BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik, secara terpisah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

makalah KEK dalam kehamilan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO

Gambaran Karakteristik Ibu Hamil, Tingkat Pengetahuan serta Sikap terhadap Asupan Gizi Ibu Hamil di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat penting dan paling

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

INFOKES, VOL. 3 NO. 3 November 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lantin sulistyorini, Erti Ikhtiarini Program studi Ilmu Keperawatan Program studi Ilmu Keperawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi Selama Hamil 1. Diagnosis Kehamilan Lamanya kehamilan mulai ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur, sedangkan kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur. Kehamilan ditinjau dari umur kehamilan dibagi dalam tiga bagian, yaitu kehamilan trimester I (antara 0 12 minggu), kehamilan trimester II (antara 12 28 minggu) dan trimester III antara 28 minggu sampai 40 minggu. ( Wiknjosastro, 1999). 2. Fisiologi Kehamilan Kehamilan adalah periode khusus di mana kebutuhan akan sebagian nutrisi meningkat selama masa tersebut. Penambahan berat badan yang terjadi selama kehamilan disebabkan oleh peningkatan ukuran jaringan reproduksi, adanya janin dalam kandungan dan cadangan lemak dalam tubuh ibu. Selama hamil, seorang ibu akan bertambah beratnya sebanyak kurang lebih 12,5 kg (rentang 9 15 kg), di mana penambahan sebesar kurang lebih 9 kg diantaranya terjadi dalam 20 minggu terakhir (Hadyanto, 2002). 7

8 Penambahan berat badan tersebut merupakan bagian dari kehamilan yang normal, karena pada kehamilan terjadi perubahan-perubahan berganda dalam tubuh wanita hamil. Perubahanperubahan itu terutama akan berhubungan dengan sistem peredaran darah dan pembentukkan komponen darah, kardiovaskuler, pencernaan, jaringan lemak dan saluran genitalis (Nasoetion dan Darwin, 1988). Kehamilan akan menyebabkan meningkatnya daya metabolisme energi. Dua proses anabolik fundamental yang bebas satu sama lain terjadi selama kehamilan. Ibu akan menjalani penyesuaian fisiologik dan metabolik selama kehamilan, yang sebenarnya serasi dengan proses-proses anabolik yang terjadi dalam janin dan plasenta. Hal tersebut dikatalisis oleh perubahan kelenjar-kelenjar endokrin pada ibu hamil sehingga memperbesar ukuran uterus, payudara dan volume cairan darah, cairan ketuban dan massa jaringan adiposa (Nasoetion dan, Darwin, 1988). 3. Asupan Makanan dalam Kehamilan Normal Tingkat gizi ibu selama hamil maupun sebelum hamil mempunyai peranan penting terhadap gizi dalam kandungan. Konsumsi makanan yang tidak adekuat serta adanya penyakit yang diderita selama hamil dapat berakibat buruk terhadap pertumbuhan janin. Perbaikan konsumsi makan ibu pada waktu hamil serta pemeliharaan kesehatan akan memperlancar suplai gizi bagi bayi dalam kandungan (Alisyahbana, 2000). Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal kira - kira 80.000 Kkal di atas konsumsi biasanya selama seluruh masa kehamilan

