BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karena manusia melangsungkan hidupnya dengan cara berinteraksi di. Kondisi sosial ekonomi menunjukkan tingkat kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pembeli berinteraksi. Pasar juga menjadi salah satu tempat dimana. menjadi pasar tradisional dan pasar modern.

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian Indonesia dapat diukur dengan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan kesempatan kerja, untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza,

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Arti Judul

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Desa Mirit Petikusan merupakan salah satu desa di Kecamatan Mirit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan peradaban dan pola berpikir manusia,

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jalan sebagai salah satu sarana transportasi darat mempunyai peranan

Pasar Umum Gubug Di Kabupaten Grobogan Dengan Pengolahan Tata Ruang Luar Dan Dalam Melalui Pendekatan Ideologi Fungsionalisme Utilitarian

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak pernah terlepas dari masalah kependudukan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. andalan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Sektor ini sebagai penyumbang. pertanian memberi andil sekitar 13,39 %, (BPS, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Demikian pula dengan pembangunan pasar dalam arti

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

Revitalisasi Pasar Tradisional, Jumlah Kunjungan, Pendapatan Pedagang, dan Pendapatan Pasar

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses untuk mengoptimalkan sumber daya

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYERAHAN PASAR DESA KEPADA PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN TAPIN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan ekonomi, pendidikan dan teknologi di Indonesia adalah kecenderungan seseorang

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga. dengan keberadaan industri yang ada di pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

BAB I PENDAHULUAN. dan Toko Modern, memberikan pengertian Pasar Tradisional sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional di Jalan Cokroaminoto Denpasar 1

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pertumbuhan penduduk di negara berkembang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

PENGARUH AKTIVITAS BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR TERHADAP PERKEMBANGAN DESA JIMBARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami fluktuasi harga dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan industri.pengembangan Industri kecil merupakan salah satu jalur

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan pembangunan di Indonesia membawa banyak kemajuan disegala sektor kehidupan, baik itu bidang sosial, ekonomi, pendidikan, pertanian, teknologi dan lain sebagainya. Akan tetapi disisi lain juga ada dampak negatif yang timbul dari kemajuan tersebut yang mempengaruhi sektor-sektor itu sendiri. Seperti adanya penurunan jumlah tenaga kerja sektor pertanian yang kemudian terserap di sektor lainnya. Hal itu dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor pertanian seperti pengenalan traktor, penggilingan beras, dan lainnya yang secara tidak langsung mengurangi peluang kerja dalam sektor pertanian. Kesempatan kerja pada bidang pertanian yang selama ini dianggap mampu menopang hidup sebagian masyarakat Indonesia semakin berkurang. Menurut BPS kesempatan kerja di bidang pertanian pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2009 yang semakin berkurang dijelaskan dalam tabel 1. Sebagaimana dilihat pada tabel 1 tahun 2003 sampai dengan tahun 2009 angkatan kerja di Indonesia semakin meningkat tetapi penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian semakin menurun (www.hharryazharazis.com). Sejauh ini lapangan kerja di luar sektor 1

pertanian dianggap mampu menyerap tenaga kerja perdesaan dan memberikan sumbangan pendapatan bagi rumah tangga tani. 2 Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian dan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Tahun Laju Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian Pertanian Bekerja Non Pertanian Total Keluarga Total Angkatan Kerja Penyerapan TK Sektor Pertanian (%) Pengangguran Terbuka Jumlah % 2003 2.48 43.04 49.77 92.61 102.63 41.94 9.82 9.57 2004 4.06 40.61 53.11 93.72 103.97 39.06 10.25 9.86 2005 2.49 41.81 53.13 94.94 105.8 39.52 10.86 10.26 2006 3.36 40.14 55.32 95.46 105.39 38.09 9.93 9.42 2007 4.3 40.76 59.17 99.93 109.94 37.07 10.01 9.10 2008 4.7 41.53 60.52 102.05 111.48 37.25 9.43 8.46 2009 4.1 43.03 61.45 104.48 113.74 37.83 9.26 8.14 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009 Semakin sempitnya lahan pertanian sebagai dampak pertambahan penduduk, alih fungsi lahan juga akan berpengaruh pada kesempatan kerja, dan produksi pertanian. Masalah berkurangnya lahan pertanian itu, jika tanpa diimbangi dengan intensifikasi lahan pertanian akan menyebabkan menurunnya produksi pertanian. Penurunan produksi ini akan berdampak pada menurunnya pendapatan dalam sektor pertanian, yang pada akhirnya akan menyebabkan taraf kehidupan petani di perdesaan jauh dari kehidupan yang layak. Berangkat dari keadaan ini menjadikan banyak penduduk perdesaan yang mencari alternatif pekerjaan lain sebagai mata pencahariannya baik itu pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan. Kondisi juga diperpuruk lagi dengan menurunnya daya serap sektor pertanian terhadap angkatan kerja yang sudah mendekati titik jenuh.

