KARAKTERISTIK BATAKO STYROFOAM KOMPOSIT MORTAR SEMEN SERBUK GERGAJI BATANG KELAPA

dokumen-dokumen yang mirip
BATAKO STYROFOAM KOMPOSIT MORTAR SEMEN

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS BATAKO PEJAL MENGGUNAKAN GABUS KELAPA DENGAN VARIASI VOLUME GABUS 10%, 15%, 20% DAN 50% A B S T R A K

BATAKO SEKAM PADI KOMPOSIT MORTAR SEMEN

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BAHAN TAMBAH PLASTIK DAN ABU SEKAM PADI DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN KERTAS KORAN BEKAS PADA CAMPURAN BATAKO SEMEN PORTLAND TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR

Pemanfaatan Pasir Telaga Sari dan Styrofoam untuk Pembuatan Batako Ringan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN CLAY EX. BENGALON SEBAGAI AGREGAT BUATAN DAN PASIR EX. PALU DALAM CAMPURAN BETON DENGAN METODE STANDAR NASIONAL INDONESIA

Heri Sujatmiko Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI

Abstrak. Kata kunci : Serat sabut kelapa, Genteng beton, Kuat lentur, Impak, Daya serap air

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

PENENTUAN KUALITAS PAVING BLOCK BERDASARKAN SIFAT FISIS VARIASI CAMPURAN PASIR DAN SEMEN. Yon Fajri, Riad Syech, Sugianto

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS BATAKO PEJAL DENGAN SERAT KELAPA DENGAN VARIASI 1,5 CM, 2 CM DAN 2,5 CM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT JENUH KERING MUKA DENGAN AGREGAT KERING UDARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

EVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PEMBAHASAN

PENGARUH ABU VULKANIK GUNUNG MERAPI TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Ariyani, N 1), Luser, D 2) ABSTRACT

STUDI EKSPERIMEN PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON NORMAL DAN BETON DENGAN TAMBAHAN ADDITON DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PCC

3.4.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Error! Bookmark not defined Kadar Lumpur dalam Agregat... Error!

III. METODE PENELITIAN. Lampung. Benda uji pada penelitian ini berupa kubus dengan ukuran 5cm x

PENGARUH AIR LIMBAH PADA ADUKAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

Pengaruh Substitusi Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Kaca Dan Silica Fume Terhadap Sifat Mekanik Beton

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

STUDI PEMANFAATAN SERBUK GERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN TAMBAH CAMPURAN BATAKO

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH KALENG TERHADAP CAMPURAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR PALU DAN AGREGAT HALUS PASIR MAHAKAM DITINJAU DARI KUAT TEKAN

BAB III METODOLOGI. 3.1.Ruang Lingkup

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI TERHADAP KUAT TEKAN KUAT LEKAT DAN ABSORFSI PADA MORTAR SEMEN. Oleh : Dedi Sutrisna, M.Si.

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT ROVING PADA MORTAR (Tinjauan Terhadap Kelecakan, Kuat Tekan, Kuat Tarik, Dan Kuat Rekat)

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH DAN VOLUME FOAM TERHADAP KUAT TEKAN, DAYA SERAP AIR, DAN BERAT JENIS BETON RINGAN FOAM DENGAN PERBANDINGAN 1PC : 1PS

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN KUALITAS BATAKO DENGAN PEMAKAIAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS EX COLD MILLING. Naskah Publikasi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

untuk mencapai workabilitas dan nilai slump rencana terhadap kuat tekan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

TINJAUAN KUALITAS GENTENG BETON SEBAGAI PENUTUP ATAP DENGAN BAHAN TAMBAH SERAT SABUT KELAPA. Naskah Publikasi

LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK LDPE SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BATAKO BETON RINGAN

PENAMBAHAN LIMBAH ABU BATU BARA PADA BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KUAT TEKAN BATAKO DENGAN PENAMBAHAN SEMEN MERAH DARI LIMBAH GERABAH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R

PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

Pengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

USE OF CLAY EX. BENGALON AS AGGREGATE MADE AND SAND EX. MUARA BADAK IN MIXED CONCRETE METHOD STANDART NATIONAL INDONESIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berat Tertahan (gram)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL SIFAT-SIFAT MEKANIK BETON NORMAL DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI AGREGAT KASAR

