD, ungkapnya. Hasanudin menyebutkan pajak daerah tersebut berasal dari delapan pos pajak yakni pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, mineral bukan logam dan batuan, parkir serta pajak air tanah. Dari delapan pos pajak daerah tersebut, pajak hotel termasuk salah satu pos pajak daerah yang menyumbang PAD cukup besar. Tahun 2012 lalu, pajak hotel mampu menyumbang ke kas daerah Kabupaten Bandung sebesar Rp 4 milyar dari rencana target sebesar Rp 3,7 milyar. Akan tetapi, meski target capaian dapat terealisasi, ternyata masih banyak hotel yang belum melunasi kewajibannya membayar pajak. Berdasarkan catatan dari DPPKD, tunggakan pajak hotel yang masih belum tertagih hingga saat ini mencapai hampir Rp 250 juta. Jumlah tersebut merupakan akumulasi jumlah tunggakan para pemilik hotel sejak 2010 hingga Desember 2012. Selain pajak hotel, pos pajak daerah lainnya yaitu pajak restoran juga belum seluruhnya tertagih. Puluhan restoran dan rumah makan di Kabupaten Bandung diketahui masih menunggak pajak. Nilainya juga mencapai ratusan juta rupiah. Selain dari kurangnya kesadaran para wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya yakni 7

membayar pajak, pihaknya juga menghadapi sejumlah kendala sehingga jumlah tunggakan pajak daerah mencapai ratusan juta rupiah. Salah satu kendala yang dihadapi DPPKD, menurut Hasanudin, yakni minimnya petugas lapangan yang menagih pajak. "Kami hanya memiliki delapan orang petugas sehingga tidak semua wajib pajak tercover," ujarnya. (jabar.tribunnews.com) Adapun jenis Pajak Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan PP Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, adalah: 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 7. Pajak Parkir Dari beberapa jenis Pajak Daerah pada sektor pariwisata, yang mengalami peningkatan dalam perkembangan setiap tahunnya adalah Pajak Hotel (Lihat Tabel 1.4). Peningkatan ini ditunjang dengan adanya beragam kawasan pariwisata yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung, seperti kawasan pariwisata terpadu dan olahraga, alam, budaya, dan agro. Adapun keterkaitan antara sektor pariwisata dan sektor perpajakan, yakni bahwa didalam sektor pariwisata terdapat sarana penunjang wisata yaitu objek wisata, hotel, restoran, dan keanekaragaman seni dan budaya. Dari setiap penggunaan sarana wisata tersebut dikenakan pajak kepada para penggunanya. Dengan demikian, semakin banyak masyarakat yang melakukan kegiatan pariwisata di Kabupaten Bandung, maka 8

semakin besar pula potensi pendapatan bagi sektor pajak. Berikut adalah tabel jumlah wisatawan Kabupaten Bandung. Tabel 1.2 Jumlah Wisatawan di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2013 Tahun Jumlah Wisatawan 2007 3.340.875 2008 4.306.602 2009 5.458.218 2010 6.069.539 2011 6.258.843 2012 6.645.569 2013 7.080.627 Sumber: RPJMD Kab. Bandung Tahun 2010-2015 Dikarenakan alasan tersebut, Kabupaten Bandung memiliki fasilitas penunjang pariwisata terutama hotel. Ketersediaan hotel pada Kabupaten Bandung menunjukkan tingkat daya tarik investasi Kabupaten Bandung. Banyaknya hotel dapat menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi Kabupaten Bandung dan peluang-peluang yang ditimbulkannya. Setiap balas jasa yang diberikan oleh konsumen kepada hotel, tentunya akan mendatangkan penghasilan bagi pemerintah Kabupaten Bandung dalam bentuk Pajak Daerah. Gambaran umum kondisi Kabupaten Bandung terkait dengan ketersediaan hotel salah satunya dapat dilihat dari jumlah hotel yang mengalami 9

peningkatan khususnya pada tahun 2011 hingga tahun 2013, seperti yang terlihat dari tabel berikut: Tabel 1.3 Jumlah Hotel di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2013 Tahun Jumlah Hotel Melati Jumlah Kamar Hotel Melati Jumlah Hotel Bintang Jumlah Kamar Hotel Bintang 2007 27 357 2 81 2008 27 366 2 94 2009 32 391 2 94 2010 35 420 2 94 2011 38 564 3 100 2012 38 564 3 100 2013 40 656 3 100 Sumber: disparbud.jabarprov.go.id. Menurut penelitian yang dilakukan Nugraha dan Triantoro (2004:379), kontribusi pajak daerah terhadap PAD kota Bandung telah melebihi 50%, dimana kontribusi terbesar berasal dari Pajak Hotel dan Restoran (PHR), akan tetapi persentase perolehannya masih fluktuatif. Hal ini juga terjadi dalam lingkup kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kabupaten Bandung, seperti yang terlihat pada tabel berikut: 10

