PENDIDIKAN MELALUI KETELADANAN: SOLUSI MENGURANGI TAWURAN PELAJAR TAMRIN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

kurikulum. Bahkan, ada yang mengatakan No teacher no education. Maksudnya, tanpa guru, tidak terjadi proses pendidikan. 3

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ani Sumarni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradab.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adi Setiawan Nurpratama, 2014

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 58 TAHUN 2009 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2009 STANDAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 42 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru sebagai teladan bagi peserta didik harus memiliki sikap dan

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. agar pelajaran yang diterapkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa sehingga

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI PAMONG BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ASTA CITRA ANAK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

BAB I PENDAHULUAN. Karakter guru mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap individu. Melalui

C. Tujuan. D. Profil Lulusan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

Upaya untuk Menyiapkan Insan Yang Berkarakter Melalui Program Leader Class di Kabupaten Cilacap Oleh : Nur Fajrina R.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh akhlak bangsa tersebut.

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ketat di bidang bisnis jasa pendidikan. Lembaga non formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

MANAJEMEN PENDIDIKAN YAYASAN MTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGELOLA KURSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang. merupakan bagian dari upaya membangun karakter dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengelolaan program dalam layanan pendidikan bisa terselenggara

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karakteristik guru SMP NU 1 Wonosegoro, idealnya mencerminkan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

Transkripsi:

PENDIDIKAN MELALUI KETELADANAN: SOLUSI MENGURANGI TAWURAN PELAJAR TAMRIN (Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsi Sulawesi Selatan) Tawuran antara pelajar sering terjadi, terutama di kota-kota besar, hanya dengan persoalan sepele. Mereka ramai-ramai melakukan perkelahian massal. Kondisi seperti ini mereka anggap soal biasa-biasa saja, padahal sesungguhnya sangat berbahaya dan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis pelajar. Untuk mengurangi kejadian tersebut, pihak pendidik harus tampil prima dalam mendidik dengan menunjukkan karakter dan akhlak mulia yang patut diteladani oleh semua peserta didik. Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk peserta didik berkrakter dan berakhlak mulia. Hal tersebut menjadi modal dasar untuk menata hidupnya di masa datang. Di Indonesia dikenal beberapa jalur pendidikan yang memungkinkan para penyelenggara dapat memberikan keteladanan yang dapat ditiru oleh peserta didik sehingga tumbuh menjadi orang dewasa berkarakter dan berakhlak mulia. Kondisi itulah yang diharapkan. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, dinyatakan bahwa satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap 1

jenjang dan jenis pendidikan (Bab 1, pasal 1, ayat 10). Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, sedang pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pada jalur pendidikan formal, ada dua unsur dominan yang dapat memberikan keteladanan kepada peserta didik, yaitu unsur pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Tenaga kependidikan (karyawan-karyawati yang bukan guru) bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya, pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban memberi keteladanan kepada peserta didik. Keteladanan itu diwujudkan melalui perilaku terbaik dalam pandangan peserta didik, yang akan ditiru, digugu, dipanuti dalam tindak-tanduknya, tata santunnya, disadari atau tidak. Bahkan, tercetak dalam jiwa dan perasaan pendidik, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Keteladanan menjadi faktor yang penting dalam hal baik buruknya karakter dan akhlak seorang peserta didik. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela dan bertentangan dengan norma agama. Hal yang demikian dapat ditiru oleh peserta didik sehingga tumbuh akhlak mulia, dan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan norma agama. Jika pendidik sering menampilkan perbuatan yang tercela, seperti berbohong, berkata kasar, khianat, durhaka, kikir, sombong, tidak menghargai pendapat orang lain, menganggap dirinya yang paling benar, maka peserta didik juga akan tumbuh dalam kebohongan, suka berkata kasar, khianat, durhaka, kikir, sombong, tidak menghargai 2

pendapat orang lain dan menganggap dirinya yang paling benar. Oleh karena itu, para pendidik benar-benar mampu memberi teladan yang dapat dipanuti, dan ditiru oleh peserta didik dalam berinteraksi dengan sesamanya. Betapa pun besarnya usaha yang dipersiapkan oleh pendidik untuk kebaikan, bagaimanapun suci beningnya fitrah, peserta didik tidak akan mampu memenuhi prinsip kebaikan, manakala ia tidak pernah melihat sang pendidik menunjukkan keteladanannya dalam berbuat baik. Bagaimana seorang pendidik harus menampilkan perilaku yang bisa diteladani oleh peserta didiknya?. Ini sangat sederhana, pendidik harus mampu, antara lain: ketauladanan berbuat jujur, ketauladanan menunjukkan kecerdasannya, ketauladanan disiplin menjalankan tugas, ketauladanan akhlak mulia, dan keteguhan memegang prinsip. Keteladanan berbuat jujur. Kejujuran adalah sumber kebenaran yang memberikan tempat kedudukan yang mulia di masyarakat dan dapat ditauladani oleh peserta didik dimanapun pendidik itu berada, tetapi sebaliknya, manakala pendidik sering berbuat tidak jujur, pandai berbohong, tidak satu kata dengan perbuatan, maka sesungguhnya pendidik itu menjadi sumber bencana yang sangat dahsyat dan menghancurkan kehidupan masa depan peserta didik. Ketauladanan menunjukkan kecerdasannya. Bagaimana seorang pendidik memperkaya dirinya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu mengatasi masalah kesulitan belajar peserta didiknya. Sekarang ini banyak bermunculan hujatan terhadap para pendidik, baik disampaikan melalui media elektronik, media cetak maupun disampaikan secara langsung melalui forum diskusi, seminar dan forum-forum lainnya oleh para pakar, kalangan pemerhati pendidikan dan masyarakat pada umumnya, bahwa kondisi kecerdasan pendidik kita dibandingkan dengan pendidik di Negara lain dianggap masih rendah. Hal semacam inilah membuat peserta didik menjadi ragu terhadap kemampuan dan kebenaran ilmu yang disampaikan oleh pendidiknya. Ketauladanan disiplin menjalankan tugas, menjadi suatu kewajiban bagi pendidik untuk disiplin menjalankan tugasnya tidak hanya dalam proses pembelajarannya, tetapi 3