SIFAT - SIFAT MORTAR DARI PASIR MERAUKE DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA. Daud Andang Pasalli, ST., M.Eng

Tabel 5.6. Penyerapan Air Bata Beton Ringan CKS. No. Berat Benda Uji Nilai Benda Uji. A (gr) (SSD)

Transkripsi:

KARAKTERISTIK BATAKO STYROFOAM KOMPOSIT MORTAR SEMEN SERBUK GERGAJI BATANG KELAPA Iwan Wikana 1), Gulo, A 2) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail : christanti_lkp@yahoo.co.id 2) Alumni S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail : analisis_gulo@yahoo.com ABSTRACT Concrete brick is one of building materials, has a contribution as a load on the structure such as beams, columns and foundation. Lightweight concrete brick is expected to reduce the load on the structure, so that the dimensions of the load receiving structure can also be minimized. The utilization of waste styrofoam and sawdust of coconut trunk used as a replacement of sand which is a way to produce lightweight concrete brick. On this research, materials that are used as a mixture of lightweight concrete brick composed of cement, sand and styrofoam, where the ratio 1pc: 4Ps, partly of sands substituted by a styrofoam by 80% of volume. To increase the compressive strength of styrofoam brick, test specimens were given mortar coating with various of thickness of 0 mm, 5 mm, 10 mm and 15 mm, where some sand in the ratio 1pc: 5Ps substituted by 15% of sawdust of coconut trunk. Laboratory testing of concrete brick of styrofoam composite coating included a test mortar compressive strength and water absorption test. The results of this test showed that the compressive strength and the average of water absorption of cube mortar cube (with sawdust), with 256 MPa and 14.35%, whereas without sawdust amounted to 6.1416 MPa and 10.22%. The use of 15% of sawdust of coconut trunks as a partial substitute for sand to make mortar cube compressive strength tends to decrease, but water absorption increased. Compressive strength test results of styrofoam brick mortar with composite coatings at T-10 = 2.79 MPa and T-15 = 3.44 MPa are qualified for the concrete brick of level IV of 2.5 MPa. While the test results of water absorption of styrofoam brick mortar with composite coatings at T-0 = 9.04%, T-5 = 10.55%, T-10 = 11.63% and T-15 = 14.04%, qualified for the maximum average of water absorption of 25% (SNI-03-0349-1989). The aim of this research is to produce the lightweight concrete brick has reached on the whole variation of the thickness of mortar coating, where the maximum weight at T-15 = 9.321 kg is lighter than the heavy concrete blocks on the market of 14.4 kg. Thus, the styrofoam concrete brick with composite coatings at T-10 and T-15 has fulfill the physical requirement and quality of lightweight concrete brick level IV. Keywords: concrete brick, styrofoam, sawdust of coconut trunk. I. PENDAHULUAN Batako sebagai salah satu bahan bangunan, memiliki kontribusi sebagai pemberi beban pada struktur penerima beban seperti balok, kolom dan pondasi. Batako yang ringan diharapkan mampu mengurangi beban struktur, sehingga dimensi struktur penerima beban Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012 17

pun dapat diperkecil dan sekaligus efisiensi biaya. Dari hasil penelitian terdahulu memberikan hasil bahwa semakin besar pemakaian styrofoam, berat batako semakin ringan, namun kuat tekannya semakin rendah. Upaya yang pernah dilakukan untuk menambah kuat tekan batako styrofoam dengan menambahkan mortar semen sebagai pelapis bagian luar batako secara komposit (Ahmad Wancik, 2008). Mortar semen yang dimaksud pada umumnya terdiri dari campuran semen dan pasir. Penggunaan pasir sebagai bahan dasar mortar bisa digantikan sebagian dengan bahan lain seperti limbah serbuk gergaji. Pada penelitian ini, dimanfaatkan limbah serbuk gergaji batang kelapa sebagai subtitusi (pengganti) sebagian pasir pada mortar semen untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan lapisan mortar serbuk gergaji batang kelapa dengan variasi ketebalan 0 mm, 5 mm, 10 mm dan 15 mm terhadap karakteristik batako styrofoam. Melalui penelitian ini, diharapkan limbah stryrofoam maupun limbah serbuk gergaji batang kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan filler pengganti sebagian pasir pada batako, sehingga dapat dihasilkan batako ringan. II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut SNI 03-0348-1989, bata beton adalah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang dibuat dari campuran bahan perekat hidraulis atau sejenisnya, air dan agregat, dengan atau tanpa bahan tambah lainnya yang tidak merugikan sifat beton itu. Bata beton pejal adalah bata beton yang memiliki penampang pejal 75% atau lebih dari luas penampang seluruhnya dan memiliki volume pejal lebih dari 75% volume seluruhnya. Bata beton adalah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang dibuat dari bahan utama semen portland, air dan agregat; yang dipergunakan untuk pasangan dinding. Bata beton dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu bata beton pejal adalah bata yang memiliki penampang pejal 75% atau lebih dari luas penampang seluruhnya dan memiliki volume pejal lebih dari 75% volume bata seluruhnya. Bata beton berlubang adalah bata yang memiliki penampang lubang lebih dari 25% luas penampang batanya dan volume lubang lebih dari 25% volume bata seluruhnya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, batako yang dimaksud dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai bata beton pejal. Namun, pada uraian selanjutnya akan digunakan istilah batako. Berdasarkan syarat fisisnya, batako dapat dibedakan menjadi 4 tingkat mutu seperti diperlihatkan pada Tabel 1. Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012 18