Tabel 1.4 Kontribusi Pajak Daerah Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2007-2013 Jenis Pajak Daerah 2007 2008 2009 2010 Realisasi Kontri Realisasi Kontri Realisasi Kontri Realisasi (Rp) busi (Rp) busi (Rp) busi (Rp) Kontri busi Pajak Hotel 2.016.932. 701 1,47% 2.501.837. 102 1,76% 2.894.733. 011 1,94% 2.018.473. 891 1.27% Pajak Restoran 5.910.799. 800 4,29% 6.021.292. 301 4,23% 5.823.722. 900 3,90% 6.253.301. 724 3.94% Pajak Hiburan 595.110.820 0,43% 627.131.081 0,44% 658.901.740 0,44% 794.123.301 0.50% Pajak Reklame 1.858.701. 200 1,35% 1.901.293. 340 1,34% 2.403.855. 604 1,61% 2.372.114. 450 1.50% Pajak Penerangan Jalan & Genset 63.810.276. 783 46,36 % 60.996.226. 407 42,83 % 64.754.973. 250 43,38 % 68.321.015. 590 43.06 % Pajak Parkir 98.194.706 0,07% 77.347.290 0,05% 83.504.232 0,06% 179.417.975 0.11% Pajak Pengambilan Air Tanah Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Total 1.894.603. 511 1,38% 1.925.501. 711 1,35% 2.051.336. 624 1,37% 2.724.350. 907 1.72% 83.852.344 0,06% 67.247.135 0,05% 85.720.813 0,06% 120.645.570 0.08% 61.362.515. 625 137.630.987.490 44,58 % 100% 68.292.741. 133 142.410.617.500 47,95 % 70.514.901. 800 100% 149.271.649.974 47,24 % 100% 75.875.383. 031 158.658.826.439 47.82 % 100% bersambung 11

Tabel 1.4 (sambungan) Jenis Pajak Daerah 2011 2012 2013 Realisasi Kontri Realisasi Kontri Realisasi (Rp) busi (Rp) busi (Rp) Kontri Busi Pajak Hotel 2.141.335.427 1,37% 2.311.227.053 1,24% 2.400.777.599 0,83% Pajak Restoran 4.573.789.261 2,92% 6.894.597.594 3,70% 7.823.365.492 2,72% Pajak Hiburan 647.603.927 0,41% 706.313.905 0.38% 1.142.433.048 0,40% Pajak Reklame 1.616.090.321 1,03% 2.712.275.886 1.46% 2.770.273.862 0,96% Pajak Penerangan Jalan & Genset 66.946.622.459 42,71% 83.975.194.771 45.11% 96.023.473.031 33,37% Pajak Parkir 303.398.588 0,19% 453.376.485 0.24% 381.466.950 0,13% Pajak Pengambilan Air Tanah Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan 3.546.648.418 2,26% 3.751.205.768 2.02% 3.982.794.379 1,38% 126.923.432 0,08% 192.014.591 0.10% 222.557.970 0,08% 76.847.364.885 49,03% 85.145.652.395 45.74% 105.966.456.312 36,82% - - - - 67.052.728.657 23,30% Total 156.749.776.718 100% 186.141.858.448 100% 287.766.327.200 100% Sumber: DPPK Kab. Bandung (data diolah) 12

Dalam melaksanakan pemungutan pajak hotel, petugas Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung berorientasi pada target yang telah disusun sebelumnya. Target ini telah dibuat perbulan, dengan berdasarkan pada penerimaan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Berikut ini data realisasi penerimaan pajak hotel yang mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2013. Tabel 1.5 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2013 Tahun Target Realisasi 2007 780.000.000 2.016.932.701 2008 910.000.000 2.501.837.102 2009 1.135.000.000 2.894.733.011 2010 1.400.000.000 2.018.473.891 2011 1.550.000.000 2.141.335.427 2012 1.800.000.000 2.311.227.053 2013 2.150.000.000 2.400.777.599 Sumber: DPPK Kab. Bandung Dalam tabel 1.5 terlihat bahwa target yang telah dibuat selalu melebihi yang telah ditentukan. Ini berarti secara umum tingkat efektivitas pemungutannya baik, akan tetapi tingkat efektivitas ini akan kembali dipertanyakan jika pada kenyataannya realisasi penerimaan pajak hotel masih di bawah potensi yang sebenarnya. Dalam Penelitian Jaya dan Retnaningtyas (2013: 112) menyatakan besar potensi pajak hotel di Surabaya tahun 2010 adalah sebesar Rp. 108.978.172.016,08 dan pada tahun 2011 sebesar Rp 120.515.770.836,339 dan realisasi penerimaan pajak hotel berbintang di 13