lebih dari itu, bagaimana pendidik merancang kegiatan pembelajarannya sehingga inklud pembinaan karakter didalamnya, yang pada gilirannya akan menghasilkan peserta didik yang berkarakter mulia. Ketauladanan akhlak mulia, sangatlah naib jika pendidik tidak mampu menunjukkan perilaku yang baik dan patut dipanuti oleh peserta didik. Berbagai tindakan baik yang bisa ditunjukan oleh pendidik, yaitu bermurah hati, rendah hati, sopan dan santun dalam bertutur kata dan berbuat, sabar, bertanggungjawab, adil, dermawan, berani, patuh dan taat menjalakan ibadah sesuai keyakinannya, selalu menghargai orang lain, senang membantu orang lain yang memerlukannya, senang bekerjasama dengan orang lain, selalu berusaha menghindari perbuatan yang dapat merugikan orang lain. Keteladanan keteguhan memegang prinsip. Salah satu sikap ilmiah yang patut ditauladani oleh peserta didik adalah keteguhan memegang prinsip. Prinsip adalah asas kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir dan bertindak, sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh situasi dan kondisi negatif yang dapat memengaruhi pikiran dan tindakan peserta didik. Pada jalur pendidikan nonformal, biasanya dilaksanakan oleh sekelompok masyarakat yang memiliki kemampuan professional pada bidang pengetahuan dan keterampilan tertentu. Fungsinya adalah mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. Satuan pendidikan nontormal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis, (UU. Sisdiknas No. 20 TH. 2003). Khusus untuk lembaga kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagaimana dengan tenaga pendidiknya? Dapatkah menunjukkan keteladanan yang bisa digugu, ditiru, dipanuti dan diteladani oleh peserta didik? 4

Biasanya pada lembaga kursus dan pelatihan terfokus pada penguasaan dan pencapaian pengetahuan dan keterampilan saja, yang ditonjolkan oleh pendidik adalah sikap ilmiah, bagaimana peserta didik dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Target itulah yang ingin dicapai sesuai dengan tuntutan kurikulumnya. Berbeda dengan pendidikan formal, bahwa tuntutan kurikulumnya harus termuat jenis karakter (perilaku) yang ingin dicapai dalam setiap standar kompetensi pada semua mata pelajaran. Ini mengindikasikan bahwa pendidikan nonformal tidak spesifik mengisyaratkan adanya tuntutan jenis karakter yang ingin dicapai pada setiap mata pelajaran. Akan tetapi, dengan adanya tuntutan sikap ilmiah, maka tercapailah sebahagian karakter (perilaku) sebagaimana tuntutan kurikulum pada pendidikan formal. Sikap ilmiah inilah yang dapat dipanuti, digugu dan ditiru oleh peserta didik pada pendidikan nonformal. Pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Belajar secara mandiri ini dibawah pengawasan dan tanggung jawab lingkungan keluarga. Berbagai jenis bentuk pendidikan yang bisa diberikan kepada peserta didik di rumah oleh orang tuanya, terutama pendidikan moral, budi pekerti, perilaku, akhlak mulia, tatakrama bergaul, dan lain-lain. Pendidik yang pertama memberikan pengetahuan dan pengalaman hidup pada peserta didik adalah orang tua pesera didik, merekalah yang banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman hidup dengan berbuat dan mencontohkan berbagai karakter, seperti berperilaku sopan santun dalam bertutur kata kepada orang lain, menghargai yang lebih tua, rendah hati, sabar, dermawan, bertanggungjawab, taat beribadah, senang membantu orang lain, selalu berusaha menghindari perbuatan yang dapat merugikan orang lain, berani. Karakter tersebut semuanya dapat diteladani oleh peserta, sehingga dalam dirinya terbentuk akhlak mulia yang menjadi panduan hidupnya dalam bermasyarakat dan bernegara di bawah lindungan Allah Rabbul Alamien. DAFTAR BACAAN: 1. Abdullah Nashih Ulwan: Pedoman Pendidikan anak dalam Islam (Terjmahan). 2. Departemen Pendidikan Nasional: Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. 3. Muhammad Abdullah Duraz: Maba ul- Ilmi l-akhlaq. 5