BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. untuk membiayai kegiatan pemerintah (budgeter), maupun untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB 1 BUKU SAKU PERPAJAKAN BAGI UMKM

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Penerimaan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten/Kota

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sebesar km². Dari total luas keseluruhan tersebut, sebesar

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian (Sukirno 2004:27). Banyak orang memandang bahwa inflasi selalu

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tempat pusat pemerintahan. Dahulunya pemerintahan pusat harus mengurusi

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 28 Tahun 2009 mulai 1 Januari 2010 Pajak Bumi dan Bangunan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung yang digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No.28 tahun 2007 tentang KUP). Di Indonesia, Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat besar kontribusinya dalam membiayai kebutuhan belanja negara dan pembangunan nasional. Dimana hal tersebut tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).(wokas:2013) Pajak merupakan sumber utama penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu penerimaan Pemerintah, Pajak dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah (budgeter), maupun untuk meningkatkan kegiatan masyarakat. Alokasi pajak untuk pembangunan prasarana, dan perbaikan kualitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Pajak bagi pemerintah daerah berperan sebagai sumber pendapatan (budgetary function) yang utama dan juga sebagai alat pengatur (regulatory function). Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan daerah digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah,

2 seperti membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki infrastruktur, menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan, membiayai anggota polisi, dan membiayai kegiatan pemerintah daerah dalam menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat disediakan oleh pihak swasta yaitu berupa barang-barang publik. Melihat dari fenomena tersebut dapat dilihat bahwa pentingnya pajak bagi suatu daerah, terutama dalam menyokong pembangunan daerah itu sendiri merupakan pemasukan dana yang sangat potensial karena besarnya penerimaan pajak akan meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk, perekonomian dan stabilitas politik. Dalam pembangunan suatu daerah, pajak memegang peranan penting dalam suatu pembangunan.(dotulong Dkk:2014) Otonomi daerah menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak dan retribusi daerah merupakan dua sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), di samping penerimaan dari kekayaan daerah yang dipisahkan serta PAD lain-lain yang sah. Semakin tinggi peranan PAD dalam pendapatan daerah merupakan cermin keberhasilan usaha-usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.(memah:2013)

3 Sementara Pajak daerah terbagi atas pajak provinsi yang terdiri atas pajak kendaraan bermotor, bea balik nama atas kendraan bermotor, pajak bahan bakar atas kendaraan bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok. Dan Pajak Kabupaten/kota yang terdiri atas : pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak reklame, pajak parkir, pajak mineral bukan logam dan lain-lain, yang berguna dalam menunjang penerimaan pendapatan asli daerah.(wokas:2013) Kebijakan otonomi daerah yang menempatkan kabupaten dan kota sebagai titik berat otonomi nampaknya menjanjikan harapan yang lebih baik bagi daerah untuk dapat mengembangkan diri. Otonomi juga memberikan harapan bagi masyarakat untuk dapat menikmati fasiltas di daerah, serta memunculkan harapan baru bagi masyarakat untuk dapat memperoleh kebijakan-kebijakan daerah yang lebih mementingkan nasib mereka. Hasil penelitian terdahulu Hasannudin Heince R. N. Wokas(2013)Sebagai Provinsi kepulauan, Maluku Utara oleh peneliti dinilai memiliki potensi penerimaanpajak yang begitu baik salah satunya yakni, pajak atas kendaraan bermotor, dimana setiap daerahdiprovinsi Maluku Utara, dihubungkan melalui moda transportasi laut. Menurut data dari ditjenperhubungan kementrian perhubungan dalam buku profil dirjen perhubungan darat 2013(www.ditjenhubdat.go.id), mencatat bahwa jumlah angkutan laut dimaluku Utara pada tahun 2012adalah sebesar 381 unit meningkat menjadi 13% atau sebesar 431 unit kapal dan angkutan

4 lautsejenisnya, sementara badan pusat statistik dan kepolisian Republik Indonesia dalam buku profil dirjenperhubungan darat 2013 (www.ditjenhubdat.go.id), mencatat bahwa jumlah kendaraan bermotor diprovinsi Maluku Utara tahun 2012 adalah sebesar 61.207 meningkat menjadi 11% atau sebesar 67.445pada tahun2013. Serta keberadaan sejumlah alat-alat berat pada perusahaan pertambangan yang adadiprovinsi Maluku Utara adalah merupakan sebuah potensi penerimaan pajak yang dapat memberikankontribusi bagi pendapatan asli daerah Provinsi Maluku Utara bila dapat dimanfaatkan secara efektif.kemudian hasil penelitian terdahulu Faizah (2010) Mengkaji tentang efektifitas pencapaian pajak hiburan dimana dalam pencapaiannya diperlukan berbagai aspek yang saling mendukung pada proses perpajakannya berdasarkan analisis dan pengujian, maka dapat disimpulkan model regresi linear yang dihasilkan cocok untuk melihat pengaruh pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah. Hipotesis yang menyatakan bahwa pajak hiburan berpengaruh signifikan terhadap PAD Kota Surabaya. Dalam penelitiannya mengkaji tentang tingkat efektivitas Pajak Hiburan per tahun perlu diketahui laju pertumbuhan dan komtribusinya terhadap Pajak Daerah dan Penerimaan Asli Daerah maka kemudian dapat menghitung efekivitas Pajak Hiburan per tahunnya.dari hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa setiap tahunnya terjadi perubahan tingkatan efektivitas Pajak Hiburan dapat diliha tingkat efektivitas Pajak

