BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN JUAL BELI TEBASAN IKAN BANDENG DI DESA BANGKOK GLAGAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB III PRAKTIK SEWA TANAH PERTANIAN DENGAN PEMBAYARAN UANG DAN BARANG DI DESA KLOTOK PLUMPANG TUBAN

BAB IIl LAPORAN PENELITIAN DI DESA BANANGKAH

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM NGAMBAK DI DUKUH BURAN KELURAHAN BABAT JERAWAT KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB III TRANSAKSI UTANG PIUTANG DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN. A. Gambaran Umum Desa Brumbun Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GADAI SAWAH DI DESA SANDINGROWO KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL

BAB III DESKRIPSI PRAKTEK HUTANG PIUTANG PUPUK DI LINGKUNGAN PETANI TEBU DI DESA BOTO KECAMATAN JAKEN KABUPATEN PATI

BAB III PRAKTEK JUAL BELI ANYAMAN KEPANG DI DESA RINGINHARJO KEC. GUBUG KAB. GROBOGAN

BAB III PRAKTEK SEWA-MENYEWA TANAH SAWAH DIJADIKAN TAMBAK DI DESA MOJOPUROGEDE KECAMATAN BUNGAH KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PELAKSANAAN TRANSAKSI JUAL BELI SAWAH DENGAN PENETAPAN SYARAT DAN AKIBATNYA DI DESA KARANG REJO KEC. GEMPOL-PASURUAN

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN DENGAN SISTEM OYORAN DI DESA TAJUNGWIDORO KEC. BUNGAH KAB. GRESIK

BAB III PRAKTIK PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK DI DESA MAYONG KECAMATAN KARANGBINANGUN KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA SAWAH SAWAH NGGANTUNG PARI DI DESA BECIRONGENGOR KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PELAKSANAAN SEWA MENYEWA RUKO DI DESA KUWASEN KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB III PRAKTEK GANTI RUGI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

BAB III MEKANISME JUAL BELI TANAH SAWAH DENGAN SISTEM BATA DI DESA BRUDU KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

BAB III PELAKSANAAN PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

BAB III KERJASAMA PERTANIAN DI DESA PADEMONEGORO

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB III. PRAKTIK SISTEM PEMBAYARAN DALAM PENGGILINGAN GABAH di DESA DADAPMULYO KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG

BAB III DESKRIPSI PELAKSANAAN AKAD SEWA MENYEWA KAMAR (KOST) BAGI MAHASISWA DI JEMURWONOSARI WONOCOLO SURABAYA

BAB III PRAKTEK UTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN BARANG KREDITAN DI DESA BRANGKAL KECAMATAN BANDAR KEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG

BAB III PRAKTIK ARISAN BERSYARAT DI DUSUN WATUKARAS DESA JENGGRIK KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

BAB III PRAKTIK POLA KERJA NGEDOK BIDANG PERTANIAN DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III PRAKTEK SEWA MENYEWA TAMBAK SEBELUM JATUH TEMPO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. meranti provinsi riau. Jarak Desa Tanjung bunga dengan ibu kota kecamatan

BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL SISTEM SETON PADA POHON WOLO DI DESA SUMURGUNG KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN

BAB III PRAKTEK JUAL BELI POHON DENGAN SISTEM IJOHAN DI DESA KEMIRI TIMUR KECAMATAN SUBAH KABUPATEN BATANG

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB III PRAKTIK BAGI HASIL PENGOLAAN LAHAN TAMBAK DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III PELAKSANAAN WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

BAB III PANDANGAN TOKOH AGAMA DALAM PRAKTIK TRANSAKSI JUAL BELI SAWAH TAHUNAN DI DESA MADIGONDO

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB III PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Geografis dan Demografis Desa Balam Sempurna

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

BAB III PRAKTIK TAKSIRAN DAN KOMPENSASI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA POJOK WINONG KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB III TRANSAKSI UTANG PINTALAN DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Muara Jalai Kecamatan Kampar Utara

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. 1. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian. Kabupaten Kapuas merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang

BAB III GAMBARAN TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANAN KULON KABUPATEN BLITAR

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

59 cukup luas untuk ukuran sebuah Desa tersebut dibatasi oleh beberapa Desa di sekitarnya, yaitu: a. Sebelah utara Desa Margoagung b. Sebelah timur De

