PROGRAM PASCA SARJANA BIOMEDIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar,

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses. Tabel 1. Hasil Perhitungan Angka Neutrofil

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB I PENDAHULUAN. 200 tahun. Kenyataannya, Biro Kependudukan Amerika Serikat meramalkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, terutama usia dewasa. Insidensi dan prevalensinya meningkat

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al.,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

BAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen..

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

PADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan kekuatan dari otot ke tulang sehingga dapat. menghasilkan gerakan pada sendi. Tendon memiliki kekuatan yang lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi

BAB 6 PEMBAHASAN. pembentukan protein struktural yang berperan dalam pembentukan jaringan. 27

BAB I PENDAHULUAN. seperti informasi dan teknologi, namun juga berpengaruh pada pola hidup

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) termasuk salah satu penyakit. tidak menular yang sering terjadi di masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Pengaruh Pemberian Ozon terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

Transkripsi:

1 EFEK JUS JAMBU BIJI (APPLE GUAVA) TERHADAP KADAR TNF-α DAN PERTUMBUHAN JARINGAN KOLAGEN PADA LUKA TIKUS TESIS Oleh : AGUSTIKA ANTONI NIM. 0821212029 PROGRAM PASCA SARJANA BIOMEDIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

8 Program Pasca Sarjana Universitas Andalas Program Studi Ilmu Biomedik Tesis, Januari 2011 Agustika Antoni Efek Jus Jambu Biji (Apple Guava) Terhadap Kadar TNF-α dan Pembentukan Jaringan Kolagen pada Luka Tikus. x..+ 55 + 3 tabel + 5 gambar + 6 lampiran ABSTRAK Luka merupakan suatu keadaan kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu, ph, zat kimia, gesekan, trauma, tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera, tubuh dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka. Gangguan penyembuhan luka dapat disebabkan oleh faktor endogen seperti sistem imun tubuh dan eksogen seperti nutrisi, infeksi, oksigen, terapi radiasi. Tumor Necrotic Factor (TNF-α) merupakan sitokin pro-inflamasi yang berperan terhadap fase penyembuhan luka di fase inflamasi dan kolagen merupakan suatu protein konstituen utama dari matrik extra celuller (ECM) dan bertanggungjawab untuk memperkuat luka. Kolagen terdeteksi pertama kali pada hari ke-3 serta menghilang mulai bulan ke-3. Angka kejadian infeksi pasca bedah di negara yang sedang berkembang masih cukup tinggi. Indonesia merupakan negara berkembang, hal ini dipengaruhi oleh jumlah pencemaran (nosokomial), virulensi kuman, nutrisi, daya tahan tubuh dan sterilitas operasi (asepsis dan antisepsis). Penelitian ini merupakan ekprimental murni dilaboratorium dengan pendekatan Post test only control group design dengan tujuan mengetahui efek jus jambu biji (Apple guava) terhadap kadar TNF-α dan pertumbuhan jaringan kolagen pada luka tikus di hari ke-8. Populasi pada penelitian ini adalah tikus dewasa yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 200 sampai 300 gr. Pemilihan sampel pada penelitian ini dengan cara menggunakan rumus Abo Crombi yang termasuk kedalam kriteria inklusi sebanyak 16 sampel perlakuan dan 16 sampel kontrol. Untuk mengetahui hubungan variabel independen terhadap variabel dependen dengan uji T test untuk TNF-α dan Chi-Square test untuk kolagen. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Jus Jambu Biji (Apple Guava) tidak berefek secara signifikan terhadap kadar TNF-α di fase inflamasi dan tidak berefek terhadap pembentukan jaringan kolagen di hari ke-8. Walaupun secara statistik Jus Jambu biji (Apple Guava) tidak berefek secara signifikan terhadap kadar TNF-α, tetapi ada perbedaan kadar rerata kontrol dengan perlakuan. Begitu juga pada pembentukan jaringan kolagen di hari ke-8 Kata kunci: TNF-α, Kolagen, Appe Guava Daftar bacaan : 51 (1989-2009)

