BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan. dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat. beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelayanan rujukan medis spesialistik yang mempunyai fungsi utama

Dwi Setyorini, Sri Sugiarsi, Bambang Widjokongko APIKES Mitra Husada Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan adalah sesuai dengan standar pelayanan

Ketepatan Penentuan Kode Penyebab Dasar Kematian Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun 2010

ANALISIS KODEFIKASI DIAGNOSIS UTAMA PASIEN RAWAT INAP KASUS CARCINOMA CERVIX UTERI UNSPECIFIED BERDASARKAN ICD-O

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. [3] jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

OLEH: ARIS SUSANTO (PERTEMUAN I & II)

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

LATAR BELAKANG. 72 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.1, MARET 2011, Hal 72-78

ANALISIS KELENGKAPAN KODE KLASIFIKASI DAN KODE MORPHOLOGY PADA DIAGNOSIS CARCINOMA MAMMAE BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk sebesar 1,49 persen yang siap dilayani oleh 2000 rumah sakit dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat. peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Hatta, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

TINJAUAN PENGETAHUAN PETUGAS REKAM MEDIS TENTANG TERMINOLOGI MEDIS DAN PENENTUAN KODE PENYAKIT DI RSUD KOTA SEMARANG

KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA DOKUMEN REKAM MEDIS PADA KASUS PARTUS DENGAN SECTIO CESAREAN DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

HUBUNGAN PENGETAHUAN CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD SIMO BOYOLALI

LelimafiSetiyani, Tri Lestari, Putu Suriyasa APIKES Mitra Husada Karanganyar

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

TINJAUAN KEAKURATANKODE DIAGNOSIS DAN EXTERNAL CAUSE PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS PASIEN RAWAT INAPDI RUMAH SAKIT DR. MOERWARDI PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yaitu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

STUDI KEBIJAKAN PENGGUNAAN SISTEM CASEMIX

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Adapun salah satu upaya dilakukan melalui suatu sistem jaminan kesehatan.

URAIAN TUGAS INSTALASI REKAM MEDIK

ANALISA KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA NEOPLASMA YANG SESUAI DENGAN KAIDAH KODE ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD

SISTEM DAGGER ( ) & SISTEM ASTERISK (*)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibuat secara tertulis, lengkap, dan jelas. PERMENKES RI No

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENETAPAN KODE ANATOMI NEOPLASMA PADA TRIWULAN I DI RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2016

KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS HEPATITIS BERDASARKAN KUNING PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. memelihara rekam medis pasiennya. Menurut Hatta (2012), rekam medis

Analisis Pengetahuan dan Sikap Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo Semarang, Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap rumah sakit mempunyai

Kata Kunci : Pengodean, Rekam Medis, JKN, Kejelasan dan Kelengkapan

1 BAB I PENDAHULUAN. Dibutuhkan mata yang berfungsi dengan baik agar aktivitas tidak terganggu.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

ANALISIS KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA TYPHOID FEVER BERDASARKAN ICD-10 PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dikembangkan melalui Sistem

Lembar Pertanyaan. 1. Bagaimana struktur organisasi di Rumah Sakit Atma Jaya? Kasus Kebidanan Bayi Bru Lahir dengan Gangguan?

Malang, Juni Penulis. iii

TINJAUAN AKURASI KODE DIAGNOSA UTAMA MENURUT ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI BKPM WILAYAH SEMARANG PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Hal ini terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

SURAT KEPUTUSAN TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN REKAM MEDIS DIREKTUR RS BAPTIS BATU

Sosialisasi Kaidah Koding sesuai Permenkes 76 tahun RIRIS DIAN HARDIANI Tim Teknis Ina CBG Kementerian Kesehatan

JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS

FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN

KETEPATAN RESELEKSI DIAGNOSA DAN KODE UTAMA BERDASARKAN ATURAN MORBIDITAS PEMBIAYAAN JAMINAN KESEHATAN INA-CBGS

Siti Nurul Khasanah, Rano Indradi Sudra, Nurifa tul AM APIKES Mitra Husada Karanganyar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

MODUL PRAKTIKUM 2 MANAJEMEN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN II (IRM 216)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1 Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnesis penentuan fisik labotatorium, diagnosis segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik rawat inap, rawat jalan, maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. 15 2. Manfaat Rekam Medis Manfaat rekam medis sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, bahan pembuktian dalam perkara hukum, kepentingan penelitian, dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan, menyiapkan statistic kesehatan. 2 Rekam Medis yang baik berisi data yang lengkap dan dapat diolah menjadi informasi, sehingga memungkinkan dilakukannya evaluasi objektif terhadap kinerja pelayanan kesehatan dan dapat menjadi basis pendidikan, penelitian dan pengembangan. 7 8