BAB III PRATEK JUAL BELI POHON MANGGA DENGAN SISTEM TEBASAN DI DESA KEDONDONG KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB III PEMBAGIAN KEUNTUNGAN DI RENTAL PLAY STATION DESA MLORAH KEC. REJOSO KAB. NGANJUK

BAB III PRAKTEK JUAL BELI CENGKEH DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN BAWANG KABUPATEN BATANG. A. Gambaran Umum Tentang Desa Sidoharjo Kecamatan Bawang

BAB III PENUKARAN MATA UANG LOGAM DI PASAR SIMO SURABAYA

BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa. Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan

BAB III PELAKSANAAN GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB III PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

BAB III PRAKTIK JUAL BELI NELETHONG DI DESA TERGAMBANG KECAMATAN BANCAR KABUPATEN TUBAN

BAB III KERJASAMA DALAM PENGADAANDAN PENGOPERASIONALAN MESIN DOS DI DESA LEMBAH KECAMATAN DOLOPO KABUPATEN MADIUN

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB III PRAKTIK GANTI RUGI PADA PROSES BORONGAN IKAN LAUT DI KELURAHAN BRONDONG KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III SISTEM SEWA TANAH TEGALAN YANG DIKELOLA OLEH KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PELAKSANAAN AKAD PARON SAWAH BERSYARAT DI DESA BANYUATES KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG MADURA

BAB III TRADISI HUTANG PUPUK DIBAYAR DENGAN UANG PRESPEKTIF MASYARAKAT DESA LAJUKIDUL. Desa Laju Kidul adalah sebuah desa yang terletak di wilayah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PRAKTEK PELUNASAN UTANG SAPI UNTUK PENANAMAN TEMBAKAU BERDASARKAN KETENTUAN KREDITUR DI DS. SEJATI KEC. CAMPLONG KAB.

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI BENSIN ECERAN DI JALAN MEDOHO RAYA KEL. SAMBIREJO SEMARANG

BAB III TRANSAKSI SEWA JASA ANJING PEMBASMI HAMA TIKUS DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Sungai Tonang Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar merupakan

BAB III PELAKSANAAN HIBAH OLEH PEWARIS PADA SAAT SAKIT YANG DISETUJUI OLEH SEBAGIAN AHLI WARIS DI DESA PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Tualang terdiri dari empat Kadus (Kepala Dusun), 8 RW, dan 79 RT,

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jarak dengan ibukota provinsi (pekanbaru)sekitar 200 km. 1) Sebelah utara berbatasan dengan desa sepotong

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah ini berdataran tinggi dan rendah mudah dilanda banjir karena desa

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALI DI DESA BINDANG KECAMATAN PASEAN KABUPATEN PAMEKASAN

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB III PRAKTEK JUAL BELI JAGUNG DI DESA KEBONAGUNG KECAMATAN TEGOWANU KABUPATEN GROBOGAN

Transkripsi:

34 BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN JUAL BELI TEBASAN IKAN BANDENG DI DESA BANGKOK GLAGAH A. Gambaran Umum Tentang Daerah Penelitian 1. Keadaan Geografis Desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan mempunyai luas wilayah kurang lebih 3.850.067 yang mana luas wilayah tersebut terbagi dan digunakan sebagai tambak, kuburan, tempat peribadatan, sekolah dan Telaga. Adapun perinciannya sebagai berikut: TABEL 1 Luas Wilayah dan penggunaannya di Desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan No Tanah Luas 01 02 03 04 05 Tambak Kuburan Tempat Peribadatan Sekolah Telaga 3.832.991 m 2 11.061 m 2 2.773 m 2 3.156 m 2 86 m 2 Jumlah 3.850.067 m 2 Wawancara dengan bapak H. Salam, Sekretaris Desa Bangkok, tanggal 15 Desember 2008 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tanah yang paling banyak digunakan adalah tanah tambak yaitu 3.832.991 sedangkan tanah yang paling sedikit digunakan adalah tanah Telaga. Daerah-daerah yang membatasinya adalah sebagai berikut : 34

