BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

dokumen-dokumen yang mirip
SURAT EDARAN NOMOR : 030/417/Sekr-BPKBMD TENTANG PEMANFAATAN BARANG MILIK DAERAH TAHUN 2013

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN GEDUNG OLAH RAGA (GOR) DAN SENI MOJOPAHIT KOTA MOJOKERTO

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI KULON PROGO,

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 612 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 34 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN NO : 14 / LD/2009

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENERTIBAN ASET TANAH PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI TIMOR TENGAH SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

GUBERNUR SULAWESI UTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/ DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

PEMERINTAH KABUPATEN SELUMA

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 38 SERI E

BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 17 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH GUBERNUR BANTEN,

2016, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peratura

Transkripsi:

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa barang milik Daerah perupakan salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, maka barang milik daerah perlu diketahui secara baik, agar dapat di manfaatkan secara optimal; b. bahwa barang milik daerah yang tidak dipergunakan sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD atau yang telah diserahkan oleh penggguna kepada pengelola, dapat di dayagunakan secara optimal sehingga tidak membebani APBD khususnya biaya pemeliharaan dan kemungkinan penyerobotan dari pihak lain yang tidak bertanggung Jawab; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hurup a dan hurup b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pemanfaatan Barang Milik Daerah; Mengingat : 1 Undang Undang No. 69 Tahun 1958 tentang Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerahdaerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 2. Undang Undang No 10 Tahun 2004 tentang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4844); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609); Sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah 38 tahun 2008 tentang perubahan Atas peratutran Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855 ) ;

2 5. 6. 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah; Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Badung; Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 1 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Badung Nomor 1); M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMANFAATAN BARANG MILIK DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Badung. 2. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Bupati adalah Bupati Badung. unsur 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sekretaris Daerah yang selanjutnya disebut Sekda adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Badung. Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Badung atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua barang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan barang milik daerah dalam bentuk fisik, administratif dan tindakan upaya hukum. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak dipergunakan sesuai tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangunan guna serah dan bangun, serah guna dengan tidak mengubah status kepemilikan.bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi. Sewa adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai.

3 10. 11. 12. 13. 14. Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dan antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada pengelola. Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah bukan pajak/ pendapatan daerah dan sumber pembiayaan lainnya. Bangun guna serah adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/ atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/ atau sarana berikut fasiltasnya setelah berakhirnya jangka waktu. Bangun serah guna adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/ atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati. Kepentingan Umum adalah kegiatan yang menyangkut kepentingan bangsa dan Negara, masyarakat luas, rakyat banyak/bersama, dan/ atau kepentingan pembangunan. BAB II OBJEK DAN SUBJEK PEMANFAATAN BARANG MILIK DAERAH Pasal 2 Objek pemanfaatan Barang Milik Daerah, meliputi jenis jenis barang milik daerah berupa tanah dan / atau bangunan dan selain tanah dan / bangunan yang tidak dipergunakan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD. Pasal 3 Subjek Pemanfaatan adalah orang pribadi atau badan yang memanfaatkan barang milik Daerah. B A B III BENTUK PEMANFAATAN Bagian Kesatu Pasal 4 Bentuk bentuk pemanfaatan barang milik daerah, berupa : a. sewa; b. pinjam pakai; c. kerjasama pemanfaatan; d. bangun guna serah dan bangun serah guna; dan e. bentuk lainnya.

4 Bagian Kedua Sewa Pasal 5 (1) Barang milik daerah yang belum dimanfaatkan atau sudah dimanfaatkan tetapi tidak optimal dapat disewakan kepada pihak ketiga sepanjang menguntungkan daerah. (2) Barang milik daerah yang disewakan tidak merubah status hukum/kepemilikan barang daerah. (3) Jenis jenis barang milik daerah yang dapat disewakan antara lain : a. Mess/Wisma/Rumah Dinas dan sejenisnya. b. Gudang/Gedung dan sejenisnya. c. Toko/Kios dan los. d. Tanah, dan e. Kendaraan dan alat alat besar. (4) Penyewaan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan Bupati. (5) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (6) Penyewaan barang milik daerah atas sebagian tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan yang masih dipergunakan oleh pengguna, dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat persetujuan pengelola. (7) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan dengan Keputusan Pengelola. (8) Jangka waktu penyewaan barang milik daerah paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. (9) Penyewaan dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian sewa-menyewa, yang sekurang-kurangnya memuat : a. para pihak yang terikat dalam perjanjian sewa; b. jenis, luas atau jumlah barang; c. besaran uang sewa; d. jangka waktu; e. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan selama jangka waktu penyewaan; dan f. persyaratan lain yang dianggap perlu. (10) Surat perjanjian sewa menyewa sebagaimana dimaksud pada ayat (9) ditandatangani oleh pengelola atas nama Bupati dengan pihak penyewa. (11) Pembantu pengelola mempersiapkan, menyimpan dan mendokumentasikan administrasi penyewaan barang milik daerah. Pasal 6 (1) Setiap orang / badan yang akan menyewa Barang Milik Daerah, harus mengajukan permohonan kepada Bupati terhadap Barang Milik Daerah yang tidak dipergunakan oleh SKPD, dan kepada SKPD selaku pengguna Barang Milik Daerah.

