Departemen Agama Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hlm.5.

dokumen-dokumen yang mirip
Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, Jakarta, 2010, hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta, 2003, Hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2-3.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akhlak maupun pendidikan ilmu umum. Pendidikan telah mengubah manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khusus berusaha untuk memantapkan penanaman nilai-nilai dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Dina Indriana, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, Diva Press, Yogyakarta, 2011, hlm.5 2. Ibid, hlm.5 3

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. andil yang cukup besar. Guru memang bukan satu-satunya penentu. itu, guru adalah bapak ruhani ( spiritual father) bagi siswa, yang

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. pikir seseorang untuk selalu melakukan inovasi dan perbaikan dalam segala aspek

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Terjemahnya, Diponegoro, Bandung, 2005, hlm. 6.

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang dihasilkan agar mampu bersaing dengan negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Menurut Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus menerus

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2012), hlm.7. 1 Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Media Wacana Press, Yogayakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain untuk meningkatkan kualitas dan mengembangkan sumber daya manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya guna memajukan kelangsungan kehidupannya serta bangsanya. Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1 Oleh karena itu pendidikan yang baik ialah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta didik kepada suatu profesi atau jabatan tertentu, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik tumbuh dan berkembang dengan semestinya serta menjadi pribadi yang diharapkan oleh bangsanya. Dalam surat Al-Ankabut ayat 20 Allah berfirman : Artinya : Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S Al-Ankabut : 20)2 Dari ayat tersebut Allah memerintahkan kepada manusia untuk melakukan pembelajaran, penelitian, dan percobaan (eksperimen) dengan menggunakan 1 Departemen Agama Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hlm.5. 2 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur an Departemen RI, Al-Qur an Tajwid dan Terjemahan Surat Al-Ankabut: 20, Maghfirah Pustaka, Jakarta, 2006, hlm. 398. 1

2 akalnya untuk sampai kepada kesimpulan bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini, dan bahwa di balik peristiwa dan ciptaan itu, wujud satu kekuatan dan kekuasaan Yang Maha Besar. Pemikiran ini adalah tujuan akhir dari semua yang dikerjakan oleh setiap manusia. Oleh karena itu, dengan pemikiran dan penghayatan manusia dapat memahami hakikat kehidupan manusia di dunia. Dan dengan pemikiran dan penghayatan yang dilatihkan kepada peserta didik inilah yang akan membawa mereka menjadi insan kamil yang sesungguhnya. Berpikir kritis merupakan suatu upaya tindakan praktis untuk menyikapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh seseorang. Menurut Ennis sebagaimana dikutip oleh Pradevi Sukma Yanfa ani dkk mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang kita percayai dan apa yang kita kerjakan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan dan mengacu langsung kapada sasaran merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.3 Pada hakikatnya, program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami dan menguasai apa dan bagaimana suatu terjadi, tetapi juga memberi pemahaman dan penguasaan tentang mengapa hal itu terjadi. Berpijak pada permasalahan tersebut, maka pembelajaran pemecahan masalah menjadi sangat penting untuk diajarkan.4 Untuk itu, peserta didik dituntut mempunyai kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang mana dengan berpikir kritis peserta didik mampu mencari makna pemahaman terhadap sesuatu, mempertimbangkan segala keputusan dan dapat memberi solusi suatu permasalahan. 3 Pradevi Sukma Yanfa ani, Maridi, dan Sri Dwiastuti, Pengaruh Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing Berbasis Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas X di SMA Negri 2 Sukoharjo Tahun 2012/2013, FKIP UNS, Jurusan Pendidikan Biologi, Volume 7 Nomer1, Februari 2015, hlm.29. dalam (http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/bio/article/download/7358/5133). 4 Isriani Hardini dan Dewi Puspita Sari, Strategi Pembelajaran Terpedu (Teori, Konsep, & Implementasi), Familia (Group Relasi Inti Media), Yogyakarta, 2012, hlm. 86.