Tabel 1. Pembagian tingkat mutu batako berdasarkan syarat fisis No. Syarat fisis Satuan Tingkat mutu batako I II III 1. Kuat tekan bruto rata-rata minimum kg/cm 2 100 70 40 2. Kuat tekan bruto masing-masing benda uji minimum kg/cm 2 90 65 35 3. Penyerapan air rata-rata maksimum % 25 35 - IV 25 21 - Sumber : SNI 03-0349-1989 Jika W 1 adalah berat benda uji setelah direndam dan W 2 adalah berat benda uji setelah dioven, maka uji penyerapan air dapat dihitung dengan rumus: W 1 W Penyerapan air 2 x100%... (1) W 2 Kuat tekan didapat dengan membagi beban maksimum (P) dengan luas bidang tekan benda uji (A). Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai kuat tekan (kg/cm 2 atau MPa) adalah: P Kuat tekan (fc ) A. (2) Diharapkan dengan penggunaan limbah styrofoam dan limbah serbuk gergaji batang kelapa bisa dihasilkan batako yang lebih ringan, maksimal 2/3 dari berat batako di pasaran. Sebagai pembanding, berat batako yang dijual di pasaran pada umumnya ± 14,4 kg per buah. Pemeriksaan terhadap penyerapan air mortar pelapis bertujuan untuk membandingkan penyerapan air mortar pelapis (dengan serbuk gergaji batang kelapa) dan penyerapan air mortar normal (tanpa serbuk gergaji batang kelapa). III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Tabel 2. Bahan penelitian yang digunakan sebagai bahan susun batako No. Bahan Penelitian Keterangan 1. Semen portland Semen Portland tipe I (merek Gresik) 2. Agregat halus Berasal dari Muntilan, Magelang Jateng 3. Air Jaringan air bersih Lab. FT - UKRIM 4. Styrofoam Berasal dari Unit Styrofoam Paguyuban Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Sukunan, Sleman, Yogyakarta 5. Serbuk gergaji batang kelapa Berasal dari limbah usaha penggergajian batang kelapa di Jl. Solo Km. 11 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012 19

3.2. Alat Penelitian Tabel 3. Alat penelitian dan keterangannya No. Alat Penelitian Keterangan 1. Ayakan standar ASTM dan Sieve Shaker Ayakan no. 4, 8, 16, 30, 50, 100 dan pan 2. Oven Mencapai temperatur maksimal 300 C 3. Cetakan mortar Cetakan yang digunakan untuk mencetak mortar terbuat dari baja dan memiliki ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm. 4. Cetakan batako Terbuat dari baja dengan 400 mm, 100 mm dan 200 mm serta memiliki cekungan tepi. 5. Alat uji tekan a. Mesin uji desak (Compression Tension Machine) merek FORNEY dengan kapasitas maksimal 250 Ton, digunakan untuk uji kuat tekan batako komposit mortar pelapis. b. Mesin Load Cell (modifikasi) dengan kapasitas beban maksimum 15 Ton, digunakan untuk uji kuat tekan mortar kubus. 6. Alat bantu lain Meliputi timbangan, cawan aluminium, corong kaca, gelas ukur, jangka sorong, desikator, takaran pasir, piknometer, kerucut SSD dan tongkat penumbuk. 3.3. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta dan membutuhkan waktu selama 1,5 bulan penelitian. Secara sistematis, tahapan penelitian dapat digambarkan seperti diperlihatkan oleh diagram alir penelitian pada Gambar 1. 3.3.1. Tahap persiapan dan pemeriksaan bahan susun Tahap persiapan meliputi pengadaan bahan susun, cetakan batako, cetakan mortar dan alat bantu lainnya. sedangkan tahap pemeriksaan bahan susun meliputi: a. Pemeriksaan modulus halus butir dan gradasi pasir b. Pemeriksaan modulus halus dan gradasi serbuk gergaji batang kelapa Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012 20