5 (2) Pemakaian Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan biaya sewa. (3) Hasil penerimaan penyewaan barang milik daerah disetor ke kas daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan. (4) Biaya sewa Barang Milik Daerah dibedakan berdasarkan golongan pemanfaatan obyek : a. kepentingan umum. b. kepentingan perniagaan/usaha. c. kepentingan lainnya. (5) Besaran (tarif) biaya sewa Barang Milik Daerah dengan Keputusan Bupati, berdasarkan hasil perhitungan tim Penaksiran. Pasal 7 (1) Persyaratan sewa barang milik daerah : a. barang milik daerah yang disewa oleh peminjam sesuai dengan peruntukannya; b. sewa tidak mengganggu kelancaran tugas pokok SKPD; c. barang milik daerah yang disewa harus merupakan barang tidak habis pakai; d. penyewa wajib memelihara dan menanggung biaya-biaya yang diperlukan selama penyewaan; e. penyewa bertanggungjawab atas keutuhan dan keselamatan barang milik daerah yang disewa; dan f. pengembalian barang milik daerah yang disewa harus dalam keadaan baik dan lengkap; (2) Tata cara cara sewa barang milik daerah ditujukan kepada Bupati/ Pengelola/ SKPD sesuai jenis barang milik daerah yang akan disewa dan dilengkapi dengan : a. Foto copy KTP untuk perseorangan/ Akte Pendirian untuk organisasi/badan; b. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak); c. Mengajukan proporsal: Pasal 8 (1) Setiap orang, organisasi / badan penyewa Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dikenakan uang jaminan sebesar 10 % (sepuluh per seratus) dari nilai sewa. (2) Uang jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan digunakan untuk perbaikan fasilitas atau kerusakan yang diakibatkan oleh pihak penyewa. (3) Apabila uang jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) besarannya tidak mencukupi dari biaya perbaikan fasilitas atas kerusakan yang diakibatkan oleh pihak penyewa, maka penyewa wajib membiayai seluruh biaya kerusakan yang terjadi. (4) Apabila uang jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) besarannya melebihi dari biaya perbaikan fasilitas atas kerusakan yang diakibatkan oleh pihak penyewa, maka kelebihan uang jaminan akan dikembalikan kepada pihak penyewa. (5) Uang jaminan yang tidak dipergunakan akan dikembalikan kepada pihak penyewa setelah masa sewa berakhir. Pasal 9 Perbaikan atas kerusakan segala Barang Milik Daerah selama disewa menjadi beban : a. penyewa, apabila kerusakan terjadi karena kelalaian atau kesalahan penyewa dalam mengoperasionalkan Barang Milik Daerah yang disewa.

