BAB III LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
VARIASI TANAH LEMPUNG, TANAH LANAU DAN PASIR SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATU BATA. Elianora*), M. Shalahuddin, Aljirzaid

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Bahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

BAB III LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro.

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer).

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

Dosen Pembimbing II Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU SEBAGAI BAHAN CAMPURAN UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT FISIK DAN MEKANIS BATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung lunak (soft cly) 2 Abu sekam padi diperoleh dari pembakaran sekam padi.

BARtl TINJAUAN PUSTAKA. Teknologi beton terns berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI T ). Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat isi kg/m 2

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi,

BAB V HASIL PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN KERTAS KORAN BEKAS PADA CAMPURAN BATAKO SEMEN PORTLAND TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR

Bata beton untuk pasangan dinding

SIFAT - SIFAT MORTAR DARI PASIR MERAUKE DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA. Daud Andang Pasalli, ST., M.Eng

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat beton itu. Departemen Pekerjaan Umum 1989-(SNI ). Batako terdiri dari beberapa jenis batako:

III. METODE PENELITIAN. 1 Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lanau yang berasal dari. Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur

Berat Tertahan (gram)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Naskah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

3.4.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Error! Bookmark not defined Kadar Lumpur dalam Agregat... Error!

penelitian yang diuraikan secara sistematis termasuk metode yang dipakai.

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah berbutir halus dari Yoso Mulyo,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH SEMINAR JURUSAN TEKNIK SIPIL, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Spesifikasi abu terbang dan pozolan lainnya untuk digunakan dengan kapur

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI A. Batu Bata Batu bata merupakan salah satu bahan untuk pembuatan dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerahmerahan. Definisi batu bata menurut SNI-2094-1991 merupakan unsur bahan bangunan yang digunakan untuk pembuatan konstruksi bangunan, dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar pada suhu yang cukup tinggi hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. Proses pembuatan batu bata dilakukan melalui beberapa tahap. 1. Cara pembuatan batu bata. Cara pembuatan batu bata melalui beberapa tahapan, meliputi penggalian bahan mentah, pengolahan bahan, pembentukan, pengeringan, pembakaran, pendinginan, dan pemilihan (seleksi), adapun tahapan-tahapan pembuatan batu bata, yaitu sebagai berikut. (Suwardono, 2002). a. Penggalian bahan mentah. Penggalian bahan mentah batu bata merah sebaiknya dicarikan tanah yang tidak terlalu plastis, melainkan tanah yang mengandung sedikit pasir untuk menghindari penyusutan. Penggalian dilakukan pada tanah lapisan paling atas kira-kira setebal 40-50 cm, sebelumnya tanah dibersihkan dari akar pohon, plastik, daun, dan sebagainya agar tidak ikut terbawa. Kemudian menggali sampai ke bawah sedalam 1,5-2,5 meter atau tergantung kondisi tanah. Tanah yang sudah digali dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang terlindungi. Semakin lama tanah liat disimpan, maka akan semakin baik karena menjadi lapuk. Tahap tersebut dimaksudkan untuk membusukkan organisme yang ada dalam tanah liat. 20