3 Keterampilan berpikir kritis telah menjadi tujuan pendidikan tertinggi. Sehingga, kemampuan berpikir kritis merupakan aspek yang perlu mendapatkan penekanan dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mengalami revolusi dibidang ilmu, teknologi, dan seni serta arus globalisasi yang menuntut kesiapan semua pihak untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sejalan dengan informasi yang beragam baik sumber maupun esensi informasinya mengakibatkan kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki agar kita dapat mengindarkan diri dari penipuan, indoktrinasi, dan pencucian otak.5 Selama ini, watak yang masih berkembang dalam pola pikir kita ialah minimnya kreativitas pembelajaran, kurang keberanian dalam berpendapat dari pelajar di kelas, hanya mengikuti panduan buku semata dan lain sebagainya.6 Oleh sebab itu, kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan menyelesaikan masalah belum maksimal karena metode atau strategi yang digunakan dalam pembelajaran tidak menekankan pada upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis. Dalam proses pembelajaran biasanya cenderung mengkondisikan peserta didik ke dalam belajar hafalan atau konvensional, sehingga mengakibatkan peserta didik sangat mudah melupakan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Sejumlah kegiatan belajar yang dianggap sulit oleh peserta didik untuk mempelajarinya diantaranya ialah belajar untuk pemecahan masalah yang memerlukan penalaran, generalisasi serta menemukan hubungan antara data-data dan fakta yang diberikan. Peserta didik cenderung pasif dan tidak bersemangat dalam belajar. Akibatnya hasil pembelajaran juga tidak bisa diperoleh secara maksimal. Esensi pendidikan agama Islam terletak pada kemampuannya untuk mengembangkan potensi diri peserta didik agar menjadi manusia yang 5 Desi Rosa Arum, Penerapan Metode Pembelajaran Studi Kasus Berbantuan Modul Uuntuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta didik Kelas XI IA 3 SMA Negeri 7 Semarang Tahun 2014, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, Oktober 2014, hlm.178. dalam (http://jaurnal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined/article/download/3289/3562). 6 Musthofa Rembang, Pendidikan Transformatif, Teras, Yogyakarta, 2010, hlm. 152.

4 beriman dan bertakwa dan dapat tampil sebagai khalifatullah fi al-ardh. Esensi ini menjadi acuan terhadap metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang maksimal.7 Jika secara psikologis peserta didik kurang tertarik pada metode yang digunakan guru, maka dengan sendirinya peserta didik akan memberikan umpan balik (feedback) psikologis yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran. Inilah yang oleh Kurt Singer disebut sebagai bentuk schwerzer paedagogi, pedagogi hitam. Indikasinya adalah timbul rasa tidak simpati peserta didik terhadap guru agama, tidak tertarik pada materimateri agama, dan lama-kelamaan timbul sikap acuh tak acuh terhadap agamanya sendiri. Kalau kondisinya sudah seperti itu, sangat sulit mengharapkan peserta didik sadar dan mau mengamalkan ajaran-ajaran agama.8 Dengan adanya inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru memungkinkan suasana belajar menjadi lebih hidup serta peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan nyaman, sehingga pesera didik tidak mengalami rasa bosan, jenuh dan tidak semangat. Namun peserta didik menunjukkan ketertarikan dan semangat untuk mengikuti pembelajaran khususnya pada materi pendidikan agama Islam di sekolah. Menurut Melvin L Silberman sebagai pengembang strategi active knowledge sharing mengatakan bahwa strategi ini dirancang untuk mengenalkan peserta didik terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu dan merangsang mereka untuk berfikir.9 Strategi ini dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta didik yaitu dapat dilihat dari langkah-langkah atau prosedur dalam strategi Active Knowledge Sharing, dimana peserta didik yang tidak tahu atau tidak dapat menjawab pertanyaan yang di berikan guru, maka dia akan mengetahui jawabannya dari temantemannya yang mengetahui jawaban itu. Untuk itu, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik dengan 7 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenagkan, RaSAIl Media Group, Semarang, 2008, hlm.3-4. 8 Ibid., hlm. 4. 9 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Peserta didik Aktif, Nusamedia, Bandung, 2004, hlm.101.