35 a. Sebelah Selatan dibatasi oleh Desa Wadak b. Sebelah Utara dibatasi oleh Desa Karangasem c. Sebelah Timur dibatasi oleh Desa Keramat d. Sebelah Barat dibatasi oleh Desa Tanggungan Secara struktural Desa Bangkok dipimpin oleh seorang Kepala Desa, dan di bantu oleh beberapa stafnya untuk lebih jelasanya dapat diketahui sebagai berikut : a. Kepala Desa dijabat oleh Moch Abbas b. Sekretaris desa dijabat oleh H. Salam c. Bagian pemerintahan dijabat oleh Abdul Karim d. Bagian pembangunan dijabat oleh H. Ali e. Bagian kesejahteraan dijabat oleh H. Hamid f. Bagian keuangan dijabat oleh H. Asikin g. Bagian umum dijabat oleh Bpk. Urip

36 Untuk lebih jelasnya tentang susunan kelembagaan organisasi pemerintahan Desa Bangkok dapat dilihat sebagai berikut ini: BPD KEPALA DESA Moch. Abbas, SH. SEKRETARIS H. Salam KABAG PEMERINTAHAN Abdul Karim KABAG PEMBANGUNAN H. Ali BAGIAN KESEJAHTERAAN H. Hamid BAGIAN KEUANGAN H. Asikin BAGIAN UMUM Bpk. Urip Wawancara dengan bapak H. Salam, Sekretaris Desa Bangkok, tanggal 15 Desember 2008 2. Kependudukan dan keadaan sosial ekonomi a. Kependudukan Penduduk Desa Bangkok berjumlah 779 jiwa. 1 Dengan 177 kepala keluarga, dengan perincian sebagai berikut. TABEL 2 Kependudukan No. Jenis Kelamin Jumlah Jiwa 01 02 Laki-laki Perempuan 343 436 Jumlah 779 Sumber data: Demografi dan Geografi Desa 1 Sumber : Data Demografi dan Geografi Desa

37 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki. TABEL 3 Jumlah Penduduk Dilihat Dari Segi Kewarganegaraan No Kewarganegaraan Jumlah Jiwa 01 02 Indonesia Asing 779 - Jumlah 779 Sumber data: Demografi dan Geografi Desa Dari tabel tersebut di atas diketahui bahwa seluruh masyarakat Desa Bangkok berkewarganegaraan asli Indonesia. b. Keadaan sosial ekonomi Masyarakat Desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari hari bekerja dengan berbagai macam usaha antara lain seperti berdagang, bertani, PNS sampai merantau ke pulau lain. Tetapi mayoritas masyarakat Desa Bangkok berpenghasilan dari tanah pertanian (dalam hal ini adalah petani tambak) karena tanah di sini sangat luas sekali dan potensial sekali untuk pertambakan. Keadaan yang demikian inilah yang mendorong sebagian besar penduduk untuk bertani.

38 TABEL 4 Mata Pencaharian Penduduk Desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan No. Mata Pencaharian Jumlah Jiwa PNS 1 Guru 5 Bidan 1 Pegawai swasta 26 Tani 167 Buruh tani 17 01 02 03 04 05 06 Jumlah 217 Sumber data: Demografi Desa dan wawancara dengan bapak H. Salam, Sekretaris Desa Bangkok, tanggal 15 Desember 2008. Dengan berbedanya bidang pekerjaan antara yang satu dengan yang lain, maka berbeda pula taraf kemampuan dan kesejahteraan ekonominya. 3. Keadaan Sosial Pendidikan Situasi pendidikan di Desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan menunjukkan adanya peningkatan dan kemajuan yang pesat. Namun demikian ini belum dikatakan sempurna karena masih ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, dalam hal ini dapat kita lihat dalam tabel di bawah ini.