21 b. Pengolahan bahan mentah. Tanah liat sebelum dibuat batu bata merah harus dicampur secara merata yang disebut dengan pekerjaan pelumatan dengan menambahkan sedikit air. Air yang digunakan dalam proses pembuatan batu bata harus air bersih, air harus tidak sadah tidak mengandung garam yang larut di dalam air, seperti garam dapur, air yang digunakan kira-kira 20% dari bahan-bahan yang lainnya, pelumatan bisa dilakukan dengan kaki atau diaduk dengan tangan. Bahan campuran yang ditambahkan pada saat pengolahan harus benar-benar menyatu dengan tanah liat secara merata. Bahan mentah yang sudah jadi ini sebelum di bentuk dengan cetakan, terlebih dahulu dibiarkan selama 2 sampai 3 hari dengan tujuan memberi kesempatan partikel-partikel tanah liat untuk menyerap air agar menjadi lebih stabil, sehingga apabila dibentuk akan terjadi penyusutan yang merata. c. Pembentukan batu bata. Bahan mentah yang telah dibiarkan 2-3 hari dan sudah mempunyai sifat plastisitas sesuai rencana, kemudian dibentuk dengan alat cetak yang terbuat dari kayu atau kaca sesuai ukuran standar SNI S-04-1989-F atau SII-0021-78. Agar tanah liat tidak menempel pada cetakan, maka cetakan kayu atau kaca tersebut dibasahi air terlebih dahulu. Lantai dasar pencetakan batu bata merah permukaannya harus rata dan ditaburi abu. Langkah awal pencetakan batu bata yaitu letakkan cetakan pada lantai dasar pencetakan, kemudian tanah liat yang telah siap ditaruh pada bingkai cetakan dengan tangan sambil ditekan-tekan sampai tanah liat memenuhi segala sudut ruangan pada bingkai cetakan, selanjutnya cetakan diangkat dan batu bata mentah hasil dari cetakan dibiarkan begitu saja agar terkena sinar matahari. Batu bata mentah tersebut kemudian dikumpulkan pada tempat yang terlindung untuk diangin-anginkan.

22 d. Pengeringan batu bata merah. Proses pengeringan batu bata akan lebih baik bila berlangsung secara bertahap agar panas dari sinar matahari tidak jatuh secara langsung, maka perlu dipasang penutup plastik. Apabila proses pengeringan terlalu cepat dalam artinya panas sinar matahari terlalu menyengat akan mengakibatkan retakan-retakan pada batu bata nantinya. Batu bata yang sudah berumur satu hari dari masa pencetakan kemudian dibalik. Setelah cukup kering, batu bata tersebut ditumpuk menyilang satu sama lain agar terkena angin. Proses pengeringan batu bata memerlukan waktu dua hari jika kondisi cuacanya baik. Sedangkan pada kondisi udara lembab, maka proses pengeringan batu bata sekurang-kurangnya satu minggu. e. Pembakaran batu bata. Pembakaran yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk mencapai suhu yang diinginkan, melainkan juga memperhatikan kecepatan pembakaran untuk mencapai suhu tersebut serta kecepatan untuk mencapai pendinginan. Selama proses pembakaran terjadi perubahan fisika dan kimia serta mineralogy dari tanah liat tersebut. Proses pembakaran batu bata berjalan seimbang dengan kenaikan suhu dan kecepatan suhu, ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu: (Suwardono, 2002). 1) Tahap pertama adalah penguapan (pengeringan), yaitu pengeluaran air pembentuk, terjadi hingga temperatur kira-kira 120 C. 2) Tahap oksidasi, terjadi pembakaran sisa-sisa tumbuhan (karbon) yang terdapat di dalam tanah liat. Proses ini berlangsung pada temperatur 650 C-800 C. 3) Tahap pembakaran penuh. Batu bata dibakar hingga matang dan terjadi proses sintering hingga menjadi bata padat.