c. Pemeriksaan kadar air pasir d. Pemeriksaan kadar air serbuk gergaji batang kelapa e. Pemeriksaan berat satuan volume pasir f. Pemeriksaan berat satuan volume serbuk gergaji batang kelapa g. Pemeriksaan berat jenis pasir Tahap Persiapan (Penimbangan bahan susun) Semen Pasir Styrofoam atau serbuk gergaji Air Adukan harus homogen Pencampuran Pencetakan Pemadatan secara tepat Pegeringan alami 28 hari Pengeringan Pengujian - Uji Kuat Tekan - Uji daya serap air Gambar 1. Diagram alir penelitian 3.3.2. Tahap pengadukan bahan susun Pengadukan bahan susun batako styrofoam dan mortar pelapis tidak dapat dilakukan secara bersamaan. Pengadukan bahan susun mortar pelapis dilakukan setelah batako styrofoam selesai dicetak dan mulai mengeras. 3.3.3. Tahap pencetakan benda uji Seperti dijelaskan pada tahap pengadukan bahan susun, proses pencetakan batako styrofoam lebih dulu dan disusul pencetakan mortar pelapis. Cara penempatan cetakan batako, rangkaian cetakan kayu dan posisi benda uji diperlihatkan pada Gambar 2. Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012 21

400 mm 100 mm 34 mm 17 mm CETAKAN BATAKO Tampak Atas 400 mm 400 mm 100 mm 34 mm 100 mm 34 mm Tebal Mortar 0 mm Tebal Mortar 5 mm 400 mm 400 mm 100 mm 34 mm 100 mm 34 mm Tebal Mortar 10 mm Mortar Semen Serbuk Gergaji Batang Kelapa Batako Styrofoam Tebal Mortar 15 mm Gambar 2. Posisi dan penempatan cetakan batako 3.3.4. Tahap pengeringan benda uji Proses pengeringan terhadap benda uji dilakukan secara alami dengan membiarkan benda uji berada dalam ruangan yang terlindung selama 28 hari. 3.3.5. Tahap pelaksanaan pengujian Pengujian penyerapan air dan pengujian kuat tekan terhadap benda uji dilakukan setelah benda uji berumur 28 hari. Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012 22

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Tabel 4. Hasil pemeriksaan pasir Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Keterangan Modulus halus butir 2,504 Memenuhi standar teknis agregat yaitu antara 1,5 sampai 3,8 Gradasi pasir Golongan II Pasir agak kasar Kadar air pasir 3,03% Kondisinya yang tidak basah Berat satuan volume 1,24 gram/cm³ - Berat jenis pasir 2,62 - Tabel 5. Hasil pemeriksaan serbuk gergaji batang kelapa Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Keterangan Modulus halus 2,744 Mendekati nilai mhb dan gradasi Gradasi Golongan II pasir Kadar air 46,07% & 6,63% Kondisi basah & kering Berat satuan volume 0,23 gram/cm³ Lebih ringan dari pasir (pada volume yang sama) Ukuran serbuk gergaji batang kelapa yang digunakan lolos ayakan no. 16, dimaksudkan supaya ukuran panjang serbuk gergaji batang kelapa lebih kecil dari ukuran ketebalan mortar pelapis minimal, yaitu ukuran 5 mm. Pada penelitian ini digunakan serbuk gergaji batang kelapa pada kondisi kering, karena penggunaan serbuk gergaji batang kelapa pada kondisi basah dapat menjadikan adukan menjadi terlalu basah. Pemeriksaan bahan susun lain seperti styrofoam, semen dan air tidak dilaksanakan, tetapi menggunakan data/referensi dari penelitian yang menggunakan bahan susun yang sama, terutama pada kesamaan jenis dan sumbernya. Menurut Tjokrodimulyo K. (1996), berat jenis semen berkisar pada 3,15 dan berat satuannya adalah 1,25 gram/cm³. Menurut Ahmad W. (2008), styrofoam jenis tersebut memiliki berat satuan 0,0146 gr/cm³. Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012 23