39 TABEL 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan No. Pendidikan Jumlah jiwa 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 Tidak tamat MI sederajat Tamat MI sederajat Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat D-I Tamat D-2 Tamat D-3 Tamat S-1 Tamat S-2 Tamat S-3 28 83 175 137 5 6 7 33 2 - Jumlah 476 Sumber data: Demografi dan Geografi Desa Adapun jumlah sarana pendidikan atau bangunan tempat pendidikan di Desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. TABEL 6 Jumlah Tempat Pendidikan No. Tempat Pendidikan Jumlah 01 02 03 04 TK MI SLTP Diniyah 1 1 0 1 Jumlah 3 Sumber data: Demografi dan Geografi Desa Masyarakat Desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan pada dasarnya adalah penduduknya sangat agamis, karena dilihat pada tabel di atas, bahwasanya sarana pendidikan yang ada mayoritas dari pendidikan yang bersifat madrasah, di mana sekolah yang berbasis madrasah adalah pendidikan yang mengedepankan pendidikan agamanya walaupun juga ada pendidikan yang berbasis pada mata pelajaran umum.

40 4. Adat istiadat dan susunan kehidupan beragama Penduduk Desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan adalah 100% beragama Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu bukti yaitu adanya kegiatan-kegiatan di bidang keagamaan yang di adakan oleh orang-orang desa yaitu: a. Tahlilan yang diadakan rutin tiap malem hari rabu khusus perempuan. b. Yasinan yang diadakan tiap malem kamis khusus laki-laki. c. Jam iyah dan diba iyah yang diadakan tiap malem Senin. d. Manakiban yang dilakukan oleh ibu-ibu muslimat, yang diadakan satu bulan sekali. e. Jam iyah hadra ishari yang dilaksanakan tiap 2 Minggu sekali tiap malam Selasa yang bertempat di masjid. Demikianlah sebagian dari kegiatan-kegiatan yang diadakan di Desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan di bidang keagamaan untuk mengetahui lebih jelasnya kita lihat pada tabel berikut ini: TABEL 7 Jumlah Penduduk Dilihat Dari Segi Keagamaan No Bentuk Kegiatan Jumlah Jiwa

41 01 02 03 04 Tahlilan Diba iyyah Manakib Jam iyah Hadrah Jumlah 250 Keterangan: Interview dengan Ibu Mutamakinah, Pemuka Agama, pada tanggal 14 Desember 2008 bawah ini: Adapun jumlah tempat peribadatannya dapat dilihat dari tabel di TABEL 8 Data Tempat Peribadatan 55 65 85 45 No Tempat Peribadatan Jumlah tempat 01 02 03 04 05 Masjid Musholla Gereja Wihara Pura 1 2 - - - Jumlah 3 Sumber data: Demografi dan Geografi Desa 5. Praktek Pelaksanaan Jual Beli Tebasan Ikan Bandeng Dengan Pemberian Jatuh Tempo (Dis). Sebelumnya akan dijelaskan dahulu tentang yang dimaksud dengan penjualan ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo (Dis) yaitu suatu jual beli bandeng dengan perjanjian bahwa pihak pembeli akan mengambil ikan bandeng tersebut pada saat waktu yang di sepakati. Sedangkan jatuh tempo yaitu sistem pembatasan waktu tersebut yang akan ditebas atau di jual pada masa waktu kontrak. Kata tebasan diambil dari bahasa Jawa yang artinya memborong hasil tanaman sebelum di petik dan sesudah masak,

42 Dapat disimpulkan bahwa jual beli tebasan adalah menjual dan membeli hasil tanaman seperti, ikan, padi, buah-buahan dan lain-lain. Sebagaimana yang sudah masak atau pantas di petik dan masih dalam tangkainya karena adanya sesuatu persetujuan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang dilakukan dengan cara memborong. Adapun benda yang di jual atau di borongkan sudah ditentukan yaitu ikan bandeng maka yang dimaksud jual beli tebasan adalah tebasan ikan bandeng. Di mana pihak pembeli mendatangi pihak penjual dan menyatakan maksudnya untuk memborong atau menebas ikan bandeng. Akan tetapi pada saat itu ikan bandengnya masih berusia dua bulan. Setelah pihak penjual setuju untuk menjual ikan bandeng tersebut pada usia dua bulan, kemudian dilaksanakan pernyataan ijab kabul atau yang disebut dengan akad. Setelah melakukan akad, pihak pembeli tidak langsung setuju dengan kesepakatan tersebut. Dia akan meminta untuk melihat wujud atau keadaan ikan bandeng secara langsung di tambak yang dijadikan lahan untuk memelihara ikan bandeng. Cara memperlihatkan ikan bandeng pada saat tebasan ialah dengan cara mengurangi air tambak sampai mencapai ketinggian antara 20-30 cm. Setelah ketinggian air pada batas yang diinginkan, maka pihak penjual (pemilik tambak) memperlihatkan ikan yang masih berada dalam air (tambak), untuk memperjelas keadaan ikan tersebut dengan menggunakan alat yang disebut seser (jala)