23 Temperatur matang bervariasi antara 920 C-1020 C tergantung pada sifat tanah liat yang dipakai. 4) Tahap penahanan. Tahap ini terjadi penahanan temperatur selama 1-2 jam, pada tahap 1, 2 dan 3 kenaikan temperatur harus perlahan-lahan, agar tidak terjadi kerugian pada batanya. Antara lain: pecah-pecah, noda hitam pada bata, pengembangan, dan lain-lain. 2. Bahan penyusun batu bata. Bahan penyusun batu bata ada beberapa macam meliputi, tanah lempung, tanah lanau, pasir, dan air. Adapun bahan penyusun batu bata, yaitu sebagi berikut; (Elianora, 2010). a. Tanah lempung. Tanah lempung adalah material dasar dalam pembuatan batu bata jenis bakar dan jemuran. Tanah lempung yang diolah tersebut berasal dari pelapukan batu-batuan seperti basal, andasit, granit dan lainnya yang banyak mengandung felsfar, felsfar merupakan senyawa dari silika-kalsium-aluminium, silikatnatrium-aluminium, silikat-kalsiumaluminium. Pemanfaatan tanah lempung untuk pembuatan batu bata, dibutuhkan beberapa syarat sebagai berikut ini. 1) Tanah lempung yang digunakan harus memenuhi sifat plastis dan kohesif sehingga dapat mudah dibentuk. Lempung yang memiliki nilai plastis yang tinggi dapat menyebabkan batu bata yang dibentuk akan retak atau pecah saat dibakar. Lempung untuk bahan baku pembuatan batu bata harus mempunyai tingkat pelastisan plastis dan agak plastis, dari indeks keplastisannya, lempung untuk batu bata mempunyai tingkat keplastisan 25% - 30%. 2) Hasil pembakaran lempung harus menunjukkan sifat-sifat tahan terhadap rembesan air, tidak lapuk oleh waktu dan merah warnanya.

24 3) Lempung yang kurang kadar besinya akan pucat warnanya. Kadar besi 5% - 9% dalam lempung menghasilkan warna merah pada bata yang sudah dibakar. 4) Tidak boleh mengandung butiran kapur dan kerikil lebih besar dari 5 mm. b. Tanah Lanau (silts). Tanah lanau (silts) sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis (berukuran sangat kecil) dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz yang sangat halus, dan jumlah partikel berbentuk lempengan-lempengan pipih yang merupakan pecahan dari mineral mika. Mempunyai ukuran kurang dari 0,075 dan dinamakan lanau apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas (plasticity index, PI ) sebesar 10 atau kurang menurut sistem klasifikasi AASHTO. c. Pasir. Pasir merupakan suatu partikel-partikel yang lebih kecil dari kerikil dan lebih besar dari butiran lempung yang berukuran antara 5 0.074 mm (bowles,1986) yang bersifat tidak plastis dan tidak kohesif. Pembuatan batu bata bakar dan jemuran, biasanya digunakan tanah lempung yang mengandung pasir yang disebut juga tanah lempung berpasir atau didatangkan dari tempat lain. Keberadaan pasir sangat dibutuhkan sebagai material tambahan untuk mengurangi keplastisan tanah lempung dan penyusutan batu bata. Namun biasanya kadar pasir halus dapat menyebabkan batu bata yang di bakar akan retak atau pecah. d. Air. Air merupakan bahan yang sangat penting dalam proses reaksi pengikatan material-material yang digunakan untuk pembuatan batu bata. Agar batu bata mudah dicetak, perlu adanya

25 penambahan kadar air pada kadar tentu sesuai jenis batu bata yang diproduksi. Biasanya dalam pembuatan batu bata lempung, penambahan kadar air ditandai dengan tidak terjadi penempelan tanah lempung pada telapak tangan. Disamping itu perlunya pemeriksaan visual lebih dahulu terhadap air yang digunakan seperti syarat air tawar, berwarna bening, tidak mengandung minyak, garam, asam, alkali, tidak mengandung banyak sampah, kotoran dan bahan organik lainya. B. Sifat Fisik Batu Bata Sifat fisik batu bata adalah sifat fisik yang dilakukan tanpa merubah bentuk atau tanpa pemberian beban kepada batu bata itu sendiri. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan standar yang baku, pengujian ini dilakukan dengan mengambil sampel 10 tempat penjual batu bata, setiap tempat mengambil 15 buah batu bata secara acak. Adapun syarat-syarat batu bata dalam SNI 15-2094-2000 sebagai berikut ini. 1. Sifat tampak. Batu bata untuk pasangan dinding harus berbntuk prisma segi empat panjang, warna, mempunyai rusuk-rusuk yang siku, bidang-bidang datar yang rata dan tidak menunjukkan retak. 2. Dimensi atau ukuran batu bata. Batu bata mempunyai banyak variasinya. Ukuran batu bata yang telah diizinkan dalam peraturan SNI 15-2094-2000 dapat dilihat pada Tabel 3.1. Pemeriksaan ini merupakan pengukuran pada batu bata dengan menggunakan jangka sorong. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan 15 sampel bata yang diambil secara acak. Bertujuan untuk mengetahui ketegori batu bata sesuai peraturan yang berlaku apa tidak.