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Luka merupakan suatu keadaan kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu, ph, zat kimia, gesekan, trauma, tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka, Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan (Tarigan dan Pemila, 2007). Berdasarkan mekanisme terjadinya luka dapat dibagi menjadi 7 macam yaitu : luka insisi, luka memar, luka lecet, luka tusuk, luka gores, luka tembus, dan luka bakar. Berdasarkan tingkat terkontaminasi, luka dapat dibedakan 3 tingkat yaitu : luka bersih, luka terkontaminasi, dan luka kotor/infeksi. Luka insisi merupakan terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam, misalnya yang terjadi akibat pembedahan (Irman, 2007). Luka dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : luka akut dan kronik. Luka dikatakan akut jika penyembuhan luka dapat terjadi antara 2 sampai 3 minggu, sedangkan luka kronis adalah luka yang tidak ada tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa

19 juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi (Agustina, 2009). Gangguan penyembuhan luka dapat disebabkan oleh faktor endogen seperti sistem imun tubuh dan eksogen seperti nutrisi, infeksi, oksigen, terapi radiasi (Jamil, 2008). Menurut penelitian Lestari dkk (2008), bahwa sistem imun tubuh dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka sirkumsisi pada anak. Perbaikan luka yang diharapkan berlangsung dengan cepat, tapi pada kenyataannya terjadi masa recovery yang lama. Hal ini merupakan permasalahan pada penyembuhan luka. Kegagalan penyembuhan luka dapat disebabkan karena panjangnya pada fase inflamasi, ini dapat dipengaruhi oleh proses penyembuhan luka yang melibatkan multifaktor. Penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis dan interaktif melibatkan berbagai mediator yang terlarut dalam darah, jaringan granulasi, sel epitel, neovaskular, respon imun, matriks ekstraseluler dan sel parenkim (Manjas, 2007). Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 3 juta pasien mengalami gangguan penyembuhan luka dan diperkirakan jutaan dollar pertahun dipakai untuk mengatasi lamanya penyembuhan luka (Singer and Clark (1999); Schwartz and Neumester (2006); Jamil (2009). Angka kejadian infeksi pasca bedah di negara yang sedang berkembang masih cukup tinggi. Indonesia merupakan negara berkembang, hal ini dipengaruhi oleh jumlah pencemaran (nosokomial), virulensi kuman, nutrisi, daya tahan tubuh dan sterilitas operasi (asepsis dan antisepsis) (Manjas, 2007). Untuk proses penyembuhan luka diperlukan peranan mediator pro-inflamasi seperti Tumor Necrotic factor (TNF-α) dan Interleukin-1 (IL-1). Bertambah baik dan maksimal kerja mediator pro-inflamasi untuk meningkatkan kerja sel inflamasi pada fase inflamasi, maka proses pembersihan luka semakin baik. Ini dapat mempercepat

20 proses penyembuhan luka. TNF-α merupakan mediator pro-inflamasi yang dirangsang oleh neutrofil yang bermanfaat untuk merangsang sel inflamasi, fibroblas dan sel epitel. Semangkin tinggi kadar TNF-α pada luka, menandakan proses inflamasi sedang berlangsung, kalau kadar TNF-α menurun, menandakan luka mulai membaik. TNF-α juga berfungsi sebagai migrasi polymorfonucleat (PMN), apoptosis sel, sintesa sel matrix metalloproteinase (MMP), stimulasi produksi macam-macam protease khususnya MMPs dan mempengaruhi apoptosis fibroblast (Granick dan Gamelli, 2007). Menurut Granick dan Gamelli (2007), penurunan TNF-α dan IL-1 dalam pembuluh darah, berarti menandakan luka mulai membaik. Menurut Karnen dan Iris (2009), TNF-α memiliki efek biologis, yaitu pengerahan neutrofil dan monosit ketempat infeksi untuk membunuh kuman, memacu ekspresi molekul adhesi sel endotel vascular untuk lekosit, merangsang makrofag mensekresikan kemokin dan menginduksi kemotaksis dan pengerahan lekosit, menginduksi apoptosis di sel inflamasi, meningkatkan sintesis protein serum tertentu seperti amyloid A protein dan fibrinogen oleh hepatosit. TNF-α mempunyai 212 asam amino tipe II transmembran protein yang dibentuk di homotrimers. Membran yang tergabung membentuk soluble homotrimeric cytokine (stnf) yang dibentuk melalui proteolytic oleh metalloprotease TNF-α yang merubah enzim (Black, at al, 1997). Tubuh membentuk asam amino untuk proses pergantian sel membutuhkan makanan yang cukup mengandung vitamin, mineral, lipid, protein dan karbohidrat. Tubuh dalam perbaikan dan pembentukan sel dari susunan asam amino dapat dipengaruhi oleh pembentukan oksidan, sehingga dapat mempengaruhi fungsi gen,

