I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penelitian yang akan dilakukan, rumusan masalah yang menjadi topik

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

DAMPAK PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT OLEH KEN ARDHANA NESWARI H

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

Analisis Isu-Isu Strategis

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTB. Sumbawa dan ratusan pulau-pulau kecil. Dari 280 pulau yang ada, terdapat 32

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Sektor Bangunan (Bandara) Terhadap Perekonomian NTB

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator dalam mengukur. keberhasilan ekonomi suatu wilayah. Untuk membentuk kegiatan ekonomi

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

TERMINAL PENUMPANG LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT Penekanan Konsep Desain Renzo Piano

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

PROYEK STRATEGIS NASIONAL DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

Denpasar, Juli 2012

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

BAB I PENDAHULUAN. alamnya sudah tersohor hingga ke dunia internasional. Dengan luas provinsi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berlaku walaupun terjadi secara berlanjut dalam

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan akan bersifat melanjutkan, meningkatkan dan memperluas

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

VIII. ANALISIS KEMAMPUAN FASILITAS PELAYANAN DAN HIRARKI PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DI WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah sebagai pengendali pembangunan dalam mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi negara Indonesia sangat diperlukan. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil pembangunan yang telah dilakukan dan juga untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Dalam rangka mencapai sasaran pertumbuhan yang tinggi, infrastruktur berfungsi sebagai roda penggerak ekonomi. Infrastruktur pembangunan terdiri atas dua jenis, yaitu infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial (Ramelan et al, 1997). Infrastruktur ekonomi adalah infrastruktur fisik baik yang digunakan dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Dalam pengertian ini meliputi semua prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih, dan sanitasi. Sedangkan infrastruktur sosial antara lain meliputi prasarana kesehatan dan pendidikan. Infrastruktur dapat digolongkan sebagai modal atau kapital. Melalui karakteristik ini, perluasan infrastruktrur tidak hanya menambah stok dari kapital tetapi juga sekaligus meningkatkan produktivitas perekonomian dan taraf hidup masyarakat luas. Bagi negara berkembang, ketersediaan infrastruktur dipandang sebagai prasyarat pokok yang harus dipenuhi oleh suatu negara bagi berlangsungnya kegiatan pembangunan.

Dalam rangka mencapai sasaran pertumbuhan yang tinggi, infrastruktur berfungsi sebagai roda penggerak ekonomi. Sebagai contoh, prasarana perhubungan yang tersebar merata ke seluruh pelosok daerah dengan kualitas yang semakin meningkat akan mempercepat arus barang, jasa, dan manusia sehingga waktu yang dibutuhkan menjadi semakin singkat. Dengan demikian pembangunan infrastruktur tidak hanya meningkatkan efisiensi dalam perekonomian, tetapi lebih jauh juga akan mendorong perekonomian melalui peningkatan produktivitas ekonomi. Infrastruktur juga memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan pemerataan pendapatan dan hasil-hasil pembangunan. Selanjutnya infrastruktur yang mampu menghubungkan semua wilayah di tanah air juga akan mempersempit kesenjangan daerah. Untuk menjaga keseimbangan dari segi kesejahteraan hidup maupun dukungan untuk usaha, pelayanan infrastruktur harus ditingkatkan dan diperbaiki (Ramelan, 1997). Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi yang mempunyai potensi ekonomi dalam pertanian dan pariwisata. Potensi tersebut membuat jumlah orang yang datang ke Provinsi ini meningkat. Kenaikan jumlah pesawat, penumpang, dan barang yang datang ke Provinsi NTB melalui Bandara Selaparang sebelumnya membuat pemerintah Provinsi NTB merasa perlu memajukan daerahnya. Saat ini, fungsi Bandara Selaparang telah digantikan dengan bandara baru yaitu Bandara Internasional Lombok (BIL). Semua aktivitas penerbangan dari dan menuju Provinsi NTB telah dipindahkan ke BIL sejak tanggal 1 Oktober 2011. 2