26 Tabel 3.1 Ukuran batu bata Modul Tebal (mm) Lebar (mm) Panjang(mm) M-5a 65±2 90±3 190±4 M-5b 65±2 100±3 190±4 M-6a 52±3 110±4 230±4 M-6b 55±3 110±6 230±5 M-6c 70±3 110±6 230±5 M-6d 80±3 110±6 230±5 Sumber : SNI-15-2094-2000 3. Garam yang dapat membahayakan. SNI 15-2094-1991 tentang cara pengujian kandungan garam digunakan tidak kurang dari 5 buah bata utuh. Tiap bata ditempatkan berdiri pada bidang datar, dalam masing-masing bejana dituangakan air suling ± 250 ml. Bejana-bejana beserta benda-benda uji dibiarkan dalam ruang yang mempunyai penggantian udara yang baik. Bila sudah beberapa hari air telah siap dan bata dibiarkan lagi hingga kering. Kemudian bata-bata diperiksa tentang pengeluaran bungabunga putih pada permukaanya. Hasil penglihatan dinyatakan sebagai berikut ini. a. Tidak membahayakan. Bila kurang dari 50% permukaan bata tertutupi oleh lapisan tipis berwarna putih, karena pengkristalan garam-garam yang dapat larut. b. Ada kemungkinan membahayakan. Bila 50% atau lebih dari permukaan bata tertutup oleh lapisan putih yang agak tebal karena pengkristalan garam-garam yang dapat larut, tetapi bagian-bagian dari permukaan bata tidak menjadi bubuk atau terlepas.

27 c. Membahayakan. Bila lebih dari 50% permukaan bata tertutup oleh lapisan putih yang tebal karena pengkristalan gram-garam yang dapat larut dan bagian-bagian dari permukaan bata menjadi bubuk atau terlepas. Bata dengan kandungan garam yang tinggi secara langsung akan berpengaruh pada lekatan antara bata dengan mortar pengisi, dimana dengan terganggunya lekatan antara bata dan mortar pengisi akan menurunkan kualitas batu bata. C. Sifat Mekanik Batu Bata Sifat mekanis batu bata adalah sifat yang ada pada batu bata jika dibebani atau dipengaruhi dengan perilaku tertentu Civil Engeneering Materials, berikut ini sifat mekanis pada batu bata. 1. Kerapatan semu (Apparent density). Standar yang disyaratkan pada SNI-15-2094-2000 adalah kerapatan semu minimum batu bata untuk pasangan dinding adalah 1,2 gram/cm 3. Kerapatan semu (Qsch) dapat dihitung sebagi berikut. Qsch = gram/cm 3 atau...(3.1) Qsch = x d w gram/cm 3.. (3.2) dengan: Md : Berat kering oven (gram). b : Berat di dalam air (gram). c : Berat setelah direndam (gram). Vsch : Volume batu bata (m 3 ). dw : Kerapatan (density) air 1,0. 2. Penyerapan air. Menurut (Nur, 2008) penyerapan air adalah kemampuan maksimum batu bata untuk menyimpan atau menyerap air atau lebih dikenal dengan batu bata yang jenuh air. Standar yang disyaratkan pada SNI- 15-2094-2000 adalah penyerapan air maksimum bata merah pejal untuk