9 yaitu 280 hari. Kebutuhan energi ini memperhitungkan kebutuhan energi untuk pertumbuhan janin dan plasenta serta memenuhi kebutuhankebutuhan lain karena perubahan - perubahan yang terjadi pada tubuh ibu selama kehamilan. Ini berarti terdapat penambahan ekstra sebanyak 300 Kkal setiap hari selama masa hamil (Nasoetion dan Darwin, 1988). Kebutuhan protein yang lebih tinggi terjadi pada trimester kedua dan ketiga. Tambahan sebesar 10 16 gr/hari dianjurkan untuk menutupi kebutuhan pembentukan jaringan pada bayi dan ibunya. Hampir 70% protein dipakai untuk kebutuhan anak yang dikandungnya (Nadesul, 1996). Asupan protein yang sangat rendah dalam makanan ibu hamil berpengaruh terhadap berat dan panjang badan bayi yang kelak dilahirkan (Moehji, 2003). Seorang ibu yang kekurangan vitamin A tidak akan dapat memberikan cadangan vitamin ini untuk anaknya. Hal ini menyebabkan lebih mudah bagi bayinya untuk menderita kekurangan vitamin A kelak. Kekurangan kalsium untuk jangka panjang menyebabkan struktur tulang yang tidak sempurna. Kekurangan garam kapur selama hamil tidak akan mempengaruhi tulang janin, tetapi dalam keadaan ini ibunyalah yang akan menderita, misalnya giginya akan menjadi rusak, tulang-tulang panggul akan menjadi rapuh, karena garam kapur yang diperlukan itu diambil dari tulang-tulang ibunya ini ( Moehji, 2003).

10 Sel darah merah ibu hamil bertambah sampai 30%. Berarti tubuhnya memerlukan tambahan zat besi. Kebutuhan zat besi ibu hamil lebih meningkat pada kehamilan trimester II dan III. Kekurangan zat besi pada ibu hamil, meningkatkan risiko kematian ibu hamil. Itu berarti mengancam keselamatan anak yang dikandungnya. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR dan anemia pada bayi yang dilahirkan (Nadesul, 1996). Konsumsi seng pada ibu hamil ternyata sangat kurang di berbagai negara berkembang. Kurangnya seng pada ibu hamil berdampak pada keterlambatan pertumbuhan janin yang menyebabkan aborsi, prematur, malformasi kongenital dan BBLR (Kretchmer, 1997). Dengan meningkatnya kebutuhan gizi pada masa kehamilan, maka angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan per orang per hari untuk ibu hamil lebih besar dibandingkan dengan wanita tidak hamil seperti tabel 2.1. dibawah ini.

11 Tabel 2.1. Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan perorang perhari khusus ibu hamil (WNPG VIII, 2004) Zat gizi Energi (Kkal) Protein (gram) Vitamin A (RE) Vitamin D (µg) Vitamin E (mg) Vitamin K (mg) Tiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Vitamin B12 (mg) Asam folat (µg) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Seng (mg) Yoidum (µg) Selenium (µg) Sumber : Almatsier Sunita 2001 Wanita tidak hamil (20-45 tahun) 2200 50 500 5 15 55 1 1,1 14 2,4 400 75 800 600 26 15 150 30 Ibu hamil + 180 (Trimester I) + 300 (trimester II dan III) + 17 + 300 5 15 55 + 0,3 + 0,3 + 4 + 0,2 + 200 + 10 + 150 600 + 0 (Trimester I) + 9 (trimester II) + 13 (trimester III) 5 50 10 B. Status Gizi Ibu Hamil 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. Dapat dikatakan juga, status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh, manusia dan lingkungan hidup manusia (Almatsier, 2001)

12 2. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode. Secara garis besar, penilaian status gizi dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian statu gizi secara tidak langsung antara lain dengan metode survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Sedangkan penilaian status gizi secara langsung adalah dengan antropometri, pemeriksaan fisik seperti gejala-gejala klinis, biokimia dan biofisik (Supariasa, 2001). a. Penggunaan Antropometri untuk Mengukur Status Gizi Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh, ditinjau dari sudut gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas (Jelliffe DB, 1989). Berat badan merupakan ukuran antropometri yang penting karena yang paling sering digunakan dan paling berarti. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat. Tinggi badan sebenarnya merupakan jumlah dari panjang tungkai, panggul, tulang belakang dan kepala. Tinggi badan