4.2. Hasil Pengujian 4.2.1. Hasil pengujian kuat tekan Tabel 6. Hasil pengujian kuat tekan batako styrofoam komposit mortar pelapis Kode Kuat tekan rata-rata (Mpa) T0 1,93 T5 2,29 T10 2,79 T15 3,44 Tabel 7. Hasil pengujian kuat tekan mortar kubus Kode Kuat tekan rata-rata (MPa) Tanpa serbuk gergaji 6,1416 Dengan serbuk gergaji 4,1256 4.2.2. Hasil pengujian penyerapan air Tabel 8. Hasil penyerapan air batako styrofoam komposit mortar pelapis Kode Penyerapan air rata-rata (%) T0 9,04 T5 10,55 T10 11,63 T15 14,04 Tabel 9. Hasil pengujian penyerapan air mortar kubus Kode Penyerapan air rata-rata (MPa) Tanpa serbuk gergaji 10,22 Dengan serbuk gergaji 14,35 4.2.3. Hasil penimbangan berat benda uji Tabel 10. Hasil penimbangan berat batako styrofoam komposit mortar pelapis Kode Berat benda uji rata-rata Berat satuan volume rata-rata (kg) (gram/cm 3 ) T0 6,522 0,8119 T5 7,547 0,9175 T10 8,284 1,0444 T15 9,321 1,1629 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012 24

4.3. Pembahasan Jika dilihat secara fisik, batako dibentuk dari dua adukan yang berbeda. Namun, batako secara utuh dianggap homogen ketika diuji tekan. Pembebanan terhadap batako diberikan secara merata di seluruh bidang tekan dengan memberi lapisan penerap pada permukaan bidang tekan. Berdasarkan Tabel 6, secara berturut-turut terlihat hasil uji kuat tekan rata-rata setiap variasi ketebalan mortar pelapis 0 mm, 5 mm, 10 mm dan 15 mm yakni 1,93 MPa, 2,29 MPa, 2,79 MPa dan 3,44 MPa. Pada variasi ketebalan mortar pelapis 0 mm (tanpa mortar pelapis) menunjukkan kuat tekan terendah, sedangkan pada variasi ketebalan mortar pelapis 15 mm menunjukkan kuat tekan tertinggi. Dari data tersebut terlihat bahwa semakin tebal mortar pelapis, semakin tinggi kuat tekannya. Kuat tekan batako styrofoam tanpa mortar pelapis dengan ketebalan 0 mm dan 5 mm terlalu rendah serta tidak memenuhi syarat fisis kuat tekan minimal batako sebesar 2,5 MPa, namun kuat tekan masing-masing benda uji pada ketebalan mortar pelapis sebesar 5 mm telah memenuhi syarat fisis kuat tekan masing-masing benda uji minimal dari batako yakni 2,1 MPa. Rendahnya kuat tekan ini disebabkan karena penggunaan styrofoam dalam proporsi yang terlalu banyak. Sedangkan, kuat tekan pada ketebalan mortar pelapis 10 mm dan 15 mm telah memenuhi syarat fisis kuat tekan minimal dari batako yakni 2,5 MPa (tingkat mutu IV). Upaya yang dilakukan dengan menambahkan mortar pelapis dengan berbagai variasi ketebalan mampu meningkatkan kuat tekan batako, karena proporsi penggunaan styrofoam yang berkurang. Perbandingan kuat tekan batako styrofoam dengan syarat fisis kuat tekan minimal dari batako menurut SNI-03-0349-1989, ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Perbandingan kuat tekan batako styrofoam dengan syarat fisis kuat tekan minimal dari batako (SNI-03-0349-1989) Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012 25