5 Hiburan di Kota Malang untuk yang menggunakan Self Assessment System dapat dikatakan tidak efektif, namun yang menggunakan Official Assessment System lebih efektif. Karena itu Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Malang perlu menggali potensi yang ada sehingga tingkat efektivitas Pajak Hiburan di Kota Malang terus mengalami peningkatan. (Dirga :2011) Menurut Adelina (2012) dalam penelitiannya yang menganalisis efektifitas dan kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terhadap pendapatan daerah dikabupaten Gresik. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa tingkat efektifitas penerimaan pajak bumi dan bangunan tahun 2007-2011 dikatakan sangat efektif dengan presentase lebih dari 100%, sementara tingkat kontribusi pajak bumi dan bangunan tahun 2007-2011 dikatakan sangat kurang dengan persentase kurang dari 10%. Penelitian dengan judul analisis efektifitas dan kontribusi PBB terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Kota Manado. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa pajak tingkat kinerja kantor pelayanan pajak pratama manado efektif, bahkan ada beberapa tahun yang sangat efektif, begitu juga dengan kontribusinya.(tarigan:2013). Selanjutnya penelitian dengan judul Analisis Efektivitas, Efesiensi Penerimaan Pajak Hiburan dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Badung Tahu 2001-2010..hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata 121,84 persen maka tingkat efektivitas penerimaan pajak hiburan tergolong sangat efektif. Hal ini ditunjukkan

6 dengan efektivitas sebesar 158,52 persen yaitu tergolong sangat efektif. Tingkat efektivitas paling tinggi ditunjukkan pada tahun 2001 sebesar 158,52 yang disebabkan oleh peningkatan jumlah realisasi tahun 2001 lebih besar dari peningkatan jumlah target yang ditetapkan pada tahun tersebut dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penurunan tingkat efektivitas terjadi pada tahun 2006 sebesar 101,90 persen ini disebabkan karena jumlah realisasi lebih kecil dari jumlah target yang telah ditetapkan. Tahun 2006, target yang ditetapkan pemerintah hanya meningkat sebesar 1,40 persen. Penganggaran target oleh pemerintah berdasarkan atas situasi yang dialami oleh wilayahnya dan jumlah dana yang dimiliki oleh pemerintah sehingga penerimaan pajak tahun 2006 mengalami penurunan karena isu yang terjadi pada tahun 2005 yaitu bom Bali II dan isu flu burung yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Bali. Pengaruh Penerimaan Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Badung Berdasarkan hasil uji thitung = (10,743) > ttabel = (1,860) maka Ho ditolak sebaliknya H1 diterima, ini berarti penerimaan pajak hiburan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Badung Tahun 2001-2010. Hal ini disebabkan karena penerimaan pajak hiburan memiliki peran yang relatif penting terhadap PAD Kabupaten Badung, dan hasil ini juga di perkuat dengan hasil penelitian sebelumnya Ni Nyoman Suartini yang menunjukan bahwa pajak hiburan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Selanjutnya b = 69,404 artinya bila penerimaan

7 pajak hiburan meningkat 1 milyar rupiah maka akan menyebabkan pendapatan asli daerah meningkat sebesar 69,404 milyar rupiah dengan asumsi variabel-variabel lain konstan.(wirawan:2010) Penerimaan PAD dari pajak hiburan dapat mengindikasikan adanya kontribusi yang fluktuatif. Tingkat kontribusi pajak hiburan terhadap PAD yang paling rendah selama 5 tahun terdapat pada tahun 2009 yaitu sebesar 3,63%. sedangkan kontribusi tertingginya ada pada tahun 2010 yaitu 21,27%. Jenis tempat hiburan dan hiburan di Kabupaten Malang yang terkena pungutan pajak adalah pagelaran kesenian/musik/tari, karaoke, permainan bilyard, permainan ketangkasan, panti pijat/refleksi, pertandinganolah raga, taman wisata dan sejenisnya.(prameka:2012) Hiburan merupakan sektor potensial dengan adanya potensi tersebut diharapkan peningkatan efektivitas dalam penerimaan pajak hiburan dan kontribusi yang diberikan dapat memacu pembangunan ekonomi di Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur adalah merupakan sebuah potensi penerimaan pajak yang dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan asli daerah bila dapat dimanfaatkan secara efektif. Berdasarkan beberapa alasan yang telah dikemukan diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang Pengaruh efektivitas dan kontribusi pajak Hiburan terhadap pendapatan asli daerah(studi empiris pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur), guna mengupas lebih lanjut seberapa efektif dan besarnya kontribusi pajak hiburan terhadap

8 pendapatan asli daerah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan uraian tersebut, penulis sangat tertarik untuk membahas permasalahan kedalam suatu laporan tugas akhir dengan judul PENGARUH EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (STUDI EMPIRIS PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah tingkat efektifitas pajak hiburan berpengaruh langsung terhadap pendapatan asli daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur? 2. Apakah tingkat kontribusi pajak hiburan berpengaruh langsung terhadap pendapatan asli daerah(pad) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur? 1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh langsung tingkat efektifitas pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

9 2. Tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui pengaruh langsung tingkat kontribusi pemungutan pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. 1.3.2 Manfaat penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis Merupakan saran untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan mengenai perpajakan, khususnya pajak hiburan. 2. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian dapat menjadi referensi penelitian berikutnya dan menjadi referensi untuk perkembangan ilmu pengetahuan dibidang perpajakan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai referensi yang berguna bagi penelitian berikutnya yang sejenis.