9 B. Koding 1. Pengertian Koding Koding adalah mengklasifikasikan data dan menunjuk suatu representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti pemakaian angka untuk mewakili penyakit, prosedur dan alat atau bahan yang digunakan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Koding untuk penyakit biasanya ditulis dalam bentuk alfanumerik dan untuk tindakan biasanya ditulis dalam bentuk angka. 3 2. Sumber Data Koding Sumber data untuk mengkoding berasal dari rekam medis yaitu data diagnosis dan tindakan atau prosedur yang terdapat pada resume medis pasien. 8 Sebelum petugas menerapkan penulisan kode diagnosis penyakit, petugas rekam medis yang bertugas menerapkan kode diagnosis dokter diharuskan mengkaji data rekam medis pasien untuk menemukan kekurangan, kekeliruan atau terjadinya kesalahan akibat tidak digunakan standar minimum pencatatn, sehingga kelengkapan isi rekam medis merupakan persyaratan untuk menentukan kode diagnosis oleh petugas rekam medis. Kelengkapan rekam medis sangat tergantung dengan dokter sebagai penentu diagnosis dan petugas rekam rekam sebagai pengkaji kelengkapannya. 4 C. Diagnosa Diagnosis adalah suatu penyakit atau keadaan yang diderita oleh seorang pasien yang menyebabkan seorang pasien yang memerlukan

10 atau mencari dan menerima asuhan medis atau tindakan medis (medical care). Diagnosis utama yang spesifik akan memudahkan petugas koding dalam menentukan kode utama yang sesuai dengan diagnosis yang tertulis pada kolom diagnosis utama. Keakuratan kode diagnosis memiliki peranan penting dalam proses pelaporan dan indeks penyakit. 3 D. Neoplasma Neoplasma adalah penyakit pertumbuhan yang terjadi karena didalam tubuh timbul dan berkembang biak sel-sel yang bentuk, sifat dan kinetiknya berbeda dengan sel normal lain. Sel yang baru tersebut yang pertumbuhannya tidak normal sehingga merusak bentuk atau fungsi organ lain yang terkena. 9 Dalam pengkodean neoplasma terdapat tiga hal yang harus dipertimbangkan yaitu lokasi/topografi tumor, sifat tumor (dikenal sebagai tipe morfologi dan histology) dan perilaku tumor (behaviour). Tabel neoplasma dimasukan pada volume 3 ICD-10 dan termasuk kode pada Bab II untuk letak tumor secara anatomi. Untuk setiap topografi, ada 5 kemungkinan nomor kode menurut perilaku tumor yaitu Malignant primary atau sekunder, in situ, benign atau uncertain/unknown behaviour. Kode morfologi menggambarkan struktur dan tipe sel atau jaringan seperti yang dilihat di bawah mikroskop. Morfologi digambarkan dengan sistem pengkodean tambahan yang dijumpai pada ICD-10. Kode morfologi mempunyai 5 digit dengan awalan M, 4 digit yang pertama menunjukkan macam histology dan digit ke 5 menunjukkan sifat (behaviour) neoplasma. Penerapan kode M harus didukung ada bukti hasil

11 pemeriksaan PA (Patologi Anatomi). Tidak terisinya kode topografi dan morfologi neoplasma dapat mempengaruhi proses pengelolaan rekam medis selanjutnya, khususnya pelaksanaan register kanker dan digunakan sebagai sumber data utama untuk penerbitan surat kematian, hal ini dikarenakan yang mendasari kematian merupakan titik pusat dari kode mortalitas. Selain itu pengisian kode morfologi sangat penting untuk mengetahui stadium dari neoplasma itu sehingga bisa menentukan pelayanan yang harus diberikan selanjutnya kepada pasien penderita neoplasma. 6 E. Kekhususan BAB Neoplasma 1. Kategori pada bab ini mempunyai rentang dari C00-D48 2. Kategori yang tersedia 149, yang telah digunakan 136 3. Bab ini dibagi menjadi 7 blok, blok yang berisi kode penyakit dengan keganasan primer dibagi menjadi 12 sub-blok 4. Ketika mengkode neoplasma sangat penting menggunakan volume 1 dan 3 bersama-sama untuk mengidentifikasi pemilihan kode yang benar 5. Tiga hal yang harus dipertimbangkan ketika menentukan kode neoplasma adalah: a. Lokasi tumor b. Sifat tumor (dikenal sebagai tipe morfologi dan histologi) c. Perilaku tumor 6. Bab II diatur oleh letak tumor dan dikelompokkan dengan istilah perilaku dari neoplasma.

