BAB I PENDAHULUAN. masalah itu sendiri sehingga pembelajaran akan lebih terpusat pada siswa untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkarakter atau insan kamil (Wibowo, 2012:19). Menurut Undang-Undang RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Majid, 2014: 86). Dari pernyataan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dasar adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional.

I. PENDAHULUAN. Koballa dan Chiappetta (2010: 105), mendefinisikan IPA sebagai a way of

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Hal-hal yang diperhatikan dalam proses belajar yaitu penggunaan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

I. PENDAHULUAN. diperoleh melalui kegiatan ilmiah yang disebut metode ilmiah (Depdiknas,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

Keterampilan proses sains menurut Rustaman (2003, hlm. 94), terdiri dari : melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak dituntut dalam menghafal rumus rumus fisika dan menyelesaiakan soal

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Oleh karena itu, SDM (Sumber Daya Manusia) perlu disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan. dipertanggungjawabkan (Rusman, 2012:251).

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN atau yang biasa disebut kurikulum KTSP. Penyelenggaraan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC. Norma Dewi Shalikhah

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia indonesia yang memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. umum, yaitu gabungan antara fisika, kimia, dan biologi yang terpadu. Materi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Konsep Pembelajaran Materi Perubahan Benda dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik kelas rendah di Sekolah Dasar merupakan rentang usia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2014 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KONSEP FOTOSINTESIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul. Pengembangan Instrumen Asesmen Otentik pada Pembelajaran Subkonsep Fotosintesis di SMP

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, terutama ditingkat sekolah dasar (SD).

BAB I PENDAHULUAN. 2012), hlm.7. 1 Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras,

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Aqib, 2013:66). Menurut Sagala

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok, serta belajar berinteraksi dan berkomunikasi. dapat dilakukan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

MASALAH-MASALAH PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS III SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS DI SDN TANJUNGREJO 5 KOTA MALANG)

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mendidik generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Keja Siswa (LKS) LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendekatan scientific merupakan pendekatan yang membantu siswa untuk menggali pengetahuannya sendiri dengan menemukan masalah dan memecahkan masalah itu sendiri sehingga pembelajaran akan lebih terpusat pada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dalam setiap pembelajaran, bahan ajar merupakan salah satu komponen penting. Jenis bahan ajar cetak yaitu buku paket, LKS, handout, modul, dsb. Bahan ajar yang sering digunakan pada sekolah yaitu biasanya buku paket dan LKS. LKS yang digunakan di sekolah memang bermacam-macam dari penerbit dan penulis yang berbeda. LKS yang digunakan tersebut sudah baik, ada LKS yang sudah mengharuskan siswa untuk melakukan percobaan atau pembuktian agar siswa dengan mudah memahami materi. Selain LKS tersebut, ada juga LKS yang menuntut siswa untuk mengerjakan soal-soal tanpa siswa harus melakukan percobaan. LKS di sekolah ada yang sudah memuat tentang tahapan scientific, akan tetapi belum lengkap memuat lima tahapan scientific yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring. Ada LKS yang sudah menuntut siswa untuk melakukan percobaan, tetapi percobaan tersebut belum memenuhi semua tahapan scientific. Kegiatan percobaan atau pembuktian berarti hanya masuk ke dalam salah satu tahapan scientific yaitu mencoba. Sedangkan keempat tahapan yang lainnya belum ada. Sejalan dengan yang tertera dalam Depdiknas (2006) bahwa dalam proses belajar mengajar siswa berperan aktif dalam upaya menemukan pengetahuan, 1