surabaya belum efektif karena terdapat perbedaan yang signifikan antar potensi dengan realisasinya. Hasil penelitian yang dilakukan Hidayat (2010) menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari efektivitas pemungutan pajak hotel secara simultan terhadap penerimaan pajak daerah. Sedangkan secara parsial, efektivitas penerimaan pajak daerah lebih dipengaruhi oleh kontribusi dari efektivitas pemungutan pajak hotel. Mengingat pentingnya Penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Bandung, maka penulis berpendapat untuk mengukur seberapa besar pengaruh dari kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatkan efektivitas dan mengoptimalkan potensi pajak hotel terhadap penerimaan Pajak Daerah, maka penulis merasa perlu untuk meneliti mengenai Potensi Pajak Hotel, Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel, dan Upaya Pajak (Tax Effort) Hotel terhadap Penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Bandung. Maka peneliti mengambil judul: ANALISIS POTENSI, EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN DAN UPAYA PAJAK (TAX EFFORT) HOTEL TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2007-2013) 1.4 Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Bandung pada tahun 2007 sampai tahun 2013? 2. Bagaimana Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel di Kabupaten Bandung pada tahun 2007 sampai tahun 2013? 3. Bagaimana Upaya Pajak (Tax Effort) Hotel di Kabupaten Bandung pada tahun 2007 sampai tahun 2013? 14

4. Bagaimana Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Bandung pada tahun 2007 sampai tahun 2013? 5. Bagaimana pengaruh secara parsial: a) Apakah terdapat pengaruh antara Potensi Pajak Hotel dengan Penerimaan Pajak Daerah? b) Apakah terdapat pengaruh antara Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel dengan Penerimaan Pajak Daerah? c) Apakah terdapat pengaruh antara Upaya Pajak (Tax Effort) Hotel dengan Penerimaan Pajak Daerah? 6. Apakah Potensi Pajak Hotel, Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel, dan Upaya Pajak (Tax Effort) Hotel berpengaruh secara simultan terhadap penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Bandung? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Potensi Pajak Hotel di Kabupaten Bandung pada tahun 2007 sampai tahun 2013. 2. Untuk mengetahui Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel di Kabupaten Bandung pada tahun 2007 sampai tahun 2013. 3. Untuk mengetahui Upaya Pajak (Tax Effort) Hotel di Kabupaten Bandung pada tahun 2007 sampai tahun 2013. 4. Untuk mengetahui Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Bandung pada tahun 2007 sampai tahun 2013. 5. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial: a) Untuk mengetahui pengaruh antara Potensi Pajak Hotel dengan penerimaan Pajak Daerah. 15

b) Untuk mengetahui pengaruh antara Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel dengan penerimaan Pajak Daerah. c) Untuk mengetahui pengaruh antara Upaya Pajak (Tax Effort) Hotel dengan penerimaan Pajak Daerah. 6. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan Potensi Pajak Hotel, Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel, dan Upaya Pajak (Tax Effort) Hotel berpengaruh secara simultan terhadap penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Bandung. 1.6 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dua aspek, yaitu aspek akademis dan praktis: 1.6.1 Kegunaan Akademis 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai Potensi Pajak Hotel, Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel, dan Upaya Pajak (Tax Effort) Hotel serta pengaruhnya terhadap Penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Bandung. 2. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya pada bidang kajian yang sama. 3. Instansi Terkait Diharapkan dapat memberi masukan perbaikan, dan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan informasi bagi pihak-pihak yang terkait. 1.6.2 Kegunaan Praktis Diharapkan dapat dijadikan tambahan informasi yang berguna bagi Pengetahuan Potensi Pajak Hotel, Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel, dan 16

Upaya Pajak (Tax Effort) Hotel untuk perkembangan yang lebih baik kedepannya. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang diuraikan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab pendahuluan berisi gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Dan Lingkup Penelitian Bab tinjauan dan lingkup penelitian berisi rangkuman teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian. BAB III Metode Penelitian Bab metode penelitian berisi tentang jenis penelitian, variabel operasional penelitian, tahapan penelitian, penentuan populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan Bab hasil penelitian dan pembahasan menguraikan keadaan yang diteliti, analisis dan hipotesis, dan pembahasan mengenai pengaruh variable independen terhadap variabel dependen. BAB V Kesimpulan Dan Saran Bab kesimpulan dan saran berisi tentang penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis penelitian dan saran kongkrit yang berpengaruh dalam aspek praktis dan tujuan pengembangan ilmu. 17