6 b. pemilik / Pemerintah Daerah, apabila kerusakan terjadi karena adanya suku cadang yang tidak berfungsi atau sudah waktunya harus diganti. Pasal 10 Keselamatan dan keamanan Barang Milik Daerah yang disebabkan karena kelalaian pihak penyewa selama masa sewa menjadi tanggung jawab pihak penyewa. Bagian Ketiga Pinjam Pakai Pasal 11 (1) Barang milik Daerah, baik barang bergerak maupun tidak bergerak yang belum dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah dapat dipinjampakaikan untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan daerah. (2) Pinjam pakai barang milik daerah berupa tanah dan/ atau bangunan maupun selain tanah dan/ atau bangunan dilaksanakan oleh Pengelola setelah mendapatkan persetujuan Bupati. (3) Pinjam pakai barang milk daerah dilaksanakan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah. (4) Pinjam Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diberikan kepada alat kelengkapan DPRD dalam rangka menunjang kelancaraan tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah. (5) Barang milik daerah yang dipinjampakaikan tidak merubah status kepemilikan barang Daerah. (6) Jangka waktu pinjam pakai barang milik daerah paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang. (7) Pelaksanaan pinjam pakai barang milik daerah dilakukan berdasarkan surat perjanjian yang sekurang-kurangnya memuat : a. para pihak yang terikat dalam perjanjian pinjam pakai; b. jenis, luas dan jumlah barang yang dipinjampakaikan; c. jangka waktu peminjaman; d. tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan pemeliharaan selama jangka waktu peminjaman; dan e. persyaratan lain yang dianggap perlu. (8) Surat perjanjian pinjam pakai tersebut ditandatangani oleh pengelola atas nama Bupati dengan pihak peminjam pakai. Pasal 12 Persyaratan pinjam pakai barang milik daerah : a. barang milik daerah tersebut sementara waktu belum dimanfaatkan oleh SKPD; b. barang milik daerah yang dipinjampakaikan hanya boleh digunakan oleh peminjam sesuai dengan peruntukannnya; c. pinjam pakai tidak mengganggu kelancaran tugas pokok SKPD; d. barang milik daerah yang dipinjampakaikan harus merupakan barang tidak habis pakai; e. peminjam wajib memelihara dan menanggung biaya-biaya yang diperlukan selama peminjaman; f. peminjam bertanggungjawab atas keutuhan dan keselamatan barang;

7 g. pengembalian barang milik daerah yang dipinjampakaikan harus dalam keadaan baik dan lengkap; daqn h. pernyataan kesanggupan mengganti atau memperbaiki apabila terjadi kehilangan atau kerusakan atas barang yang dipinjampakaikan. Bagian Keempat Kerjasama pemanfaatan Pasal 13 Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah dengan pihak lain dilaksanakan dalam rangka : a. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah; dan b. meningkatkan penerimaan daerah. Pasal 14 (1) Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan dengan bentuk : a. kerjasama pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang sudah diserahkan oleh pengguna kepada Bupati; b. kerjasama pemanfaatan atas sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh pengguna; dan c. kerjasama pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan. (2) Kerjasama pemanfaatan barang milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan Bupati. (3) Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan c, dilaksanakan oleh pengguna setelah mendapat persetujuan pengelola. (4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Pengelola. Pasal 15 (1) Kerjasama pemanfaatan atas Barang Milik Daerah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kerjasama pemanfaatan Barang Milik Daerah dengan Pihak Lain dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan daya guna dan hasil guna Barang Milik Daerah dan/atau Meningkatkan Penerimaan/Pendapatan Daerah; b. Mitra kerjasama ditetapkan melalui tender dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/peminat kecuali Barang Milik Daerah yang bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan langsung. c. Mitra kerjasama pemanfaatan harus membayar kontribusi tetap ke Kas Umum Daerah setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian yang telah ditetapkan dan pembagian keuntungan hasil kerjasama pemanfaatan. d. Besaran pembayaran kontribusi tetap dari pembagian keuntungan hasil kerjasama pemanfaatan ditetapkan dari hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh Bupati e. Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil kerjasama pemanfaatan harus mendapat persetujuan Bupati