13 merupakan pertanda dari gangguan gizi kronis atau masa lalu yang merefleksi keadaan sosial masyarakat (Supariasa, Bachyar, Fajar, 2001). Lingkar lengan atas (LLA) dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Pengukuran LLA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok risiko KEK. Tujuan pengukuran LLA adalah untuk mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan BBLR. Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LLA kurang dari 23,5 cm, wanita tersebut berisiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR (Depkes RI, 1993). Penilaian status gizi ibu merupakan langkah awal untuk mengetahui dan menanggulangi keadaan kurang gizi. Penilaian gizi ibu hamil yang paling ideal dilakukan sebelum konsepsi terjadi. Dengan cara ini diharapkan persoalan berat badan yang berlebihan maupun keadaan kekurangan gizi seperti KEK dapat diidentifikasi (Kusin JA, 1985).

14 b. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting dalam menilai status gizi. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang di hubungkan dengan ketidak cukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel, seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode ini umumnya digunakan pada survai klinis secara cepat karena di rancang untuk mendeteksi tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sing) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit. c. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang di uji secara laboratoris yang sering di lakukan untuk menilai status gizi adalah pemeriksaan hemoglobin (Hb), serum, dan albumin. Studi literatur lain memberikan batasan 1) hemoglobin (Hb) normal pada laki-laki: 14-17 gr/dl, dan wanita: 12-15 gr/dl. Sedangkan hematokrit pada laki-laki : 40-54 % dan pada wanita :37-47 %. 2) serum albumin, bila konsentrasi albumin darah < 3,4 gr/dl maka diperlukan pemeriksaan penunjang lain, dan bila konsentrasinya. 2,5 gr/dl biasanya menunjukkan penurunan atau deplesi protein yang parah. (Elly Nurachmah, 2001 dan Arisman, 2004)

15 Dasar penentuan biokimia ada dua fase yang dapat dilakukan yaitu pengukuran kadar zat gizi pada darah atau urin dan pemeriksaan uji fungsi, cara yang pertama menunjukkan tingkat defisiensinya. Metode ini cukup obyektif dan teliti, namun mempunyai kelemahan yaitu : kurang praktis di lapangan, memerlukan ahli khusus, hasilnya sulit dihubungkan dengan status gizi,konsumsi makanan dan lain-lain. d. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan metode ini. Metode ini digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil a. Pendapatan Pendapatan yang berupa uang akan mempengaruhi apa yang akan dimakan. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas maupun kualitas makanan sehingga ada hubungan yang erat antara pendapatan dengan keadaan gizi. Namun, pendapatan yang meningkat tidaklah merupakan kondisi yang menunjang bagi keadaan gizi yang memadai, terutama dalam kasus di mana takhayul mengenai makanan dan praktek-prakteknya yang membawa akibat merusak pada keadaan gizi (Berg, 1986).

16 b. Daya Beli dan Ketersediaan Pangan Keluarga Tingkat konsumsi pangan ditentukan oleh adanya pangan yang cukup dengan dipengaruhi oleh kemampuan keluarga untuk memperoleh bahan makanan yang diperlukan (Harper, 1986). Daya beli keluarga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu harga dan pendapatan keluarga. Daya beli keluarga mempengaruhi persediaan pangan di rumah tangga. Jika daya beli menurun maka ketersediaan pangan keluarga berkurang sehingga konsumsi makanan juga berkurang yang dampaknya dapat menyebabkan gangguan gizi (Soekirman, 1990). Salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan tingkat keluarga adalah pendapatan. Pada umumnya jika pendapatan naik maka semakin banyak alokasi dana untuk pembelian pangan, sehingga ketersediaan pangan juga bertambah baik dan jumlah maupun jenis makanan cenderung membaik. Kurangnya pangan yang cukup untuk dimakan merupakan salah satu sebab utama rendahnya penghidupan keluarga (Harper, 1986). c. Pendidikan Tinggi rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat pengertian tentang perawatan kesehatan, higiene serta kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarga. Tingkat pendidikan turut pula menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan memakai pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Keadaan gizi anak ditentukan