43 Setelah melihat kondisi ikan yang akan di tebas pihak penjual menawarkan harga yang dijadikan patokan, tentunya disesuaikan dengan jumlah pembibitan dan harga pasaran. Kemudian pihak pembeli akan mempertimbangkan penawaran yang diberikan oleh penjual. Jika pembeli setuju dengan harga yang ditawarkan penjual, maka terjadilah kesepakatan harga dalam tebasan. Perlu diketahui bahwa pelaksanaan jual beli tebasan yang berlaku di Desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan ini hanya ada pada petani tambak tradisional, yaitu pengelolaan tambak yang bersifat sederhana, di mana ikan dapat hidup dan tumbuh dengan kesuburan alamiah tanah tambak tersebut dan ini bisa didapatkan dengan cara mengeringkan tanah tambak dan pemberian pupuk hijau. B. Pelaksanaan Jual Beli Ikan Bandeng 1. Cara Melakukan Akad Dan Ijab Qabu>l Setelah antara penjual dan pembeli mengadakan kesepakatan mengenai penetapan harga, kemudian dilaksanakannya pernyataan ijab qabul atau yang disebut dengan akad. Adapun tempat pelaksanaan akad ada 2, yaitu di tambak di mana ikan bandeng diperoleh, dan di rumah penebas. Adapun yang dipakai transaksi adalah dengan lisan.

44 Saat terjadi akad, keberdaan ikan masih belum diketahui, benda atau ikan masih terdapat dalam air (tambak) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: a. Keberadaan Ikan Waktu Akad TABEL 9 Keberadaan Ikan Waktu Akad No Kategori F 01 Masih di dalam air 4-02 Sudah diangkat Jumlah 4 Sumber : wawancara dengan pembeli bpk Abidin tanggal 9 Desember 2008 jam 10.00 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 100% saat terjadi akad, ikan masih berada dalam air, tetapi pemilik tambak sudah melakukan penafsiran jumlah nener sesuai dengan masukan, dan 0% yang mengatakan sudah diangkat di darat. Dalam melakukan tebasan dibutuhkan waktu yang tepat dan cukup memadai. Hal ini diketahui pada tabel di bawah ini. b. Waktu Untuk Melakukan Ijab dan qabu>l TABEL 10 Waktu Untuk Melakukan Ijab dan Qabu>L No Kategori F 01 Setelah terjadi kesepakatan 4-02 Setelah melakukan tebasan Jumlah 4 Sumber : wawancara dengan pembeli H. Ali tanggal 9 Desember 2008 jam 10.00 WIB

45 Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa 100% pelaksanaan ijab dan kabul, waktunya setelah terjadi kesepakatan harga antara kedua belah pihak dan 0% ijab dan kabul dilakukan sesudah melakukan tebasan. berikut ini. Adapun cara melakukan ijab dan kabul dapat dilihat pada tabel c. Cara Melakukan Ijab Qabu>l TABEL 11 Penduduk yang Melakukan Ijab Qabu>l No Kategori F 01 02 Dengan ucapan atau lisan Dengan isyarat 4 - - 03 Dengan perbuatan Jumlah 4 Sumber : wawancara dengan pembeli H. Ismail tanggal 9 Desember 2008 jam 10.00 WIB Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 100% dalam jual beli tebasan ikan bandeng di Desa Bangkok menggunakan ucapan dalam melakukan ijab dan kabul. Pada waktu itulah pemilik tambak memberikan masa kontrak pada orang yang menebas tambak. Dan di beri kontrak selama 4 bulan setelah terjadi kesepakatan harga. Untuk memanen ikan bandeng yang sudah waktunya panen ( yaitu memanen ikan bandeng usia 6 bulan). d. Tempat Untuk Melakukan Ijab Qabu>l