8 (2 ) Biaya pengkajian, penelitian, penaksiran dan pengumuman tender/lelang dibebankan pada APBD. (3) Biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penyusunan surat perjanjian, konsultan pelaksana/pengawas, dibebankan pada pihak ketiga. (4) Selama jangka waktu pengoperasian, mitra kerjasama pemanfaatan dilarang menjaminkan atau menggadaikan barang milik daerah yang menjadi obyek kerjasama pemanfaatan. (5) Jangka waktu kerjasama pemanfaatan paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang. (6) Setelah berakhir jangka waktu kerjasama pemanfaatan, Bupati menetapkan status penggunaan/pemanfaatan tanah dan/atau bangunan sesuai peraturan perundangundangan. (7) Barang Milik Daerah yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b adalah tanah untuk keperluan kebun binatang (pengembang biakan satwa/pelestarian satwa langka), pelabuhan udara, pengelolaan limbah, pendidikan dan sarana olah raga. (8) Besaran pembayaran kontribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dengan memperhatikan antara lain: a. nilai tanah dan/atau bangunan sebagai objek kerjasama dietapkan sesuai NJOP dan/atau harga pasaran umum, apabila dalam satu lokasi terdapat nilai NJOP dan/atau pasaran umum yang berbeda dilakukan penjumlahan dan dibagi sesuai jumlah yang ada; b. kegiatan kerjasama pemanfaatan untuk kepentingan umum dan/atau kegiatan perdagangan; c. besaran investasi dari mitra kerja; dan d. penyerapan tenaga kerja dan peningkatan PAD. Pasal 16 (1) Persyaratan dan tatacara permohonan dan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan barang milik daerah adalah : a. Persyaratan /tatacara permohonan kerjasama pemanfaatan barang milik daerah ditujukan kepada panitia tender/ lelang dan dilengkapi dengan : 1. akte pendirian; 2. memiliki SIUP sesuai bidangnya; 3. telah melakukan kegiatan usaha sesuai bidangnya; 4. mengajukan proporsal; 5. memiliki keahlian dibidangnya; 6. memiliki modal kerja yang cukup; dan 7. Data Teknis : a) tanah : lokasi/alamat, luas, status penggunaan saat ini; b) bangunan : lokasi/alamat, luas, status /IMB, kondisi; c) rencana penambahan bangunan gedung dan fasilitas lainnya dengan memperhatikan KDB (koefisien Dasar Bangunan) dan KLB (koefisien luas bangunan). b. Tugas panitia sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (1) huruf a adalah sebagai berikut : 1. menerima dan meneliti secara administratif permohonan yang diajukan oleh pemohon;

9 2. meneliti dan membahas proporsal/surat permohonan yang diajukan pemohon yang berkaitan dengan jenis usaha, masa pengelolaan, besarnya kontribusi dan hal-hal lain yang dianggap perlu sesuai bentuk pemanfaatannya bersama-sama dengan pihak pemohon; 3. melakukan penelitian lapangan; 4. membuat berita acara hasil penelitian; 5. memberikan dan menyampaikan saran pertimbangan kepada Bupati; 6. menyampaikan surat jawaban penolakan atau persetujuan pemanfaatan dari Bupati tentang persetujuan pemanfaatan; 7. menyiapkan Keputusan Bupati tentang persetujuan pemanfaatan; dan 8. menyiapkan surat perjanjian, Berita Acara serah Terima; (2) Pelaksanaan kerjasama pemanfaatan atas Barang Milik Daerah ditetapkan dalam Surat perjanjian yang sekurang kurangnya antara lain: a. pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian; b. objek kerjasama pemanfaatan; c. jangka waktu kerjasama pemanfaatan; d. pokok-pokok mengenai kerjasama pemanfaatan; e. data Barang Milik Daerah yang menjadi objek kerjasama pemanfaatan; f. hak dan kewajiban para pihak yang terkait dalam perjanjian; g. besarnya kontribusi tetap dan pembagian hasil keuntungan ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan dicantumkan dalam Surat Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan; h. sanksi; dan i. persyaratan lain yang dianggap perlu. (3) Surat Perjanjian kerjasama pemanfaatan barang milik daerah ditanda tangani oleh pengelola atas nama Bupati dengan mitra kerjasama. Bagian Kelima Bangun Guna Serah Pasal 17 (1) Bangun guna serah barang milik daerah dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pemerintah Daerah memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk kepentingan pelayanan umum dan untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi. b. tanah milik Pemerintah Daerah yang telah diserahkan oleh pengguna kepada Bupati; c. tidak tersedia dana APBD untuk penyediaan bangunan dan fasilitas dimaksud; d. penggunaan tanah yang dibangun harus sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah/Rencana Detil Tata Ruang; e. barang Milik Daerah belum dimanfaatkan; f. mengoptimalkan Barang Milik Daerah; g. dalam rangka efesiensi dan efektifitas; h. menambah/meningkatkan pendapatan daerah; dan i. menunjang program pembangunan dan kemasyarakatan Pemerintah Daerah. (2) Bangun guna serah barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan Bupati. (3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