5 strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing atau saling bertukar pengetahuan secara aktif, strategi pembelajaran ini mempunyai keungulan dimana peserta didik diajak untuk bisa bekerja sama dengan sesamanya secara aktif serta strategi ini merupakan perlibatan belajar secara langsung dan menjadikan peserta didik siap secara mental. Dalam jurnal penelitian yang pernah dilakukan oleh Desi Rosa Arum dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran Studi Kasus Berbantuan Modul untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta didik Kelas XI IA SMA Negeri Semarang menunjukkan bahwa proporsi ketuntasan keterampilan berpikir kritis secara klasikal dari 30 peserta didik pada siklus I adalah 20 peserta didik dengan nilai rata-rata kognitif 77,46; sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 26 peserta didik dengan nilai rata-rata 85,00; dan pada siklus III meningkat menjadi 26 peserta didik dengan nilai rata-rata 85,22. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia melalui penerapan metode pembelajaran studi kasus berbantuan modul dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan semangat belajar peserta didik. 10 Selain itu juga dalam penelitian yang pernah dilakukan oleh Pradevi Sukma Yanfa ani berjudul Pengaruh Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing Berbasis Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun 2012/2013 menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik kelompok eksperimen adalah 72,97 dan rata-rata yang diperoleh peserta didik kelompok kontrol adalah 64,00. Hal ini menunjukan adanya perbedaan hasil belajar antara kedua kelompok. Perbedaan yang signifikan hasil belajar Biologi antara kedua kelompok di uji dengan menggunakan uji-t. Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi 0,003 (taraf signifikansi <0,05). Dengan demikian, model pembelajaran active knowledge sharing berbasis kontekstual berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun 2012/2013.11 Dari hasil 10 11 Desi Rosa Arum, Op. Cit., hlm.180. Pradevi Sukma Yanfa ani, Maridi, dan Sri Dwiastuti, Op. Cit., hlm.28.

6 beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menghidupkan suasana belajar menjadi lebih optimal diperlukan adanya strategi, metode atau teknik yang menarik agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai secara maksimal. Untuk itu, maka dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru seharusnya mampu menggunakan cara-cara yang tepat agar peserta didik dapat memenuhi harapan dan dapat terpenuhi semua kebutuhannya di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang. Diperlukan adanya kesadaran dari guru untuk menempatkan peserta didik pada semestinya tidak hanya sekedar memberikan informasi tetapi juga memberikan pelayanan dengan setulus hati agar peserta didik menjadi generasi yang membanggakan. Hasil studi pendahuluan di MA Mazro atul Huda Karanganyar Demak diperoleh data dari guru Fiqih bahwa dalam menghidupkan suasana pembelajaran peserta didik, guru melakukan berbagai inovasi pembelajaran salah satunya yaitu dengan menggunakan metode studi kasus dan strategi active knowledge sharing. Yang mana peserta didik dihadapkan sebuah permasalahan untuk disikapi, dianalisis dan dicari solusi atau jawaban permasalahan yang disajikan. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih menarik dari pada hanya mendengarkan penjelasan guru saja. Dengan menggunakan metode studi kasus dan strategi active knowledge sharing peserta didik akan lebih aktif serta pelajaran yang disampaikan juga lebih mengenang di otak sehingga pada pertemuan pembelajaran selanjutnya peserta didik mampu mengingat apa yang telah dibahas kemarin. Selain itu juga pelajaran Fiqih merupakan pelajaran yang membahas tentang amalan-amalan ibadah kepada Allah SWT yang harus kita kerjakan dengan baik dan benar. Tentu pelajaran Fiqih merupakan amalan yang dialakukan dalam kegiatan sehari-hari banyak mengandung permasalahan yang butuh diselesaikan sesuai dengan keadaan atau perkembangan zaman. Untuk itu kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk menyikapi, menganalisis dan mencari solusi