28 pasangan dinding adalah 20%. Penyerapan air dapat dihitung sebagai berikut. Penyerapan = x 100%.... (3.3) dengan : A : Berat jenuh setelah direndam (gr). B : Berat setelah dioven (gr). 3. Kadar air. Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam batu bata dengan berat kering batu bata, dinyatakan dalam persentase. Kadar air (w) didefinisikan sebagai berikut. W = x 100%.......(3.4) dengan : Ww : Berat normal (gr). Ws : Berat kering (gr). 4. Berat Jenis. Berat jenis di definisikan sebagai massa per satuan volume. Didefinisikan sebagi berikut. Berat jenis (ρ) = = (gr/cm 3 )..(3.5) dengan : M : Massa normal (gr). V : Volume benda (cm 3 ). 5. Kuat tekan. Kuat tekan adalah kekuatan tekan maksimum yang dipikul dari pasangan batu bata. Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan mutu dan kelas kuat tekannya. Kuat tekan diperoleh dari hasil bagi beban tekan tertinggi dan luas bidang. Besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien variasi yang diizinkan untuk batu bata untuk pasangan dinding menurut SNI-15-2094-2000 dapat dilihat pada Tabel 3.2.

29 Tabel 3.2 Kuat tekan koefisien variasi untuk batu bata merah pejal untuk pasangan dinding. Kelas Kuat tekan rata-rata minimum dari 30 bata yang diuji kg/cm 2 (Mpa) Koefisien variasi dari kuat tekan rata-rata yang diuji % 50 50 (5) 22 100 100 (10) 15 150 150 (15) 15 Sumber: SNI-15-2094-2000 dengan demikian kuat tekan dapat dihitung dengan rumus. Kuat tekan (f) =.....(3.6) dengan : Pmax : Maksimum besaran gaya tekan (kg). A : luas penampang (cm 2 ). f : kuat tekan benda uji (kg/cm 2 ). 6. Modulus Elastisitas (ME). Modulus elastisitas pasangan batu bata biasanya didekati dari kekuatan tekanya dengan persamaan. E m = k.f m.(3.7) dengan : k : Konstanta yang ditentukan dari pengujian laboratorium. f m : Kuat tekan struktur pasangan bata (MPa). Beberapa persamaan modulus elastisitas ditunjukkan pada Tabel 3.3. Nilai pada Tabel 3.3 diperoleh dari kuat tekan batu bata yang lebih besar dari kuat tekan mortarnya.

30 Tabel 3.3 Beberapa nilai modulus elastisitas dari kuat tekan pasangan batu bata No Pustaka Modulus elastisitas dari kuat tekan pasangan batu bata 1 Paulay and Priestley, 1992 E m = 750 f m 2 FEMA 273, 1997 E m = 550 f m 3 Eurocode 6, 2001 E m = 1000 f m 4 ACI 530, 2005 E m = 700 f m 5 Kaushik, et al, 2007 E m = 550 f m Sumber : Wisnumurti 2013. 7. Initial Rate of Suction (IRS) dari Batu Bata. Initial Rate of Suction (IRS) adalah kemampuan dari batu bata dalam menyerap air pertama kali dalam satu menit pertama. Hal ini sangat berguna pada saat penentuan kadar air untuk mortar (Nur, 2008). Standar initial rate of suction (IRS) batu bata yang disyaratkan oleh ASTM C 67-03 adalah minimum 30 gr/mnt/193,55 cm 2. Persamaan yang digunakan dalam menghitung initial rate of suction (IRS) batu bata adalah IRS = (m 1 - m 2 ) K. (3.8) dengan : m 1 : Massa setelah direndam di air (gr). m 2 : Massa kering (gr). Karena IRS memiliki satuan gr/mnt/193,55 cm 2, maka harus dikalikan dengan suatu faktor, yaitu : K. (3.9) D. Mortar 1. Pengertian mortar. Mortar adalah campuran yang terdiri dari semen, pasir dan air yang memiliki persentase yang berbeda. Sebagai bahan pengikat, mortar harus mempunyai kekentalan yang standar, untuk mengetahui