2 konsep, teori dan kesimpulan bukan merupakan upaya mengumpulkan informasi atau fakta. Agar proses tersebut terlaksana, diperlukan peran guru sebagai pengarah kegiatan pembelajaran sehingga siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan namun juga membangun pengetahuan untuk dirinya sendiri, sehingga pembelajaran berpusat pada siswa bukan berpusat pada guru. Fakta di lapangan berdasarkan observasi untuk analisis kebutuhan yang dilaksanakan pada Senin, 17 Maret 2014 terhadap guru kelas dan siswa kelas V yang berjumlah 30 siswa, menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berjalan sebagaimana yang dikehendaki seperti yang diuraikan di atas. Peran guru masih lebih dominan dari siswa khususnya pada kegiatan pembelajaran IPA. Paradigma pembelajaran lama yang berpusat pada guru masih kental dilakukan oleh guru, belum banyak beralih kepada pandangan kontruktivistik yang lebih banyak melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Guru belum memperbarui metodologi dan teknologi pada pembelajaran IPA konvensional yang sudah biasa dilakukan oleh guru. Selama ini guru menganggap siswa adalah sebuah botol kosong yang kapan saja dapat diisi dengan ilmu pengetahuan. Paradigma pembelajaran lama tentunya harus kita geser dengan paradigma pembelajaran yang baru sesuai PP 32 Tahun 2013 bahwa mengajar merupakan perlibatan peserta didik dalam belajar, jadi siswa perlu dilibatkan secara aktif dalam membangun pengetahuan. Menurut Suparman (2012:9) bahwa yang terpenting dalam pembelajaran adalah peserta didik aktif dalam mencari pengetahuan, keterampilan, dan sikap sehingga dapat mengubah orientasi kegiatan. Artinya, siswa harus dapat menggali atau mencari informasi serta memanfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan

3 masalah. Sedangkan peran seorang guru hanyalah sebagai fasilitator dan mengarahkan siswa atau memberikan petunjuk kepada siswa dalam mencari pemecahan masalah. Salah satu pendekatan pembelajaran yang menuntut keterlibatan siswa aktif dalam proses pembelajaran adalah pendekatan scientific. Aspek-aspek pada pendekatan scientific terintegrasi pada pendekatan keterampilan proses dan metode ilmiah. Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran (Rustaman:2005). Pendekatan scientific dalam pembelajaran dapat diaplikasikan dalam sebuah bahan ajar Lembar Kerja Siswa (LKS) yang mana akan membantu siswa dalam menggali pengetahuannya untuk menemukan sendiri masalah dan memecahkan masalah tersebut. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu bagian dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sangat menunjang dalam proses pembelajaran. LKS juga bisa dikatakan sebagai lembaran-lembaran yang berisi soal-soal atau panduan kegiatan penyelidikan yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan semua keterampilan kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen (Trianto, 2009). LKS merupakan salah satu sumber belajar karena didalam LKS disajikan rangkuman-rangkuman materi, bahkan LKS juga bisa dikatakan sebagai alat evaluasi (Komalasari, 2010). Dengan adanya kegiatan eksperimen membuat situasi belajar menjadi lebih bermakna, dan dapat

4 terkesan dengan baik pada pemahaman siswa. Teori kontruktivis menyatakan bahwa bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya (Trianto, 2009). Sebagaimana uraian diatas, selain cara penyajian materi pelajaran atau suasana pembelajaran yang dilaksanakan, sumber belajar juga memegang peranan penting yang sangat penting dalam suatu pembelajaran. Agar siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri, dapat ditunjang dengan penggunaan LKS berbasis scientific, yang mana didalamnya juga mengandung langkah-langkah metode ilmiah (Helmenstine, 2013) yaitu melakukan pengamatan, menetukan hipotesis, merancang eksperimen untuk menguji hipotesis, menguji hipotesis, menerima atau menolak hipotesis dan merevisi hipotesis atau membuat kesimpulan. Pembelajaran sangat membutuhkan sumber belajar agar proses pembelajaran tersebut lebih terarah dan tepat pada sasaran. Karena dengan adanya sumber belajar cukup menunjang terhadap pelaksanaan pembelajaran, yang mana sumber belajar itu sendiri berfungsi sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan pembelajaran sehingga memudahkan untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan materi pokok perubahan sifat benda pada mata pelajaran IPA kelas V karena materi tersebut berkaitan dengan dunia nyata dan kehidupan sehari-hari siswa sehingga akan memudahkan siswa dalam melakukan percobaan atau eksperimen. Tetapi dalam kurikulum 2013 dimana pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan tematik kurikulum 2013, LKS ini tetap dapat digunakan sebagai petunjuk bagi siswa untuk melakukan percobaan