Berdasarkan Tabel 7, terlihat hasil uji kuat tekan rata-rata mortar kubus ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm (tanpa serbuk gergaji dan dengan serbuk gergaji), berturut-turut 6,1416 MPa dan 4,1256 MPa. Perbedaan nilai kuat tekan ini terjadi akibat penggunaan serbuk gergaji batang kelapa sebesar 15% sebagai pengganti sebagian pasir yang menjadikan kuat tekan mortar (dengan serbuk gergaji) cenderung menurun. Pada perbandingan dan komposisi bahan susun yang sama, kuat tekan rata-rata mortar kubus (dengan serbuk gergaji batang kelapa) sebesar 4,1256 Mpa lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tekan rata-rata mortar kubus (dengan serbuk gergaji kayu jati) sebesar 3,04 MPa (Setyawan, 2006). Artinya, penggunaan serbuk gergaji batang kelapa memberikan pengaruh peningkatan kuat tekan mortar dibandingkan dengan penggunaan serbuk gergaji kayu jati. Berdasarkan Tabel 8, secara berturut-turut terlihat hasil uji penyerapan air rata-rata setiap variasi ketebalan mortar pelapis 0 mm, 5 mm, 10 mm dan 15 mm yakni 9,04%, 10,55%, 11,63% dan 14,04%. Pada variasi ketebalan mortar pelapis 0 mm (tanpa mortar pelapis) menunjukkan penyerapan air terendah, sedangkan pada variasi ketebalan mortar pelapis 15 mm menunjukkan penyerapan air tertinggi. Artinya, batako styrofoam (tanpa mortar pelapis) lebih kedap air dibandingkan batako styrofoam (dengan mortar pelapis). Hal ini disebabkan karena pori-pori serbuk styrofoam lebih rapat dan tertutup dibandingkan pori-pori serbuk gergaji yang terbuka. Berdasarkan hasil penimbangan berat, terlihat bahwa berat batako (dengan ketebalan mortar pelapis 5 mm, 10 mm dan 15 mm) pada kondisi kering alami lebih rendah dari berat pada kondisi kering oven. Sedangkan, berat batako pada kondisi kering alami (tanpa mortar pelapis atau 0 mm) lebih tinggi dari berat batako pada kondisi kering oven. Artinya, pemberian mortar pelapis (dengan serbuk gergaji batang kelapa) dapat meningkatkan penyerapan air pada batako, namun memperlambat proses pengeringan setelah direndam dalam air. Ditinjau dari SNI 03-0349-1989 tentang syarat fisis penyerapan air rata-rata maksimal dari batako, terlihat bahwa seluruh hasil pengujian penyerapan air batako dengan berbagai variasi ketebalan lapisan mortar telah memenuhi syarat maksimal penyerapan air dari batako tingkat mutu I yakni 25%. Perbandingan penyerapan air batako styrofoam dengan syarat fisis penyerapan air batako (SNI-03-0349-1989) ditunjukkan pada Gambar 4. Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012 26

Gambar 4. Perbandingan penyerapan air batako styrofoam dengan syarat fisis penyerapan air batako (SNI-03-0349-1989) Pada saat benda uji direndam dalam air, batako styrofoam dengan ketebalan mortar pelapis 0 mm dan 5 mm mengapung di dalam air (tidak tenggelam), sedangkan batako styrofoam dengan ketebalan mortar pelapis 10 mm dan 15 mm tenggelam, hal ini disebabkan oleh perbedaan berat satuan volume pada setiap ketebalan mortar pelapis. Pada Tabel 10, terlihat bahwa batako styrofoam pada ketebalan mortar pelapis 0 mm dan 5 mm memiliki berat satuan volume sebesar 0,8119 gram/cm 3 dan 0,9175 gram/cm 3 (lebih kecil dari berat satuan volume air), sedangkan batako styrofoam pada ketebalan mortar pelapis 10 mm dan 15 mm memiliki berat satuan volume sebesar 1,044 gram/cm 3 dan 1,1629 gram/cm 3 (lebih besar dari berat satuan volume air). Sifat styrofoam cenderung kedap (tidak menyerap) air, dibandingkan sifat serbuk gergaji batang kelapa yang cenderung menyerap air (terutama pada penggunaan mortar pelapis yang semakin tebal). Berdasarkan Tabel 9, terlihat hasil uji penyerapan air rata-rata mortar kubus ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm (tanpa serbuk gergaji dan dengan serbuk gergaji), berturut-turut 10,22% dan 14,35%. Akibat dari penggunaan serbuk gergaji batang kelapa sebesar 15% sebagai pengganti sebagian pasir menjadikan hasil penyerapan air mortar semakin tinggi. Pada perbandingan dan komposisi bahan susun yang sama, penyerapan air rata-rata mortar kubus dengan serbuk gergaji batang kelapa sebesar 14,35% lebih rendah dibandingkan penyerapan air rata-rata mortar kubus dengan serbuk gergaji kayu jati sebesar 35,942% (Setyawan, 2006). Berdasarkan Tabel 10, secara berturut-turut terlihat hasil berat rata-rata setiap ketebalan mortar pelapis 0 mm, 5 mm, 10 mm dan 15 mm yakni 6,522 kg, 7,547 kg, 8,284 Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012 27