17 oleh banyak faktor antara lain tingkat pendidikan ibu. Tingkat pendidikan ibu yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan gizi akan terbatas (Suhardjo, Riyadi, 1990). Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nilai dan kepercayaan akan takhayul disamping tingkat penghasilan yang masih rendah merupakan penghambat dalam upaya menggalakkan potensi masyarakat untuk berperanserta dalam pembangunan kesehatan. Pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah, khususnya di kalangan ibu hamil, merupakan salah satu masalah yang berpengaruh terhadap masalah-masalah kesehatan, sehingga sikap hidup dan perilaku yang mendorong timbulnya kesadaran masyarakat masih rendah. Makin tinggi pendidikan ibu, mortalitas dan morbiditas makin menurun, hal tersebut tidak hanya akibat kesadaran ibu akan kesehatannya lebih tinggi, tetapi juga karena adanya pengaruh sosial ekonominya (Rawadi, 1986). d. Pengetahuan, Sikap, Praktek (PSP) tentang Gizi Pengetahuan dapat membentuk sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pengetahuan gizi yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap masalah gizi. Pada gilirannya apa yang mendorong seseorang untuk menyediakan makanan sehari-hari dalam jumlah dan kualitas yang mencukupi kebutuhan gizi. Tanpa pengetahuan gizi maka ibu akan sulit menanamkan kebiasaan

18 penggunaan bahan makanan yang penting bagi kesehatan (Soekirman, 1990). Pengetahuan tentang gizi akan berdampak pada sikap terhadap pangan yang akan terlihat dari praktek dalam penyediaan makanan yaitu kemampuan untuk menerapkan informasi yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan gizi yang baik diharapkan dapat menerapkan ke dalam pemilihan pangan dan pengembangan cara pemanfaatan pangan yang sesuai untuk mendapatkan status kesehatan yang optimal (Harper, 1986). e. Penyakit Infeksi Defisiensi gizi sering dihubungkan dengan Infeksi. Indonesia seperti juga negara berkembang lainnya, penyakit infeksi masih menghantui jiwa dan kesehatan. Bila gangguan gizi dan rawan infeksi merupakan suatu pasangan yang erat, maka perlu ditinjau kaitannya satu sama lain. Secara umum defisiensi gizi sering merupakan awal dari gangguan sistem pertahanan tubuh. Penyakit infeksi sering mengakibatkan penderita kehilangan nafsu makan, muntah-muntah dan diare. Selain itu juga penghancuran jaringan tubuh akan meningkat karena dipakai untuk pembentukan protein dan enzim-enzim yang diperlukan dalam usaha pertahanan tubuh. f. Pola Sosial Budaya Kegiatan budaya suatu keluarga, suatu kelompok masyarakat, suatu negara atau bangsa mempunyai pengaruh yang kuat dan kekal

19 terhadap apa, kapan dan bagaimana penduduk makan. Kebudayaan tidak hanya menentukan pangan apa, tetapi untuk siapa dan dalam keadaan bagaimana pangan tersebut dimakan. Pola kebudayaan mempengaruhi orang dalam memilih pangan dan juga mempengaruhi jenis pangan apa yang harus diproduksi, bagaimana diolah, disalurkan, disiapkan dan disajikan (Soekirman, 1990). Beberapa faktor yang termasuk dalam sosial budaya antara lain pembagian makanan dalam keluarga, besar keluarga, kebiasaan makan, adat istiadat dan pengaruh agama (Harper, 1986 dan Sayogyo, 1986). g. Asupan Makanan Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Adapun fungsi dari zat gizi dalam tubuh ada tiga yaitu memberi energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta mengatur proses tubuh (Almatsier, 2001). Asupan makanan adalah banyaknya bahan makanan sumber zat gizi yang dikonsumsi oleh seseorang yang berguna bagi kesehatannya. Asupan makanan seseorang antara lain dipengaruhi oleh ketersediaan bahan pangan, jumlah yang dimakan dan mutu atau nilai gizi bahan makanan tersebut. Sebaliknya jumlah dan mutu nilai gizi tidak akan