5 pada tema 1 yaitu benda-benda di lingkungan sekitar sehingga dapat memudahkan siswa untuk memahami materi perubahan sifat benda. Dari sinilah terlihat bahwa pembelajaran membutuhkan sebuah pendekatan yang sesuai serta membutuhkan Lembar Kerja Siswa yang membantu siswa untuk mengaitkan materi dengan dunia nyata. Atas dasar inilah perlu dilakukan pengembangan LKS berbasis scientific melalui penelitian yang berjudul Pengembangan LKS Berbasis Scientific pada Pembelajaran IPA Kelas V Di SDN Pendem 1 Batu Malang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, terlihat bahwa pembelajaran membutuhkan sebuah pendekatan yang sesuai serta membutuhkan Lembar Kerja Siswa yang membantu siswa untuk mengaitkan materi dengan dunia nyata. Maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengembangan LKS berbasis scientific pada pembelajaran IPA kelas V di SDN Pendem 01 Batu Malang? 1.3 Tujuan Penelitian dan Pengembangan Tujuan penelitian dan pengembangan ini berdasarkan latar belakang adalah untuk mengembangkan LKS berbasis scientific pada pembelajaran IPA kelas V di SDN Pendem 01 Batu Malang. 1.4 Spesifikasi Produk yang diharapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis scientific ini dikembangkan dari LKS yang digunakan pada Sekolah Dasar (SD) pada umumnya. Kebanyakan SD menggunakan LKS tertutup yang artinya soal-soal dalam LKS tersebut hanya sekedar memindah jawaban yang ada pada rangkuman materi ke jawaban dari soal tersebut juga pertanyaan dari soal-soal pada LKS tertutup biasanya mempunyai

6 jawaban yang menuntut siswa untuk menghafal dari materi yang berkaitan. LKS berbasis scientific ini digunakan untuk menggali pengetahuan siswa dengan kegiatan siswa yang bervariatif dan pertanyaan penalaran. Dengan demikian pembelajaran akan menjadikan siswa lebih aktif untuk bertanya sehingga pembelajaran akan berpusat pada siswa bukan lagi berpusat pada guru. Untuk menghasilkan LKS berbasis scientific yang baik dan menarik dalam pembelajaran, maka perancang LKS berbasis scientific yang akan dikembangkan memiliki kriteria khusus sebagai berikut: 1. LKS pembelajaran yang dikembangkan adalah LKS pembelajaran IPA materi perubahan sifat benda kelas V SD yang mencakup Standar Kompetensi (SK) 4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses dan pada Kompetensi Dasar (KD) 4.2 menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. 2. LKS terdiri dari tiga bagian yaitu : a. Pendahuluan Bagian pendahuluan teridiri atas beberapa komponen, yaitu cover judul LKS, kata pengantar, petunjuk untuk guru, halaman teori scientific approach, petunjuk untuk siswa, cover materi, kata pengantar, halaman scientific approach, halaman Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), tujuan dan indikator pembelajaran, dan daftar isi. b. Isi Bagian isi terdiri dari (1) Materi LKS, (2) Kegiatan belajar siswa terdiri dari tahap mengamati (observing), ditunjukkan pada kegiatan panca