21 komunikasi celah junction (gap-junction communication), mempengaruhi modulasi hormon, respon imun, serta mempengaruhi pengaturan metabolisme, sehingga dapat menyebabkan resiko penyakit kronik (Gunawan, 2003). Untuk mengurangi bahaya tersebut diatas terhadap sel, tubuh membutuhkan antioksidan non-enzimatik yang terdiri atas berbagai protein yang mengikat logam atau kompleks biologis, tiol protein, dan antioksidan molekul kecil (Thomas,1998). Antioksidan molekul kecil yang terdapat dalam plasma dapat digolongkan sebagai antioksidan yang larut dalam air dan larut dalam lipid (berasosiasi dengan lipoprotein). Yang termasuk antioksidan molekul kecil ini antara lain adalah asam askorbat, asam urat, bilirubin, α-tokoferol, dan karotenoid (Grisham and Mc Cord; Taylor, at.al, 1989). Secara in vitro terbukti bahwa antioksidan dapat mencegah stress oksidatif pada mitokondria dan apoptosis (Wijaya, 2006). Jambu biji (apple guava) merupakan tanaman keluarga yang sangat bermanfaat sebagai antioksidan sebab dari sekian banyak tanaman, apple guava yang sangat banyak mengandung asam askorbat, yaitu: dalam 100 gram jambu biji mengandung 12.20 gr vitamin C (asam askorbat) (Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultural, 1996). Vitamin C yang dikandung apple guava mempunyai peran sebagai antioksidan yang larut dalam air dan dapat menghambat pembentukan nitrosamine, di proses pencernaan dapat membantu proses hidroksilasi prolin untuk sintesis kolagen, proses penguraian tirosin, oksodasi P-hidroksi fenilpiruvat menjadi homogentisat yang bisa mempertahankan keadaan tereduksi pada ion tembaga yang diperlukan untuk memberikan aktivitas maksimal, sintesis epinefrin dari tirosin pada tahap

22 dopamine-hidroksilase, pembentukan asam empedu pada tahap awal 7 alfa hidroksilase, mempertahankan asam askorbat di kortek adrenal (Rustiana, 2004). Guava sangat banyak mengandung komposisi kimia lain seperti mineral, vitamin, lemak, dan asam amino yang dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi dan guava juga banyak mengandung bermacam vitamin, seperti : vitamin A, B1, B2, B3, B6, B12, C, E, K. Sebagian besar vitamin yang dikandung oleh guava dapat berfungsi sebagai antioksidan, seperti : vitamin C dan vitamin E. Apple guava juga mengandung likopen yang bertindak sebagai antioksidan pada proses metabolisme tubuh (Sains, 2009). Antioksidan dapat bereaksi dengan mudahnya dari hasil reaksi oksidan seperti : OH. Jika tidak ada kehadiran antioksidan, hasil reaksi oksidan akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya. Ini akan berakibat menghasilkan lebih banyak radikal bebas dan mempengaruhi molekul-molekul lain disektarnya. Berbeda halnya dengan kehadiran antioksidan, jika ada radikal bebas akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya terhadap metabolisme sel, reaksi oksidan pun dapat berhenti (Iqbal dkk, 2009). Berdasarkan uraian diatas sehingga peneliti tertarik untuk membuktikan pengaruh ekstrak apple guava terhadap kadar TNF-α dan pertumbuhan jaringan kolagen pada luka tikus.