12 Perilaku mungkin dikode menggunakan kode morfologi keterangan mengenai hal ini ditunjukkan dibawah ini : Tabel 2.1 Perangai dalam kode morfologi Kode Perilaku Keterangan D10-D36 /0 neoplasma jinak D37-D48 /1 neoplasma yang tidak tentu dan tidak diketahui perilakunya D00-D07 /2 neoplasma in situ C00-C75 dan C81-C97 /3 neoplasma malignant, dinyatakan atau diduga menjadi lesi primer C76-C80 /6 neoplasma malignant, dinyatakan atau diduga menjadi lesi sekunder 7. Morfologi menggambarkan struktur dan tipe sel atau jaringan seperti yang dilihat dibawah mikroskop. Jaringan asal dan tipe sel neoplasma ganas seringkali menentukan perkiraan kecepatan pertumbuhan, keganasan dan jenis pengobatan yang diberikan. Morfologi digambarkan dengan sistem pengkodean tambahan yang dijumpai pada ICD-10. Kode nomor morfologi panjangnya 6 digit, termasuk awalan M 8. Perilaku mengidentifikasikan bagaimana tumor akan berkembang, yaitu ganas(primer atau sekunder), in situ, atau tidak jelas atau jinak. Perilaku terdapat pada digit terakhir dari kode morfologi. 6 F. ICD-10 1. Pengertian ICD-10 merupakan pengkodean atas penyakit dan Tanda, gejala, temuan-temuan yang abnormal, keluhan, keadaan social dan eksternal yang menyebabkan cedera atau penyakit, seperti yang diklasifikasikan oleh World Health Organization (WHO). 5

13 2. Tujuan Tujuan ICD-10 diantaranya adalah untuk mendapatkan rekaman sistematis, melakukan analisis, interpretasi serta membandingkan data morbiditas dari negara yang berbeda atau antar wilayah pda waktu yang berbeda, untuk menerjemahkan diagnosis penyakit dan masalah kesehatan dari kata-kata menjadi kode alfanumerik yang akan memudahkan penyimpanan, mendapatkan data kembali dan analisis data, memudahkan entry data ke database komputer yang tersedia, menyediakan data yang diperlukan oleh sistem pembayaran atau penagihan biaya yang dijalankan, memaparkan indikasi alasan mengapa pasien memperoleh asuhan atau perawatn atau pelayanan dan menyediakan informasi diagnosis serta tindakan bagi reiset, edukasi dan kajian assesment kualitas keluaran. 10 3. Klasifikasi ICD-10 International Classification of Disease 10 (ICD-10) dari WHO telah keluar sejak lama, dengan revisi. Klasifikasi tersebut telah mengelompokkan penyakit berdasarkan anatomi dan fungsi organ tubuh secara keseluruhan. 13 Pengelompokkan penyakit dalam ICD-10 tersebut tercantum didalam Mayor Diagnostic Categories (MDC) yang merupakan kategori diagnosis penyakit yang dikelompokkan secara umum. 14 4. Komponen ICD-10 ICD-10 (International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems) terdiri dari 3 colume dan 21 BAB dengan rincian sebagai berikut:

14 a. Volume 1 merupakan daftar tabulasi dalam kode alfanumerik tiga atau empat karakter dengan inklusi dan eksklusi, beberapa aturan pengkodean, klasifikasi morfologis neoplasma, daftar tabulasi khusus untuk morbiditas dan mortalitas, definisi tentang penyebab kematian serta peraturan mengenai nomenklatur. b. Volume 2 merupakan manual instruksi dan pedoman penggunaan ICD-10 c. Volume 3 merupakan indeks alfabetis, daftar kompreghensif semua kondisi yang ada di daftar Tabulasi (volume 1), daftar sebab luar gangguan (external couse), table neoplasma serta petunujuk memilih kode yang sesuai untuk berbagai kondisi yang tidak ditampilkan dalam Tabular List. 8 5. Langkah-langkah dalam Menentukan Kode Penyakit a. Menilai dokumen, kelengkapan dan kejelasan isi b. Lihat: dokter, jenis pasien, tempat, dan pembayar c. Abstrak diagnosa dan prosedur d. Identifikasi prosedur diagnostic yang akan dikode e. Putuskan apakah ada lead term f. Lihat lead term pada buku indeks alphabet g. Lihat pada beberapa lokasi modifiers h. Koreksi kode yang didapat pada buku Tabular List i. Lihat atau koreksi juga pada inclusion and Exclusion terms j. Menetapkan kode lengkap akurat k. Verifikasi kode yang sesuai l. Tetapkan kode untuk penagihan 11