46 TABEL 12 Tempat Untuk Melakukan Ijab Qabu>l No Kategori Frequency (F) 01 Di tambak 4 4 02 Di rumah Jumlah 8 Sumber : wawancara dengan pembeli (H. zainal) pada tanggal 12 Desember 2008 jam 07.00 Dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa 50% tempat untuk melakukan ijab kabul adalah ditambak. Hal ini biasanya dilakukan, jika penebas setelah melihat keadaan ikan, dan sudah sepakat dengan harga tersebut. sedangkan 50% yang ijab qabu>lnya di rumah pemilik tambak. 2. Cara Memperlihatkan Ikan Bandeng Pada Tebasan Alat-alat untuk memperlihatkan ikan bandeng Pada umumnya pemilik tambak membawa pembeli (penebas) ke tambak untuk diperlihatkan ikan yang masih berada dalam air (tambak), untuk memperjelas keadaan ikan tersebut. Sedangkan alat yang digunakan untuk memperlihatkan bandeng yaitu: 1. Jala besar atau jala kantong (alat untuk menangkap ikan) 2. Dengan mengurangi ketinggian air yang menggunakan alat diesel. Dari kedua cara tersebut yang dilakukan oleh masyarakat desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan pada umumnya adalah dengan cara 1 dan 2 seperti di atas. Ini dimaksudkan agar calon pembeli (penebas) segera tahu keadaan ikan tersebut, dan untuk memperlihatkan ikan

47 bandeng yang masih berada di air atau tambak ini dilakukan pada waktu pagi hari biar jelas untuk dilihat barangnya. 2 3. Cara Menawarkan Harga Calon Pembeli Untuk penawaran, pemilik tambak membawa pembeli ke lokasi tambak atau di rumah kemudian diadakan tawar menawar sampai harga akhirnya terjadi kesepakatan harga. Sebelum terjadi penawaran, pemilik tambak mengadakan penaksiran. Karena penaksiran adalah untuk menentukan harga (banyak dan sebagainya) dengan kira-kira Ikan bandeng yang sudah dapat dilihat atau di perkirakan hasilnya, kemudian ditawarkan pada penebas yang harganya di sesuaikan atas jumlah nener yang di masukan ke dalam tambak. Sebelum penebas mengadakan penawaran, ia harus melihatkan dulu keadaan ikan yang berada dalam lokasi atau patokan tambak dengan cara mengurangi air tambak yang semula penuh harus dikurangi atau disisihkan karena hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam mendapatkan harga ikan bandeng. a. Proses tawar menawar dapat dilihat sebagai berikut TABEL 13 Proses tawar menawar dapat dilihat No Kategori F 01 Tidak berbelit-belit 4 0 02 Berbelit-belit 2 Interview dengan bapak H.Zainal (penebas) pada tanggal 10 Desember 2008 jam 16-00

48 Jumlah 4 Sumber : wawancara dengan pembeli (H. zainal) pada tanggal 10 Desember 2008 jam 16.00 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (100%) proses tawar menawar antara pemilik tambak dengan penebas tidak berbelit belit artinya pemilik tambak menawarkan harga berdasarkan masukan nener yang tidak terlalu jauh dibawah harga yang telah dikeluarkan pemilik tambak. Dan (0%) yang proses tawar menawarnya berbelit belit disebabkan penebas menawarkannya terlalu rendah dari harga yang di tawarkan oleh pemilik tambak. b. Sikap Pemilik Tambak Saat Menawarkan Harga Kepada Penebas Dapat Dilihat Pada Tabel Di Bawah Ini TABEL 14 Sikap Pemilik Tambak Saat Menawarkan Harga Kepada Penebas No Kategori F 01 Ramah 4 0 02 Kasar Jumlah 4 Sumber : wawancara dengan pembeli (H. zainal) pada tanggal 10 Desember 2008 jam 16.00 WIB Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 100% sikap pemilik tambak saat menawarkan harga kepada penebas ikan bandeng adalah ramah dan 0% yang sikapnya kasar. Sikap pemilik tambak dalam menawarkan harga selalu rama dan tidak barmaksud menjerumuskan penebas pada harga yang terlalu mahal, dan juga