23 1.2 Rumusan Masalah a) Apakah ada efek jus Jambu biji (Apple guava) terhadap kadar TNF-α di hari ke 8 pada tikus yang mengalami luka? b) Apakah ada efek jus Jambu biji (Apple guava) terhadap pertumbuhan jaringan kolagen di hari ke 8 pada tikus yang mengalami luka? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui efek jus jambu biji (Apple guava) terhadap kadar TNF-α dan pertumbuhan jaringan kolagen pada luka tikus di hari ke-8. 1.3.2 Tujuan khusus a) Mengetahui efek jus Jambu biji (Apple guava) terhadap kadar TNF-α di hari ke 8 pada tikus yang mengalami luka? b) Mengetahui efek jus Jambu biji (Apple guava) terhadap pertumbuhan jaringan kolagen di hari ke 8 pada tikus yang mengalami luka?

24 1.4 Manfaat Penelitian a) Untuk membantu masyarakat dan pembaca tentang manfaat tanaman apple guava sebagai obat penyembuhan luka. b) Sebagai menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang pemanfaatan jus Jambu biji (Apple guava) yang dapat mempengaruhi respon imun tubuh terhadap penyembuhan luka. c) Sebagai informasi untuk peneliti berikutnya dalam mengembangkan atau memperdalam penelitian ini dan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang pengunaan jus Jambu biji (Apple guava) dalam proses penyembuhan luka.

63 BAB V HASIL PENELITIAN Telah dilakukan penelitian tentang efek jus Jambu Biji (Guava) terhadap kadar TNF-α dan pertumbuhan jaringan Kolagen pada luka tikus. 5.1 Hasil uji statistik kadar TNF-α pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Table 5.1. Hasil uji statistik kadar TNF-α pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan Kelompok Kadar rata-rata TNF-α (pg/ml) Perlakuan 29,37825 P 0,331 Kontrol 27,01794 Dari tabel diatas tidak bermakna secara signifikan efek jus Jambu Biji (Apple Guava) terhadap kadar TNF-α di hari ke-8 pada Tikus yang mengalami luka (p > 0,05). Berdasarkan beda nilai rata-rata antara kedua kelompok, kelompok tikus perlakuan yang lebih tinggi dari kelompok kontrol. Rata-rata Kadar TNF alfa kadar TNF alfa 29,500 29,000 28,500 28,000 27,500 27,000 26,500 26,000 25,500 perlakuan kontrol Gambar 5.1. Distribusi rata-rata kadar TNF-α pada kelompok perlakuan dan kontrol

66 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Kadar TNF-α pada kelompok perlakuan dan kontrol Hasil dari uji statistik kadar rata-rata TNF-α pada kelompok perlakuan perlakuan lebih tinggi (29,37825 pg/ml) dari pada kelompok kontrol (27,01794 pg/ml). Nilai P=0,331 berarti ( P> 0,05) artinya jus jambu biji (Apple Guava) tidak berefek secara signifikan terhadap kadar TNF-α di hari ke-8 pada Tikus yang mengalami luka. Menurut teori untuk proses penyembuhan luka diperlukan peranan mediator pro-inflamasi seperti Tumor Necrotic factor (TNF-α) dan Interleukin-1 (IL-1). Bertambah baik dan maksimal kerja mediator pro-inflamasi untuk meningkatkan kerja sel inflamasi pada fase inflamasi, maka proses pembersihan luka semakin baik. Ini dapat mempercepat proses penyembuhan luka. TNF-α merupakan mediator proinflamasi yang merangsang neutrofil sebagai sel inflamasi, fibroblas dan sel epitel. Semangkin tinggi kadar TNF-α pada luka, menandakan proses inflamasi sedang berlangsung, kalau kadar TNF-α menurun, menandakan luka mulai membaik. Penurunan TNF-α dalam darah menandakan luka mulai membaik (Granick dan Gamelli, 2007). Menurut Karnen dan Iris (2009) bahwa TNF-α juga memiliki efek biologis, yaitu pengerahan neutrofil dan monosit ketempat infeksi untuk membunuh kuman, memicu ekspresi molekul adhesi sel endotel vascular untuk lekosit, merangsang makrofag mensekresikan kemokin, menginduksi kemotaksis dan pengerahan lekosit, menginduksi apoptosis sel inflamasi. Berdasarkan teori yang diatas seharusnya pada hari ke-8 bukan lagi fase inflamasi pada luka tikus kelompok perlakuan, tetapi kadar TNF-α antara kelompok tikus perlakuan dengan kelompok