15 G. ICD-O ICD-10 adalah International Classification of Disease for Oncology (ICD-O) yang diterbitkan pada tahun 2000 dan merupakan edisi ketiga yang digunakan untuk kodefikasi kasus neoplasma dan dibahas secara lebih spesifik. Kode yang terdapat dalam ICD-O tidak hanya kode topografi dan morphology akan tetapi kode derajat keganasan juga terdapat di dalamnya. Terdapat pula perbedaan yang sangat spesifik diantara ICD-10 dan ICD-O seperti kode C42 dalam ICD-O menjelaskan beberapa kode tentang Haematopoietic and reticuloendothelial system sedangkan dalam ICD-10 diklasifikasikan menjadi leukimias and related conditions C90-C95. Dalam BAB II pada ICD-10 kode topografi dapat menggambarkan sifat neoplasma (ganas jinak, in situ, atau tidak pasti jenisnya), sedangkan dalam ICD-O sifat keganasan neoplasma dijelaskan pada kode morfologi yang lebih spesifik. Kode morfologi memiliki lima digit kode antara M-8000/0 sampai M-9989/3. Empat digit pertama mengindikasikan histologis yang spesifik sedangkan kode setelah garis miring (/) menunjukan kode sifat dan digit tambahan keenam menunjukan kode diferensiasi. 16 H. Tugas Tenaga Medis dan Non Medis Terkait Penentuan Kode Penyakit 1. Dokter Tugas dan tanggujawab dokter adalah menegakkan dan menuliskan diagnosa sesuai ICD-10 serta menuliskan prosedur

16 atau tindakan sesuai ICD-9-CM yang telah dilakukan serta membuat resume medis selama pasien dirawat. 2. Koder Tugas dan tanggungjawab seorang koder adalah melakukan kodefikasi melakukan kodefikasi diagnosa penyakit dan tindakan sesuai dengan ICD-10 dan ICD-9-CM. Jika dalam melakukan pengkodean mengalami kesulitan maka harus dilakukan klarifikasi dengan dokter. Apabila klarifikasi gagal maka dilakukan aturan rule MB 1 sampai MB 5. I. Teori Perilaku 12 Teori perilaku yang digunakan adalah teori dari Lawrence Green, dengan analisis faktor pokok yang mempengaruhi kesehatan adalah faktor perilaku (behavior cause) dan faktor di luar perilaku (non behavior cause). Selanjutnya perilaku tersebut ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor: 1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) Faktor predisposisi dalam hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan menggugah kesadaran petugas yang terwujud dalam pengertian-pengertian pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai baik yang memberikan keuntungan maupun kerugian bagi fasilitas pelayanan kesehatan. 2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)

17 Faktor-faktor pemungkin yang terwujud dalam penyediaan fasilitas atau sarana pendukung dalam proses pelayanan. 3. Faktor Pendorong (Renforcing Factors) Faktor pendorong yang menyangkut sikap dan perilaku petugas yang memiliki pengaruh terhadap kelancaran proses pelayanan, dimana faktor pendorong (renforcing) memiliki tujuan yaitu agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan Sebelum petugas menetapkan penulisan kode diagnosis penyakit, petugas rekam medis yang bertugas menetapkan kode dari diagnosis dokter diharuskan mengkaji data rekam medis pasien untuk menemukan kukurangan, kekeliruan atau terjadinya kesalahan akibat tidak digunakan standar minimum pencatatan, sehingga kelengkapan isi rekam medis merupakan persyaratan untuk menentukan kode diagnosis oleh petugas rekam medis. Kelengkapan rekam medis sangat tergantung pada dokter sebagai penentu diagnosis dan petugas rekam medis sebagai pengkaji kelengkapan formulir dan isi rekam medis pasien.

18 J. Kerangka Teori 12 Predisposisi : 1. Kepercayaan 2. Pengetahuan 3. Sikap 4. Keyakinan 5. Nilai-nilai Enabling ( Faktor Kemungkinan) : 1. Lingkungan Fisik 2. Sarana dan prasarana Perilaku spesifik: Tata cara penetapan kode neoplasma Reinforcing (Faktor Penguat): 1. Perilaku 2. Sikap 3. Peraturan 4. Rekan Sumber : Teori Lawrence Green dalam buku pendidikan dan perilaku kesehatan 12