20 cukup jika ketersediaan bahan pangan dalam rumah tangga kurang. Jumlah dan mutu zat gizi merupakan salah satu faktor penyebab utama dalam menentukan status gizi seseorang, di samping faktor kemampuan tubuh untuk memanfaatkan zat gizi. Jumlah dan mutu zat gizi yang dikonsumsi seseorang dapat diketahui jumlah dan macamnya. Macam-macam zat gizi adalah karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain (Tarwotjo, 1989). C. Metode Pengukuran Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat rumah tangga dan perorangan. Metode pengukuran konsumsi makanan dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif (Supariasa dkk 2001). 1. Metode Recall 24 Jam Prinsip dari metode recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam lalu. Responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu. 2. Metode Penimbangan Makanan Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama satu hari. Penimbangan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia.

21 3. Metode Frekuensi Makanan Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif. Bahan makanan yang ada dalam daftar keusioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi cukup sering oleh responden. Langkah-langkah metode frekuensi makanan : a. Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya. b. Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan, terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula. Kelebihan metode frekuensi makanan adalah relatif murah dan sederhana, dapat dilakukan sendiri oleh responden, dan tidak membutuhkan latihan khusus. Namun kekurangan metode frekuensi makanan yaitu tidak dapat untuk menghitung asupan zat gizi sehari, cukup menjemukan bagi pewawancara dan responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi. 4. Pemilihan Metode Pengukuran Konsumsi Makanan Masing-masing metode pengukuran konsumsi mempunyai keunggulan dan kelemahan, sehingga tidak ada satu metode yang paling

22 sempurna untuk satu tujuan survey. Akan tetapi untuk setiap tujuan tentunya memiliki salah satu metode yang paling mendekati. Apabila penelitian bertujuan untuk memperoleh angka akurat mengenai jumlah zat gizi yang dikonsumsi, terutama bila jumlah sampel kecil, maka metode penimbangan makanan selama beberapa hari adalah metode yang terbaik. Bila hanya bertujuan untuk menentukan jumlah konsumsi rata-rata dari sekelompok responden maka recall 24 jam atau penimbangan selama satu hari sudah cukup memadai. Sedangkan kalau tujuan hanya untuk mengetahui pola konsumsi, maka metode frekuensi makanan dapat dilakukan. D. Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mengembangkan secara aktif potensi dirinya dengan menggunakan metode metode tertentu sehingga mendapatkan pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Poerbawatja, 1994). Sedang dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

23 akhlak mulia, serta keterampila yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Disebutkan dalam Undang- Undang No 20 tahun 2003 jenjang pendidikan di bagi atas: 1. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang berbentuk Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTS), atau bentuk lain yang sederajat. 2. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar yang meliputi: Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. 3. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Berdasarkan UU tersebut dapat disimpulkan tingkat pendidikan meliputi : pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

24 E. Kerangka Teori Faktor- faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil Pendapatan Daya beli Pendidikan Pengetahuan, sikap, praktek Status Gizi Ibu Hamil Penyakit Infeksi Pola Sosial Budaya Asupan makanan Sumber : Berg (1989), Harper (1986), Suhardjo (1990), Almatsier (2001), Sayogyo (1986). F. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Pendidikan ibu hamil Asupan makan ibu hamil Status gizi ibu hamil

25 G. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas : Pendidikan dan asupan makan ibu hamil. 2. Variabel Terikat : Status gizi ibu hamil H. Hipotesa Penelitian 1. Ada hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan status gizi ibu hamil Trimester III. 2. Ada hubungan antara asupan makan ibu hamil dengan status gizi ibu hamil Trimester III.