7 indra dimana dalam kegiatan tersebut siswa di tuntut untuk menggunakan ke lima panca indranya untuk mengamati benda-benda yang telah disediakan serta menulis laporan dan menjawab soal. Tahap menanya (questioning), ditunjukkan pada kegiatan dimana siswa dihadapkan pada suatu permasalahan dan siswa dituntut untuk bertanya dan menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut sendiri secara berkelanjutan. Tahap menalar (assosiating), ditunjukkan pada kegiatan ayo latihan dan pada pertanyaanpertanyaan setelah kegiatan praktikum yaitu berisi soal-soal penalaran. Tahap mencoba (eksperimenting), ditunjukkan pada kegiatan ayo bermain praktikum dimana pada kegiatan ini siswa dituntut untuk melakukan percobaan dengan tujuan untuk membuktikan faktor-faktor penyebab perubahan sifat benda. Tahap membuat jejaring (networking), ditunjukkan pada kegiatan ayo diskusi dimana dalam kegiatan ini siswa dapat melakukan permainan teka-teki pintar bersama kelompok heterogen yang telah dibentuk oleh guru. (3) Penilaian dalam setiap akhir kegiatan siswa. c. Bagian Akhir Bagian akhir dari LKS yaitu berisi daftar pustaka dan kunci jawaban. 1.5 Pentingnya Penelitian dan Pengembangan Pengembangan LKS berbasis scientific ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk tercapainya proses pembelajaran IPA pada materi pokok perubahan sifat benda. Adapun pentingnya pengembangan LKS berbasis scientific kelas V terdapat dua aspek. Pertama, secara teoritis penelitian ini akan mengenalkan Lembar Kerja Siswa dengan pendekatan scientific yang digunakan dalam pembelajaran IPA. LKS ini dapat membantu siswa untuk menggali

8 pengetahuannya sendiri dengan menemukan masalah sendiri dan memecahkan masalah tersebut sehingga melalui LKS ini siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Selain itu, LKS ini juga memudahkan peserta didik kelas V SD untuk memahami konsep dari perubahan sifat benda. Pengembangan LKS berbasis scientific dimaksudkan untuk menambah keterampilan dan pengalaman dalam mengembangkan LKS berbasis scientific sebagai perantara siswa dengan guru dan bermanfaat bagi calon guru nantinya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti berikutnya yang akan meneliti tentang pengembangan perangkat pembelajaran. Kedua, secara praktis LKS berbasis scientific yang dihasilkan bisa menjadi bahan ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA. Selain itu dengan menggunakan LKS berbasis scientific, guru dapat berperan sebagai fasilitator agar menciptakan proses belajar yang menumbuhkan peran aktif siswa, sehingga siswa dapat belajar lebih efektif dan tujuan belajar dapat tercapai secara optimal. Selain itu, LKS berbasis scientific dapat memberikan alternatif dan masukan bagi guru dalam mengembangkan bahan ajar. 1.6 Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan Keterbatasan penelitian dan pengembangan ini memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya yaitu pertama, LKS ini dirancang untuk kelas V SD pada pembelajaran IPA materi perubahan sifat benda karena perubahan sifat benda merupakan salah satu dari materi yang ada pada mata pelajaran IPA kelas V yang menurut siswa sulit untuk dipahami konsepnya secara keseluruhan. Kedua, LKS ini berfungsi sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran yang memudahkan siswa dalam menemukan masalah sendiri dan memecahkan

9 masalah tersebut pada eksperimen-eksperimen yang berkaitan dengan materi perubahan sifat benda karena materi ini dirasa siswa cukup sulit untuk dipahami mengingat di dalam materi perubahan sifat benda terdapat macam-macam sifat benda dan faktor penyebab perubahan sifat benda dimana siswa merasa susah untuk membedakan konsep dari perubahan sifat benda tersebut. 1.7 Definisi Istilah Dalam suatu penelitian, penyusunan definisi istilah variabel sangat penting untuk menghindari adanya perbedaan pengertian tentang beberapa istilah yang ada dalam penelitian ini. Definisi istilah pada penelitian ini adalah LKS berbasis scientific merupakan bahan ajar cetak yang berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dirancang menggunakan pendekatan scientific sebagai dasar pendekatan yang digunakan dalam pembelajajaran sehingga siswa dapat menggali pengetahuannya sendiri karena di dalamnya terdapat langkah-lagkah metode ilmiah yang menjadikan pembelajaran lebih terpusat pada siswa.