10 Pasal 18 (1) Penetapan mitra bangun guna serah barang milik daerah dilaksanakan melalui tender/lelang dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/peminat. (2) Apabila telah diumumkan 2 (dua) kali berturut-turut peminatnya kurang dari 5 (lima) dapat dilakukan proses pemilihan langsung atau penunjukan langsung melalui negosiasi baik teknis maupun harga. (3) Mitra bangun guna serah yang telah ditetapkan selama jangka waktu pengoperasian, harus memenuhi kewajiban sebagai berikut : a. membayar kontribusi ke kas daerah setiap tahun yang besarannya ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh Bupati. b. tidak menjaminkan, menggadaikan atau memindahtangankan obyek bangun guna serah; dan c. memelihara obyek bangun guna serah. (4) Obyek bangun guna serah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b adalah berupa sertifikat hak pengelolaan milik ( HPL) Pemerintah Daerah. (5) Hak guna bangunan di atas hak pengelolaan ( HPL ) milik Pemerintah Daerah dari pelaksanaan bangun guna serah dapat dijadikan jaminan dan/atau diagunkan sesuai peraturan perundang-undangan. (6) Jangka waktu bangun guna serah paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani. (7) Selama masa pengoperasian, tanah dan/ atau bangunan tetap milik Pemerintah Daerah. (8) Bangun guna serah dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian yang sekurangkurangnya memuat : a. para pihak yang terikat dalam perjanjian; b. objek bangun guna serah; c. jangka waktu bangun guna serah; d. pokok-pokok mengenai bangun guna serah; e. data barang milik daerah yang menjadi obyek bangun guna serah; f. hak dan kewajiban pada pihak yang terikat perjanjian; g. jumlah/ besaran kotribusi yang harus dibayar oleh pihak ketiga; h. sanksi; dan i. persyaratan lain yang dianggap perlu. (9) Surat Perjanjian ditandatangani oleh pengelola atas nama Bupati dan mitra kerjasama. (10) Izin mendirikan bangunan bangun guna serah atas nama Pemerintah Daerah. (11) Biaya pengkajian, penelitian dan pengumuman tender/lelang, dibebankan pada APBD. (12) Biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penyusunan surat perjanjian, konsultan pelaksana/pengawas, dibebankan kepada pihak pemenang. (13) Setelah jangka waktu pendayagunaan berakhir, obyek bangun guna serah terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawas fungsional Pemerintah Daerah sebelum penggunaannya ditetapkan oleh Bupati.

11 Pasal 19 Besaran kontribusi yang dicantumkan dalam perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (8) huruf g ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan Tim yang ditetapkan oleh Bupati dengan memperhatikan antara lain : a. nilai aset berupa tanah milik Pemerintah Daerah sebagai objek bangun guna serah ditetapkan sesuai NJOP dan harga pasaran umum setempat dibagi dua, dan apabila dalam suatu lokasi terdapat nilai NJOP dan harga pasaran umum setempat yang berbeda, dilakukan penjumlahan dan dibagi sesuai dengan jumlah yang ada; b. apabila pemanfaatan tanah tidak merubah status penggunaan/pemanfaatan (fungsi), dimana pola bangun guna serah dilakukan pembangunannya dibawah permukaan tanah, maka nilai tanahnya diperhitungkan separuh (50%) dari nilai sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. peruntukan bangun guna serah untuk kepentingan umum dan / atau kepentingan perekonomian/perdagangan; d. besaran nilai investasi yang diperlukan/disediakan pihak ketiga; dan e. dampak terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan PAD. Pasal 20 Persyaratan dan tata cara pelaksanaan bangun serah guna sebagai berikut : (1) Permohonan penggunauasahaan ditujukan Kepada Panitia tender/lelang dan dilengkapi data-data sebagai berikut: a. akte pendirian; b. memiliki SIUP sesuai bidangnya; c. telah melakukan kegiatan usaha sesuai bidangnya; d. mengajukan proporsal; e. memiliki keahlian dibidangnya; f. memiliki modal kerja yang cukup; dan g. Data Teknis : 1. tanah : lokasi/alamat, luas, status, penggunaan saat ini; 2. bangunan : lokasi/alamat, luas, status kepemilikan; dan 3. rencana pembangunan gedung dan fasilitas lainnya dengan memperhatikan KDB (koefisien Dasar Bangunan), KLB (koefisien luas bangunan), Rencana Pembangunan dan lain sebagainya. (2) Tugas Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut : a. menerima dan meneliti secara administratif permohonan yang diajukan oleh pemohon; b. meneliti dan membahas proporsal/surat permohonan yang diajukan pemohon yang berkaitan dengan jenis usaha, masa pengelolaan, besarnya kontribusi dan hal-hal lain yang dianggap perlu sesuai bentuk pemanfaatannya bersama-sama dengan pihak pemohon; c. melakukan penelitian lapangan; d. membuat berita acara hasil penelitian; e. memberikan dan menyampaikan saran pertimbangan kepada Bupati ; f. menyiapkan surat jawaban penolakan atau persetujuan pemanfaatan dari Bupati tentang persetujuan pemanfaatan; g. menyiapkan Keputusan Bupati tentang persetujuan pemanfaatan; dan h. menyiapkan surat perjanjian, Berita Acara serah Terima; Pasal 21 Penyerahan kembali bangunan/gedung beserta fasilitas kepada Pemerintah Daerah yang bersangkutan dilaksanakan setelah masa pengoperasian yang diperjanjikan berakhir yang dituangkan dalam bentuk Berita Acara.