7 permasalahan dalam kehidupan. Sehingga peserta didik mampu menghadapi permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya.12 Dari hasil studi pendahuluan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan dalam pelajaran Fiqih. Yang mana Fiqih merupakan pembelajaran menyangkut ibadah yang dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika zaman terus berkembang maka permasalahan yang dihadapi juga semakin berkembang, begitu pula dalam permasalahan ibadah yang menyangkut kehidupan sehari-hari juga semakin berkembang. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis perlu dilatih agar peserta didik dapat lebih mengoptimalkan kemampuan berpikirnya dalam menyikapi permasalahan yang dihadapkan dalam kehidupan sehari-hari maupun permasalahan yang dihadapi kelak di masyarakat. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam skripsi dengan judul Pengaruh Metode Studi Kasus dan Strategi Active Knowledge Sharing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Pada Mata Pelajaran Fiqih di MA NU Mazro atul Huda Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2016/2017 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana metode studi kasus, strategi active knowledge sharing dan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MA NU Mazro atul Huda Karanganyar Demak tahun pelajaran 2016/2017? 2. Adakah pengaruh penerapan metode studi kasus terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MA NU Mazro atul Huda KaranganyarDemak tahun pelajaran 2016/2017? 3. Adakah pengaruh penerapan strategi active knowledge sharing terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MA NU Mazro atul Huda KaranganyarDemak tahun pelajaran 2016/2017? 4. Adakah pengaruh antara metode studi kasus dan strategi pembelajaran active knowledge sharing terhadap kemampuan berpikir kritis peserta 12 Hasil wawancara dengan Guru Mapel Fiqih Bapak Abdul Karim, S.Pd.I (Sabtu,5/3/2016).

8 didik pada mata pelajaran Fiqih di MA NU Mazro atul Huda Karanganyar Demak tahun pelajaran 2016/2017? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan di atas maka tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui metode pembelajaran studi kasus dan strategi pembelajaran active knowledge sharing pada mata pelajaran Fiqih di MA NU Mazro atul Huda Karanganyar Demak. 2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MA NU Mazro atul Huda KaranganyarDemak. 3. Untuk mengetahui pengaruh antara metode studi kasus dan strategi active knowledge sharing terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MA NU Mazro atul Huda Karanganyar Demak. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoretis, bermanfaat sebagai: a. Bahan bacaan untuk menambah khasanah keilmuan terutama yang ada kaitannya dengan ilmu pendidikan. b. Bahan pertimbangan bagi kepala madrasah, dan pendidik untuk dijadikan bahan analisis lebih lanjut dalam rangka memberdayakan strategi dan perencanaan sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran. c. Bahan kajian kepustakaan/perbandingan teoritis maupun konseptual bagi peneliti yang ingin mengadakan penelitian mengenaipengaruh metode studi kasus dan strategi active knowledge sharing terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MA NU Mazro atul Huda Karanganyar Demak.

9 2. Secara praktis, bermanfaat bagi: a. Guru 1) Menambah pengetahuan tentang kemampuan bepikir kritis peserta didik, sehingga dapat memprediksi keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Fiqih. 2) Memberikan informasi tentang pentingnya penggunaan metode studi kasus dan strategi active knowledge sharing sebagai sarana pengembangan potensi diri peserta didik. 3) Memberikan informasi tentang pentingnya penyediaan sarana pengembangan potensi diri peserta didik, sehingga nantinya dapat membantu peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran fiqih yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis. b. Peserta didik Memberikan motivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran sebagai sarana pengembangan mental dan kemampuan berpikir peserta didik yang dapat menunjang proses pembelajaran fiqih di kelas. c. Pihak madrasah Memberikan bahan laporan serta bahan pengambilan kebijakan tentang pentingnya penggunaan metode dan strategi pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di madrasah.