kg dan 9,321 kg. Pada ketebalan mortar pelapis 0 mm (tanpa mortar pelapis) menunjukkan berat batako terendah, sedangkan pada variasi ketebalan mortar pelapis 15 mm menunjukkan berat batako tertinggi. Dari data tersebut terlihat bahwa semakin tebal mortar pelapis semakin naik beratnya, disebabkan oleh perbedaan berat adukan berbahan susun styrofoam yang lebih ringan dibandingkan berat adukan berbahan susun susun serbuk gergaji batang kelapa pada volume yang sama. Selanjutnya, pada Tabel 11, terlihat hasil pemeriksaan berat rata-rata mortar kubus ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm (tanpa serbuk gergaji dan dengan serbuk gergaji), berturut-turut 245,6 gram dan 206,4 gram. Akibat dari penggunaan serbuk gergaji batang kelapa sebesar 15% sebagai pengganti sebagian pasir menjadikan berat mortar semakin rendah, disebabkan oleh perbedaaan berat satuan volume serbuk gergaji batang kelapa yang jauh lebih kecil dibandingkan berat satuan volume pasir. Hubungan antara kuat tekan, penyerapan air dan berat batako pada setiap ketebalan mortar pelapis ditunjukkan pada Gambar 5 di bawah ini.. HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN, PENYERAPAN AIR DAN BERAT BATAKO PADA SETIAP KETEBALAN MORTAR PELAPIS 14,04 9,04 10,55 11,63 6,522 7,547 8,284 9,321 3,44 1,93 2,29 2,79 T0 T5 T10 T15 Kuat tekan (MPa) Penyerapan air (%) Berat (kg) Gambar 5. Hubungan antara kuat tekan, penyerapan air dan berat batako Pada Gambar 5 diperlihatkan bahwa nilai kuat tekan, penyerapan air dan berat batako cenderung semakin naik seiring dengan penambahan ketebalan mortar pelapis. Kondisi yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan bangunan adalah batako styrofoam dengan variasi ketebalan mortar pelapis 10 mm dan 15 mm, dimana kuat tekan, penyerapan air dan berat batako telah memenuhi syarat fisis batako tingkat mutu IV (Tabel 1). Dilihat dari penyerapan airnya yang rendah, batako styrofoam komposit mortar pelapis dapat digunakan pada konstruksi tidak terlindung (untuk konstruksi di luar atap), namun tidak dapat memikul beban karena kuat tekannya tidak memenuhi persyaratan sebagai pemikul beban (PUBI-1982, pasal 17). Sehingga, batako ini lebih diperuntukkan Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012 28