12 Bagian Keenam Bangun Serah Guna Pasal 22 (1) Bangun serah guna barang milik daerah dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pemerintah Daerah memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk kepentingan pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi; b. tanah milik Pemerintah Daerah yang telah diserahkan oleh pengguna kepada Bupati melalui pengelola; c. tidak tersedia dana dalam APBD untuk penyediaan bangunan dan fasilitas dimaksud. d. penggunaan tanah yang dibangun harus sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah/Rencana Detil Tata Ruang; e. barang Milik Daerah belum dimanfaatkan; f. mengoptimalkan Barang Milik Daerah; g. dalam rangka efesiensi dan efektifitas; h. menambah/meningkatkan pendapatan Daerah; dan i. menunjang program pembangunan dan kemasyarakatan Pemerintah Daerah. (2) Bangun serah guna barang milik daerah dilaksanakan oleh pengelola setelah mendapatkan persetujuan Bupati. (3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 23 (1) Penetapan mitra bangun serah guna dilaksanakan melalui tender/lelang dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/peminat. (2) Mitra bangun serah guna yang telah ditetapkan selama jangka waktu pengoperasian harus memenuhi kewajiban sebagai berikut : a. membayar kontribusi ke kas daerah setiap tahun yang besarannya ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim yang dibentuk Bupati; b. tidak menjaminkan atau memindahtangankan obyek bangun serah guna; dan c. memelihara obyek bangun serah guna. (3) Obyek bangun serah guna sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah berupa sertifikat hak pengelolaan milik (HPL) Pemerintah Daerah. (4) Hak guna bangunan di atas hak pengelolaan (HPL) milik Pemerintah Daerah dari pelaksanaan bangun serah guna dapat dijadikan jaminan dan/atau diagunkan sesuai peraturan perundang-undangan. (5) Jangka waktu bangun serah guna paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani. (6) Selama masa pengoperasian, tanah dan/ atau bangunan tetap milik Pemerintah Daerah. (7) Bangun guna serah dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian yang sekurangkurangnya memuat : a. para pihak yang terikat dalam perjanjian; b. objek bangun serah guna; c. jangka waktu bangun serah guna; d. pokok-pokok mengenai bangun serah guna; e. data barang milik daerah yang menjadi obyek bangun serah guna;