72 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan pemberian jus guava terhadap kadar TNF-α dan pertumbuhan jaringan kolagen pada luka tikus, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa, a. Pemberian jus guava terbukti tidak berefek secara signifikan terhadap kadar TNF-α pada luka tikus di hari ke-8. b. Pemberian jus guava terbukti secara statistik tidak berberefek secara signifikan terhadap pembentukan jaringan kolagen pada luka tikus di hari ke-8. 7.2. Saran a. Perlu dilakukan penelitian ulang tentang mekanisme kerja jus jambu biji terhadap kadar TNF-α yang berperan terhadap merangsang sel inflamasi untuk membersihkan luka dan pertumbuhan jaringan kolagen dengan menambahkan pemberian dosis jus guava, perawatan luka tikus saat penelitian, serta pengambilan sampel perlu disesuaikan dengan jenis fase penyembuhan luka. b. Jika dilakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini, sebaiknya dilakukan pada luka sekunder sebab luka pada tikus susah untuk dipertahankan tetap menjadi luka sekunder. c. Jika dilakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini perlu ditambahkan variabel protein pro-inflamasi lain seperti IL-1, IL-6, IL-8 dan IFN-γ dan variabel sel T limfosit, khususnya sel Th 1.

73 DAFTAR PUSTAKA Abreu P.R.C., at al., 2006. Guava extract (Psidium guava) alters the labeling of blood constituents with technetium-99m. Journal of Zhejiang University Science B. Agustina H R., 2009. Perawatan Luka Modern.Available in www. Keperawatanonline.co.cc/2009/01/perawatan-luka-modern.html. Akbar. M., 2009. Proses Penyembuhan Luka. Available in http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/. Ankush G and Luisa D., 2004, Aging and Wound Healig; World Journal Surgery; 28:321-326. Ardiansyah., 2007. Antioksidan dan Peranannya Bagi Kesehatan. Tohoku University Sendai, Jepang. Artikel. Asikin N., 2001. Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan. Bagian Biokimia FKUI. Jakarta. Bertschinger dan Julia., 1991. Circumcision, Noharmm Journal; 17: 22-23, Available from : http://www.emedicine.com/ped/pedindex.shtml. Black RA, at al., 1997. "A metalloproteinase disintegrin that releases tumournecrosis factor-alpha from cells". Nature 385 (6618): 729 33. Bratawidjaya K G., 2004. Imunolgi Dasar. Edisi ke-6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Chen G., Goeddel D V., 2002. TNF-R1 signaling: a beautiful pathway. Science 296 (5573): 1634 5. De Jong dan Sjamsuhidajat. R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2; EGC: Jakarta. Deodhar A K and Rana R E., 1997. Sugical Physilogy of wound healing: review article. Dirjen Tanaman Pangan dan Horikultural, (1996). Jambu Biji. http//melon2.blogspot.com/2009/01/jambu-biji.html. Frei B, at.al, Small Molecule Antioxidant Defenses I Human Extracelluler Fluids; Scandalios JG., 1992. Molecular Biology of Free Radical Scavenging Systems. New York. Cold Spring Harbor Laboratorium Press.