Tabel 1.1 Aktivitas Bandara Selaparang 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah pesawat (buah) Jumlah penumpang (orang) Datang 6.104 5.617 6.511 6.511 7.066 Berangkat 6.106 5.618 6.488 6.731 7.066 Datang 437.496 447.466 528.331 703.644 676.889 Berangkat 450.615 467.490 524.855 584.818 701.664 Sumber: BPS Provinsi NTB, 2011 Aktivitas Bandara Selaparang lima tahun terakhir tergambar pada Tabel 1.1. Jumlah penumpang yang datang ke Provinsi NTB melalui Bandara Selaparang cenderung terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2009, jumlah penumpang yang datang mencapai 703.644 orang. Untuk jumlah pesawat yang datang dan berangkat di Bandara Selaparang juga cenderung meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 2010 jumlahnya mencapai 7.066 buah. Pembangunan Bandar Udara Internasional Lombok (BIL) di Dusun Slanglit, Desa Tanak Awu, Kabupaten Lombok Tengah ini, selain karena untuk alasan keselamatan, juga bertujuan untuk mengembangkan dan menggerakkan perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). BIL yang pembangunannya sempat tersendat, kini sudah diresmikan dan mulai beroperasi. Berdiri diatas tanah seluas 551 hektare dengan landasan pacu 2.750 x 40 meter persegi, sehingga dapat didarati pesawat Air Bus 330 dan Boeing 767. BIL nantinya diharapkan akan menjadi pintu masuk investasi dan memberikan nilai tambah yang lebih baik lagi bagi perkembangan perekonomian Provinsi NTB. Sektor pariwisata dianggap paling akan berpengaruh dari pembangunan BIL ini. Peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Provinsi NTB akan meningkat seiring dengan mudahnya akses menuju Lombok yang dianggap memiliki wisata alam yang 3

masih asli. Pembangunan BIL ini diharapkan mampu menjadikannya sebagai poros Lombok yang akan mendatangkan banyak penumpang demi kemajuan sektor Pariwisata, tenaga kerja, dan perdagangan di wilayah NTB. Untuk dapat melihat kontribusi sektor bandara selama ini, maka dilakukan pendekatan dengan melihat kepada sektor bangunan pada nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB. Tabel 1.2 Kontribusi Bangunan (Bandara) Terhadap Perekonomian Provinsi NTB PDRB NTB ADHK 2000 (Rp Triliun) Kontribusi Bangunan (Rp Triliun) Persentase (%) Laju Pertumbuhan PDRB Bangunan (%) Keterangan : *) Angka Sementara Sumber : BPS NTB, 2010 2007 2008 2009 2010 16,37 16,83 18,87 20,05 1,15 1,25 1,46 1,48 7,0 7,4 7,7 7,3 7,59 8,76 16,74 1,68* Kontribusi sektor bangunan (bandara) terhadap PDRB Provinsi NTB meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008 kontribusi sektor bangunan (bandara) terhadap PDRB NTB sebesar Rp 1,248 triliun setelah ditahun sebelumnya 2007 hanya sebesar Rp 1,148 triliun. Pada tahun 2009 kontribusi sektor ini pun meningkat sangat tajam menjadi Rp 1,457 triliun. Seperti yang kita ketahui, bahwa di tahun 2006 adalah peletakkan batu pertama pembangunan BIL dan di tahun selanjutnya BIL sedang dibangun untuk segera dioperasikan. Di tahun 2010 kontribusinya kembali meningkat menjadi Rp 1,482 triliun. 4

1.2. Perumusan Masalah Permasalahan transportasi di Indonesia yang masih dirasakan selama 2005-2006 adalah (Bappenas, 2007): 1. Terjadinya penurunan kualitas dan keberlanjutan pelayanan infrastruktur transportasi akibat masih terbatasnya sumberdaya dalam memenuhi kebutuhan standar pelayanan minimal (SPM) jasa pelayanan prasarana dan sarana transportasi. 2. Belum optimalnya dukungan infrastruktur dalam peningkatan daya saing sektor riil dan daya saing jasa transportasi yang mandiri, terutama ditandai dengan masih belum efisiennya biaya transportasi dalam komponen biaya produksi maupun biaya pemasaran. 3. Belum berkembangnya peran serta masyarakat dan swasta untuk berpartisipasi dalam penyediaan infrastruktur transportasi. 4. Masih terbatasnya aksesibilitas pelayanan transportasi dalam mengurangi kesenjangan antarwilayah, meningkatkan pengembangan wilayah perbatasan, serta memberikan dukungan dalam penanganan bencana di berbagai wilayah. 5. Keterbatasan kemampuan penyediaan lahan untuk infrastruktur. Upaya penyediaan lahan sering menjadi penghambat percepatan pembangunan infrastruktur. Hal ini tidak semata-mata kurangnya kemampuan pendanaan, tetapi lebih kepada kepastian hukum. Pemindahan Bandara Selaparang ke BIL yang pembangunannya dimulai tahun 2006 mengeluarkan biaya yang sangat besar menimbulkan berbagai pertanyaan akan alasan pemindahan tersebut. Banyak pihak merasa tidak perlu 5