sebagai penyekat dinding. Bila dibandingkan dengan berat batako di pasaran pada umumnya sekitar 14,4 kg, berat maksimal batako styrofoam komposit mortar pelapis lebih ringan yakni 9,321 kg. Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa batako ringan dapat menghemat biaya pembuatan struktur penerima beban (pemikul) seperti pondasi, kolom dan balok. Dari grafik terlihat kecenderungan kenaikan baik pada kuat tekan, penyerapan air dan berat batako styrofoam komposit mortar pelapis, sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan perbandingan campuran yang lebih ideal dan memenuhi syarat fisis batako tingkat mutu tinggi. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan a. Kuat tekan rata-rata mortar kubus (dengan serbuk gergaji) sebesar 4,1256 MPa lebih rendah dibandingkan kuat tekan rata-rata mortar kubus (tanpa serbuk gergaji) sebesar 6,1416 MPa. b. Penyerapan air rata-rata mortar kubus dengan serbuk gergaji sebesar 14,35% lebih tinggi dibandingkan penyerapan rata-rata mortar kubus (tanpa serbuk gergaji) sebesar 10,22%. c. Penambahan lapisan mortar serbuk gergaji batang kelapa dengan variasi ketebalan 0 mm, 5 mm, 10 mm dan 15 mm berpengaruh terhadap kuat tekan batako styrofoam, dengan nilai berturut-turut 1,93 MPa, 2,29 MPa, 2,79 MPa dan 3,44 MPa. d. Kuat tekan batako dengan tebal mortar pelapis 0 mm dan 5 mm belum memenuhi syarat fisis batako tingkat mutu IV sedangkan kuat tekan batako dengan tebal mortar pelapis 10 mm dan 15 mm telah memenuhi syarat fisis batako tingkat mutu IV sesuai SNI-03-0349-1989. e. Ditinjau dari kuat tekan dan penyerapan air, batako styrofoam dengan variasi ketebalan mortar pelapis sebesar 10 mm dan 15 mm telah memenuhi syarat fisis batako tingkat mutu IV (SNI-03-0349-1989). f. Berat batako dengan berbagai variasi ketebalan mortar pelapis berkisar antara 6,552 kg 9,321 kg, lebih ringan dibandingkan berat batako biasa sebesar 14,4 kg. 5.2. Saran a. Melihat kecenderungan kenaikan baik pada kuat tekan, penyerapan air dan berat batako styrofoam komposit mortar pelapis, perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan perbandingan campuran yang lebih ideal dan memenuhi syarat fisis batako tingkat mutu tinggi. Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012 29

b. Selain serbuk gergaji batang kelapa, perlu kajian lebih lanjut tentang pemakaian bahan alternatif lain yang sifatnya ringan serta kedap air sebagai subtitusi pasir. DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan, 2008, Daftar Standar Bidang Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta Selatan. Imran, I., 2003, Catatan Kuliah: Pengenalan Rekayasa & Bahan Konstruksi, Penerbit ITB, Bandung. Jurusan Teknik Sipil, 2007, Buku Panduan Praktikum Teknologi Beton, Fakultas Teknik, UKRIM, Yogyakarta. Mulyono, T., 2005, Teknologi Beton, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Munaf, D. R. dkk. 2003. Catatan Kuliah: Material Semen dan Beton. Bandung, ITB. Nugraha, Paul & Antoni, 2007, Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton Kenerja Tinggi, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, 1985, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI 1982), Departemen Pekerjaan Umum, Bandung. Ramadhani, N., 2009, Karakterisasi dan Pemanfaatan Styrofoam Sebagai Pengganti Sebagian Pasir untuk Bahan Bangunan, Departemen Fisika FMIPA USU, Medan. Rukmana, R., 2003, Aneka Olahan Kelapa, Kanisius, Yogyakarta. Samekto & Rahmadiyanto, 2001, Teknologi Beton, Kanisius, Yogyakarta. Satyarno, I., 2010, Pemanfaatan Berbagai Limbah untuk Dijadikan Bahan Bangunan, Proseding Seminar Innovative Sustainable Green Building Materials, Holcim dan MTBB UGM, Yogyakarta. Setyawan, M., 2006, Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji Kayu Jati (Tectona Grandis L.f) Pada Mortar Semen Ditinjau Dari Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Daya Serap Air, Jurusan Teknik Sipil UNS, Semarang. Simbolon, T., 2009, Pembuatan dan Karakterisasi Batako Ringan yang Terbuat dari Styrofoam-Semen, Program Studi Magister Ilmu Fisika, Sekolah Pascasarjana USU, Medan. Standar Nasional Indonesia, 1989, SNI 03-0348-1989: Bata Beton Pejal, Mutu dan Cara Uji, Badan Standar Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia, 1989, SNI 03-0348-1989: Bata Beton untuk Pasangan Dinding, Badan Standar Nasional, Jakarta. Sumaryanto, D., 2009, Batako Sekam Padi Komposit Mortar Semen, Forum Teknik Sipil No.XIX UGM, Yogyakarta. Tjokrodimuljo, K., 2007, Teknologi Beton, Biro Penerbit Teknik Sipil dan Lingkungan UGM, Yogyakarta. Wancik, A., 2008, Batako Styrofoam Komposit Mortar semen, MTBB Universitas gajah Mada (UGM), Yogyakarta. Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XVII/2012 30