31 seberapa besar kekuatan suatu mortar. Sampel berupa kubus mortar dengan dimensi 50 mm x 50 mm x 50 mm, dan diuji setelah berumur 28 hari dengan menggunakan uji tekan. Setiap mortar yang baik harus memiliki sifat-sifat adalah sebagai berikut (Tjokrodimuljo, 2007). a. Murah. b. tahan lama (awet). c. Mudah dikerjakan (diaduk, diangkut, dipasang, diratakan). d. Merekat dengan baik dengan bata merah, bata beton, batu, dan sebagainya. e. Cepat kering dan mengeras. f. Tahan terhadap rembesan air. g. Tidak timbul retak-retak setelah mengeras. Syarat baik atau tidaknya pasir digunakan dalam pembuatan mortar antara lain sebagai berikut (Mulyono, 2003). a. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm) maksimum 5 %. b. Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan mencampur agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3 %. Jika dibandingkan dengan warna standar/pembanding tidak lebih tua dari warna standar. c. Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding yang besaral dari pasir kwarsa bangka memberikan angka tidak lebih dari 2,20. Syarat-syarat untuk agregat halus yang di adopsi dari british standar dikelompokkan dalam empat daerah seperti pada Tabel 3.4.

32 Tabel 3.4 Batas gradasi agregat halus Lubang ayakan Presen berat butir yang lewat ayakan (mm) I II III IV 10 100 100 100 100 4,8 90 100 90 100 90 100 95 100 2,4 60 95 75 100 85 100 95 100 1,2 30 70 55 90 75 100 90 100 0,6 15 34 35 59 60 79 80 100 0,3 5 20 8 30 12 40 15 50 0,15 0 10 0 10 0 10 0 15 Sumber: Mulyono, 2003 2. Pengujian mortar a. Uji kelecakan (nilai sebar) Nilai sebar adalah ukuran kelacakan mortar yang diukur dengan meja sebar. Pengujian ini menggunakan alat meja sebar (flowtable) sesuai dengan ASTM 1958 C-230-57 dan BS 890-1972. Adukan mortar dimasukan kedalam bejana (kerucut dengan diameter bawah 100 mm, diameter atas 70 mm tinggi 50 mm) yang ditaruh di atas meja sebar (diameter 300 mm, tebal 20 mm) dapat dilihat pada Gambar 3.1. kemudian bejana diangkat lurus keatas. Periksa apakah adukan mortar berbentuk seperti kerucut dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2. Bila adukan berguguran maka perlu diulang, namun bila bentuknya baik maka langkah berikutnya yaitu penggetaran meja sebar siap dilakukan. Penggetaran meja sebar dilakukan dengan cara menaikkan meja sebar setinggi 12,5 mm (1/2 inci) lalu menjatuhkan berulang-ulang sebanyak 25 kali dalam waktu 15 detik, selanjutnya diukur lagi diameter dasar kerucut. nilai sebar ini diijinkan agar mortar tersebut dapat dikatakan memiliki kelecakan yang baik untuk

33 digunakan berkisar 70% - 115 %, semakin besar nilai sebar maka akan semakin encer adukan mortarnya. Nilai sebar = 100%...(3.10) dengan : do : lebar bejana bawah (mm) d1 : lebar sebaran terjauh (mm) do d1 Gambar 3.1 Mortar sebelum diuji Gambar 3.2 Mortar sesudah diuji b. Kuat tekan mortar Bahan campuran untuk mortar mempengaruhi kekuatan mortar. Indonesia belum ada persyaratan mengenai kekuatan adukan, hanya untuk konstruksi tertentu dianjurkan untuk menggunakan campuran tertentu pula yang tercantum dalam Peraturan Bangunan Indonesia 1977. Adapun tujuan kuat tekan mortar adalah untuk mengetahui besarnya kekuatan (compressive strength) secara aksial. Benda uji mortar dibuat dalam cetakan khusus dengan dimensi 5 cm x 5 cm x 5 cm dimana permukaannya harus datar, setelah keras ditekan dengan mesin uji tekan. Nilai kuat tekan diperoleh dengan membagi besar beban tekan maksimum dengan luas penampang benda uji. Kuat tekan (Cs) =.(3.11) dengan: Pmax : Beban maksimum (kg) A : Luas permukaan tekan (cm 2 )