melakukan pemindahan bandara dan cukup dengan pengembangan bandara yang sudah ada serta menginvestasikan dana yang tersedia untuk pengembangan sektorsektor lain yang ada di Provinsi NTB. Akan tetapi, sebetulnya permasalahan utama yang dirumuskan oleh Pemerintah Daerah Provinsi NTB saat ini adalah mengenai ketersediaan infrastruktur yang masih timpang antarwilayah pulau yang berakibat tidak berkembangnya dayasaing antarwilayah. Oleh karena itu, untuk dapat mengembangkan sektor-sektor perekonomian Provinsi NTB lainnya diperlukan sebuah komponen pendukung yaitu infrastruktur. Pembangunan BIL ini dilakukan mengingat Provinsi NTB memang masih perlu untuk membuka akses berbagai kawasan strategis maupun kawasan ekonomis yang potensial memicu dayasaing. Adanya pembangunan BIL tersebut, maka diharapkan akan dapat menunjang dan mendorong sektor-sektor ekonomi lainnya di Provinsi NTB. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana keterkaitan ke depan dan ke belakang serta dampak penyebaran pembangunan BIL terhadap perekonomian Provinsi NTB? 2. Bagaimana efek pengganda dari pembangunan BIL terhadap output dan pendapatan rumah tangga di wilayah Provinsi NTB? 3. Bagaimana dampak adanya investasi pembangunan BIL terhadap pembentukan output dan pendapatan rumah tangga di wilayah Provinsi NTB? 6

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis keterkaitan ke depan dan ke belakang serta dampak penyebaran pembangunan BIL terhadap perekonomian Provinsi NTB. 2. Menganalisis efek pengganda dari pembangunan BIL terhadap output dan pendapatan rumah tangga di wilayah Provinsi NTB. 3. Menganalisis dampak yang ditimbulkan dari adanya investasi pembangunan BIL terhadap pembentukan output dan pendapatan rumah tangga di wilayah Provinsi NTB. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin didapat dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan pembangunan infrastruktur khususnya bandara sehingga dapat menunjang sektorsektor lain guna meningkatkan perekonomian daerah. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan bahan informasi serta rujukan bagi penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Analisis peran BIL dalam penelitian ini difokuskan pada analisis aspek makroekonomi dengan model Input Output tahun 2005, dengan analisis menggunakan Microsoft Excel dan IOAP (Input Output Analysis for Practitioners). Tabel Input Output yang digunakan adalah Tabel Input Output NTB tahun 2005 atas dasar transaksi domestik berdasarkan harga produsen. 7

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan. Salah satunya adalah keterbatasan klasifikasi sektor dalam Tabel Input- Output NTB Tahun 2005, maka untuk melihat pengaruh dari bandara dilakukan pendekatan pada sektor bangunan. Selain dari keterbatasan klasifikasi sektor, keterbatasan dalam penelitian ini adalah data yang kurang terbarui. Penelitian ini juga tidak dapat melihat efek pengganda tenaga kerja dari masing-masing sektor karena keterbatasan data tenaga kerja sesuai dengan klasifikasi sektor pada tabel input-ouput. Dampak yang ditimbulkan dari pembangunan BIL pada penelitian ini masih dilihat sebatas pada sektor bangunan (bandara) terhadap perekonomian. Dampak yang ditimbulkan dari beroperasinya BIL ini sesungguhnya dapat lebih besar lagi, terkait dengan berkembangnya sektor-sektor lainnya yang tidak tergambar dalam penelitian ini terutama sektor angkutan udara yang merupakan sektor yang paling terintegrasi dengan keberadaan BIL ini. Hal tersebut karena bangunan sendiri terdiri dari berbagai macam sektor yang mungkin saja justru sektor bandara lebih memiliki dampak yang besar dibanding dengan sektor bangunan itu sendiri. Seperti yang kita ketahui bahwa pada Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005 klasifikasi 175 sektor, sektor bangunan terdiri dari bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal; prasarana pertanian; jalan jembatan dan pelabuhan; bangunan dan instalasi, listrik, gas dan air bersih dan komunikasi; serta bangunan lainnya. Selain itu dilihat dari tingkat pengembaliannya, pada penelitian ini juga belum dihitung keuntungan yang didapat oleh pihak swasta karena keberadaan BIL tersebut. Oleh karena itu, nilainilai pada hasil penelitian ini masih dapat dikatakan underestimate dari dampak yang sesungguhnya. 8