49 pemilik tambak biasanya menebaskan ikannya pada orang yang sudah dikenalnya dan orang yang dipercaya serta ahli dalam menangani tebasan. c. Cara Pembayaran TABEL 15 Cara Pembayaran No Kategori F 1 Tidak Tunai 4 2 Tunai 0 Jumlah 4 Sumber : wawancara dengan pembeli (H. zainal) pada tanggal 12 Desember 2008 jam 07.00 WIB Data tersebut menunjukkan bahwa 100 % dalam pembayaran jual beli tebasan ikan bandeng di Desa Bangkok ini dengan sistem pembayarannya tidak tunai, cara pembayaran setelah terjadi kesepakatan harga, ada dua cara yaitu dengan cara tunai (kontan) dan cara mencicil, di mana pihak pembeli biasanya akan membayar 70% dari harga kesepakatan pada saat melakukan akad, untuk selebihnya akan di bayar pada saat panen (pengembalian lahan). tapi hanya memberikan uang muka sebagai kepercayaan bahwa ikan bandeng tersebut benar-benar sudah di beli (tebas). Sedangkan 0 % yang menggunakan sistem tunai dalam sistem jual beli tebasan. Dalam jual beli tebasan diperlukan bukti-bukti sebagai penguat dalam perikatan untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: d. Bukti Dalam Perikatan Jual Beli Tebasan TABEL 16 Bukti Dalam Perikatan Jual Beli Tebasan No Kategori F

50 1 Kwitansi 4 2 Saling percaya 4 Jumlah 8 Sumber : wawancara dengan pembeli bpk Mansyur tanggal 9 Desember 2008 jam 10.00 WIB Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 50% jual beli ikan bandeng di desa bangkok menggunakan kwitansi sebagai alat bukti. Dan 50% samasama saling percaya. 4. Cara Tentang Membahasakan Bagi Calon Pembeli a. Sikap penjual Sikap penjual dalam harga kepada calon pembeli (penebas) ada 2 macam, yaitu lunak (lemah lembut) dan kasar. Adapun yang menjadi ukuran lemah lembut dan kasar adalah tingkat bahasa yang dipakai, artinya apabila transaksinya memakai bahasa kromo maka ini dalam kategori lemah lembut begitu juga sebaliknya apabila pakai bahasa ngoko maka ini masuk kategori kasar. Dari kedua sikap tersebut secara mayoritas dilakukan masyarakat Desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan adalah lunak (lemah lembut). Namun kedua sikap tersebut dilakukan sesuai dengan kondisi. Apabila penebas bersikap kasar maka yang punya tambak juga bersikap kasar. Begitu sebaliknya, jika penebas lemeh lembut maka yang punya tambak juga bersikap lemah lembut sebab sering terjadi penebas menghina ikan bandeng yang akan di tebasnya, sehingga dalam penawaran harga sangat murah sekali. Seperti kata penebas pak bandeng tebasane ko larang seru, mosok bandeng ngene wae

51 kok tebasane Rp. 9 000.000,-?, nek oleh yo Rp. 5.000.000,- (pak bandeng tebasane kok harganya mahal banget, masak bandeng segini saja tebasannya Rp. 9.000.000,-? Kalo boleh ya Rp. 5.000.000,-), padahal ikan bandeng banyak dan baik-baik. Penghinaan tersebut dimaksudkan agar mental penjual jatuh kemudian mau menurukan harga ikan bandeng (tebasan lebih rendah lagi). b. Bahasa yang dipakai Bahasa yang dipakai masyarakat Desa Bangkok Glagah Lamongan dalam jual beli ikan bandeng adalah bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi salah paham antara penjual dan pembeli karena bahasa tersebut sudah terjadi bahasa sehari-hari, mudah dimengerti dan dipahami. c. Tingkat bahasa yang dipakai Tingkat bahasa yang dipakai dalam jual beli ikan bandeng ada 3 tingkat, yaitu: ngoko, kromo dan kromo inggil. Dari ketiga tingkat tersebut secara mayoritas yang dilakukan masyarakat Desa Bangkok Glagah Lamongan adalah tingkat ngoko yang kadang-kadang diselingi dengan kromo karena menurut masyarakat Desa Bangkok tingkat bahasa tersebut dianggapnya luwes, cukup sederhana dan mudah dimengerti. d. Cara membahasakanya