13 f. hak dan kewajiban pada pihak yang terikat perjanjian; g. jumlah/ besaran kotribusi yang harus dibayar oleh pihak ketiga; h. sanksi; dan i. persyaratan lain yang dianggap perlu. (8) Surat Perjanjian ditandatangani oleh pengelola atas nama Bupati dan mitra kerjasama. (9) Izin mendirikan bangunan bangun serah guna atas nama Pemerintah Daerah. (10) Biaya pengkajian, penelitian dan pengumuman tender/lelang, dibebankan pada APBD. (11) Biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penyusunan surat perjanjian, konsultan pelaksana/pengawas, dibebankan kepada pihak pemenang. (12) Setelahjangkawaktupendayagunaan berakhir, objek bangun serah guna terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawas fungsional pemerintah daerah sebelum penggunaannya ditetapkan oleh Bupati. Pasal 24 Bangun serah guna barang milik daerah, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. mitra bangun serah guna harus menyerahkan hasil bangun serah guna kepada Bupati melalui pengelola setelah selesai pembangunan. b. mitra bangun serah guna dapat mendayagunakan barang milik daerah tersebut sesuai jangka waktu yang ditetapkan dalam surat perjanjian; dan c. setelah jangka waktu pendayagunaan berakhir, obyek bangun serah guna terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawas fungsional Pemerintah Daerah sebelum penggunaanya ditetapkan oleh Bupati. Pasal 25 Besaran kontribusi yang dicantumkan dalam perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (7) ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim yang ditetapkan oleh Bupati dengan memperhatikan antara lain: a. nilai aset berupa tanah milik Pemerintah Daerah sebagai objek bangun guna serah ditetapkan sesuai NJOP dan harga pasaran umum setempat dibagi dua, dan apabila dalam suatu lokasi terdapat nilai NJOP dan harga pasaran umum setempat yang berbeda, dilakukan penjumlahan dan dibagi sesuai dengan jumlah yang ada; b. kegiatan kerjasama pemanfataan untuk kepentingan umum dan atau kepentingan perekonomian/perdagangan; c. besaran nilai investasi yang diperlukan/disediakan pihak ketiga; dan d. dampak terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Pasal 26 Persyaratan dan tata cara pelaksanaan bangun serah guna sebagai berikut : (1) Permohonan penggunauasahaan ditujukan Kepada Panitia tender/lelang yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan dilengkapi data-data sebagai berikut: a. akte pendirian; b. memiliki SIUP sesuai bidangnya; c. telah melakukan kegiatan usaha sesuai bidangnya; d. mengajukan proporsal; e. memiliki keahlian dibidangnya; f. memiliki modal kerja yang cukup; dan g. Data Teknis :

14 1. tanah : lokasi/alamat, luas, status penggunaan saat ini; 2. bangunan : lokasi/alamat, luas, status kepemilikan; dan 3. rencana pembangunan gedung dan fasilitas lainnya dengan memperhatikan KDB (koefisien Dasar Bangunan), KLB (koefisien luas bangunan), Rencana Pembangunan dan lain sebaginya. (2) Tugas Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain: a. menerima dan meneliti secara administratif permohonan yang diajukan oleh pemohon; b. meneliti dan membahas proporsal/surat permohonan yang diajukan pemohon yang berkaitan dengan jenis usaha, masa pengelolaan, besarnya kontribusi dan hal-hal lain yang dianggap perlu sesuai bentuk pemanfaatannya bersama-sama dengan pihak pemohon; c. melakukan penelitian lapangan; d. membuat berita acara hasil penelitian; e. memberikan dan menyampaikan saran pertimbangan kepada Bupati ; f. menyiapkan surat jawaban penolakan atau persetujuan pemanfaatan dari Bupati tentang persetujuan pemanfaatan; g. menyiapkan Keputusan Bupati tentang persetujuan pemanfaatan; dan h. menyiapkan surat perjanjian, Berita Acara serah Terima. Bagian Ketujuh Bentuk lainnya Pasal 27 (1) Barang Milik Daerah, baik bergerak maupun tidak bergerak selain sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah guna dapat dimanfaatkan oleh Pihak Lain dalam rangka mengoptimalkan daya guna dan hasil guna Barang Milik Daerah dan/atau Meningkatkan Penerimaan/Pendapatan Daerah; (2) Pemanfaatan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) dituangkan perjanjian yang memuat antara lain : a. pihak pihak yang terkait dalam perjanjian; b. objek pemanfaatan; c. jangka waktu pemanfaatan; d. pokok-pokok mengenai pemanfaatan; e. data Barang Milik Daerah yang menjadi objek pemanfaatan; f. hak dan kewajiban para pihak yang terkait dalam perjanjian; g. besarnya kontribusi tetap dan pembagian hasil keuntungan ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan dicantumkan dalam Surat Perjanjian Pemanfaatan; h. sanksi; dan i. persyaratan lain yang dianggap perlu. (3) Surat perjanjian ditandatangani oleh pengelola atas nama Bupati dan Pihak Lain. B A B IV PENGAWASAN Pasal 28 Bupati menunjuk Inspektorat Kabupaten Badung untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Bupati ini.

15 B A B V KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan mengundangkan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Badung. Ditetapkan di Mangupura pada tanggal 14 Juni 2010 BUPATI BADUNG, ttd. ANAK AGUNG GDE AGUNG Diundangkan di Badung pada tanggal 14 Juni 2010 KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HAM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BADUNG ttd. I KETUT MARTHA BERITA DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN 2010 NOMOR 21