52 Cara membahasakanya dalam jual beli ikan bandeng ada 2 macem, yaitu luwes dan kaku. Contoh bahasa yang luwes : calon penebas menawar ikan bandeng penjual dengan ucapan : pak, niki regini Rp.7.000.000,- nggeh pak, nek angsal nggeh kulo tebas, nek mboten angsal ngge pun. (pak, ini harganya Rp. 7.000.000,- ya pak, kalau boleh ya saya tebas, kalau tidak boleh ya tidak apa-apa). Penjual menjawab : Engge pun (jika boleh) dan mboten angsal (jika tidak boleh). Sedang contoh dengan kasar : penebas menawar : bandeng tebasan iki regane Rp. 7.000.000,- nek oleh, nek gak oleh yo gak popo (dengan nada agak tinggi) (bandeng tebasan ini harganya Rp. 7.000.000,- itu kalau boleh, kalau tidak boleh ya tidak apa-apa). Penjual menjawab : opo-opoan iki, bandeng akeh ngene kok dinyang Rp. 7.000.000,- luwe enak tak garap dewe (apa-apaan ini, bandeng banyak gini kok ditawar Rp. 7.000.000,- lebih enak saya garap sendiri). 5. Cara Melakukan Penyerahan Ikan Bandeng Pada Tebasan a. Penyerahan ikan bandeng Dalam jual beli tebasan tidaklah sebagaimana dalam jual beli pada umumnya, namun dalam jual beli ini, pemilik tambak menyerahkan barang atau ikan yang masih berada dalam tambak kepada yang membeli (penebas) tambak untuk mengambilnya sendiri pada waktu yang ditentukan.

53 Setelah terjadi kesepakatan harga, pemilik tambak menyerahkan ikannya yang masih dalam 4 bulan lagi dari umur ikan bandeng yakni 2 bulan, maka mulai saat itu seluruh ikan yang berada dalam tambak menjadilah hak penebas hingga selesai melaksanakan tebasan, segala peralatan yang dibutuhkan pada waktu melaksanakan tebasan atau memanen ikan ditanggung oleh penebas, demikian juga keuntungan dan kerugiannya sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, jika terjadi kerugian biasanya dengan kerelaan orang yang nebas tambak. Dan dengan masalah pupuk ikan, atau kerusakan diesel itu semua sudah menjadi tanggung jawab orang yang nebas tambak. Dan pemilik tambak tidak ikut-ikut masalah ini. 3 b. Keuntungan Dan Kerugian Dalam Jual Beli Tebasan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: TABEL 17 Keuntungan Dan Kerugian Dalam Jual Beli Tebasan No Kategori Frequency (F) 01 Sama-sama memperoleh keuntungan 4 02 Mengalami kerugian - Jumlah 4 Sumber : wawancara dengan pembeli H. Ali tanggal 9 Desember 2008 jam 10.00 WIB Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa dalam jual beli tebasan ini baik pemilik tambak maupun penebas sama-sama mendapatkan keuntungan, dan sedikit yang mengalami kerugian. 3 Interview dengan orang yang membeli (nebas) pada tanggal 15 Desember 2008

54 c. Sikap Pemilik Tambak Saat Menyerahkan Ikannya Pada Penebas Dapat Dilihat Pada Tabel Di Bawah Ini: TABEL 18 Sikap Pemilik Tambak Saat Menyerahkan Ikannya Pada Penebas No Kategori Frequency (F) 01 Sopan dan ramah 4 02 Tidak sopan dan juga tidak ramah - Jumlah 4 Sumber : wawancara dengan pembeli bpk Mansyur tanggal 9 Desember 2008 jam 10.00 Tabel di atas menunjukkan bahwa 100% pemilik tambak saat menyerahkan ikan pada penebas adalah sopan dan ramah. Hal tersebut menggambarkan bahwa pemilik tambak sudah rela dan ikhlas ikannya di tebas, 0% yang sikapnya tidak sopan dan tidak ramah. Dalam penyerahan tersebut, ikan bandeng sudah menjadi milik penebas, sedangkan pemilik tambak tidak ikut campur dan semuanya sudah menjadi hak penebas untuk merawat atau mengerjakan tambak dengan kekuasaannya, selesai melaksanakan masa kontrak tambak tersebut dikembalikan pada pemilik tambak.