Artinya sektor pertanian sudah tidak mampu menopang angkatan kerja di 3 perdesaaan. Ketidakmampuan sektor pertanian tentu saja tidak hanya diartikan sebagai ketidakmampuan jumlah/daya tampungnya, namun ketidakmampuan ini dapat dilihat seberapa besar daya tarik sektor pertanian untuk menjadi pilihan lapangan pekerjaan. Pertumbuhan penduduk yang tinggi di Indonesia merupakan sumber masalah. Masalah yang timbul terutama menimpa sebagian penduduk yang meliputi rumah tangga petani kecil serta buruh tani. Tingkat pendidikan yang rendah juga mempengaruhi daya saing untuk mendapatkan pekerjaan. Terlebih jumlah peluang kerja yang semakin sedikit tidak mampu mengimbangi jumlah angkatan kerja yang semakin bertambah. Masalah tenaga kerja juga terjadi di Kecamatan Tempel dan sekitarnya, hal tersebut dapat dilihat dari keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia di Kecamatan Tempel, karena wilayahnya yang bukan merupakan kawasan industri maka tidak terdapat pabrik-pabrik yang dapat menampung tenaga kerja dari penduduk sekitar. Kecamatan Tempel yang berada di daerah perbatasan antara propinsi DIY dengan Jawa Tengah menyebabkan jauh dari pusat kota DIY, yang merupakan pusat kegiatan baik itu pemerintahan, pendidikan sampai perekonomian. Didukung pula dengan skill atau kemampuan untuk bekerja yang dimiliki oleh penduduk Kecamatan Tempel yang masih minim atau belum sesuai dengan syarat pemenuhan kerja yang dibutuhkan, sehingga menyebabkan sebagian

4 penduduk Kecamatan Tempel menggantungkan hidupnya di sektor perdagangan. Sebagian dari mereka berprofesi sebagai pedagang di Pasar Tempel yang lokasinya berdekatan dengan tempat tinggalnya, sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif peluang kerja. Pasar Tempel termasuk kedalam pasar tradisional yang berlokasi di Jalan Magelang Km 18 Ngepos Lumbungrejo Tempel Sleman Yogyakarta. Pasar tradisional ini mempunyai keunggulan berupa lokasi yang strategis dan sangat mudah dijangkau oleh masyarakat. Hal ini didukung oleh jalur transportasi di ruas-ruas utama jalan menuju pasar. Pasar Tempel menjadi andalan bagi masyarakat perbatasan Sleman-Magelang untuk memasarkan produk maupun mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari. Perkembangan fisik Pasar Tempel dari tahun ke tahun (lima tahun terakhir) hanya stagnan dan cenderung menurun. Hal ini dapat dilihat dari kondisi fisik pasar antara lain: luas areal pasar, jumlah pedagang, bangunan seperti kios, los, dan fasilitas-fasilitas umum yang tidak banyak mengalami perubahan. Selama lima tahun terakhir, pasar hanya dua kali mengalami perombakan yaitu pada tahun 2009 dan 2012. Didorong dengan munculnya minimarket-minimarket yang mulai berdiri dekat dengan wilayah pasar, hal tersebut juga merupakan salah satu faktor penghambat perkembangan Pasar Tempel untuk semakin maju dan dapat bersaing dengan toko modern tersebut. Banyak masyarakat Tempel dan sekitarnya yang lebih memilih untuk berbelanja di minimarket itu karena

5 dianggap lebih praktis dan tempatnya lebih bersih dibanding pasar tradisional. Adapun faktor lain yang berpengaruh terhadap perkembangan Pasar Tempel sekarang ini adalah adanya pembangunan jalan utama Yogya- Magelang yang memasang pembatas jalan disepanjang Jembatan Krasak sampai perempatan Tempel. Hal ini sangat mengganggu mobil-mobil pengangkut hasil bumi, pengangkut barang dagangan yang akan masuk ke dalam wilayah Pasar Tempel. Kendaraan umum yang melintas di wilayah pasar juga mengalami penurunan akibat kebijakan pembangunan jalan tersebut. Demikian juga kendaraan pribadi seperti mobil yang akan masuk ke pasar dari arah Magelang juga mengalami kesulitan, sehingga mempengaruhi jumlah pengunjung yang ingin berbelanja di Pasar Tempel. Hal tersebut berdampak langsung pada pendapatan pedagang Pasar Tempel yang mulai mengalami penurunan dan ada pula yang menyebabkan pedagang mengalami kesulitan dalam berdagang sehingga usahanya gulung tikar karena tidak dapat mengembalikan modal dagangan. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern pada Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa Pasar Tradisional merupakan pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan

6 tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya, masyarakat atau koperasi dengan usaha skala keci, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan dengan melalui tawar menawar. Dengan adanya pasar tradisional sebenarnya banyak sekali yang didapatkan antara lain: a) Terdapat komunikasi yang tidak akan ditemui di pasar modern. b) Bercirikan tawar menawar dalam transaksi jual beli membuat suatu hubungan tersendiri antara penjual dan pembeli. c) Barang dagangan juga tidak kalah dengan pasar modern mulai dari kebutuhan sehari-hari seperti sayur dan buah-buahan juga banyak yang bagus dan segar, untuk bahan pakaiana juga beragam mulai dari yang harganya murah sampai yang berharga mahal, sehingga pembeli dapat menyesuaikan dengan alokasi biaya dimiliki. Berbeda dengan pasar modern, disana harga sudah ditetapkan dan tidak ada tawar-menawar lagi antara penjual dan pembeli. Pasar tradisional memegang peranan penting terutama dalam memberikan pelayanan, pemenuhan kebutuhan dan memberikan lapangan usaha untuk ekonomi menengah ke bawah. Pasar tradisional juga memiliki fungsi yang sangat berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan. Dengan demikian keberadaan pasar tradisional harus dipertahankan karena terdapat nilai-nilai yang tidak terdapat di pasar

7 modern, dan perlu untuk dilestarikan. Hal tersebut tentu saja tidak dapat terlepas dari peran pemerintah sebagai pembinanya. Sampai saat ini pasar tradisional masih menjadi salah satu pusat kegiatan sosial ekonomi bagi masyarakat Yogyakarta terutama di Kabupaten Sleman khususnya bagi masyarakat di Kecamatan Tempel. Tidak terkecuali bagi rumah tangga pedagang Pasar Tempel yang dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan, sehingga mempengaruhi kondisi sosial ekonomi rumah tangga pedagang tersebut. Tingkat pendidikan pedagang Pasar Tempel pun masih tergolong rendah kebanyakan dari mereka hanya tamat SD (Sekolah Dasar),yang mengenyam SMP dan SMA juga ada meskipun tidak banyak. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam membaca dan menulis, bahkan ada sebagian dari pedagang yang tidak dapat membaca mereka dalam hal jual beli hanya mengandalkan hafalan. Misalnya dalam berhitung ketika melayani pembeli tidak jarang hanya didapatkan dari belajar otodidak atau kebiasaan dalam berdagang. Semakin berkembangnya jaman yang modern ini tuntutan ekonomi seseorang juga akan semakin meningkat tidak terkecuali para pedagang Pasar Tempel yang juga terkena dampak tersebut. Tuntutan ekonomi yang semakin meningkat dikalangan pedagang didorong akan kebutuhan hidup yang semakin mahal, biaya pendidikan yang semakin tinggi untuk anakanak mereka, semakin banyaknya toko modern yang bermunculan di sekitar Pasar Tempel, biaya kesehatan yang semakin mahal. Hal tersebut

8 menyebabkan pedagang harus pintar dalam mengolah pendapatan mereka dari sektor perdagangan maupun dalam sektor non perdagangan, sehingga proses kehidupan mereka akan tetap berlangsung dan tidak merosot ke arah kemiskinan. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Pedagang di Pasar Tempel Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi berbagai masalah yang ada, yaitu sebagai berikut: 1. Keterbatasan lapangan pekerjaan yang ada di Kecamatan Tempel dan sekitarnya. 2. Perkembangan fisik Pasar Tempel (lima tahun terakhir) yang tetap dan cenderung menurun. 3. Banyak berdiri minimarket atau toko modern yang berdekatan dengan wilayah Pasar Tempel 4. Adanya pembangunan jalan Yogya-Magelang yang memasang pembatas jalan di sepanjang Jembatan Krasak sampai perempatan Tempel mempengaruhi aksesibilitas kendaraan yang akan masuk wilayah Pasar Tempel terganggu.

9 5. Menurunnya pendapatan pedagang Pasar Tempel, bahkan sampai ada yang gulung tikar. 6. Rendahnya pengetahuan dan tingkat pendidikan pedagang di Pasar Tempel. 7. Tuntutan ekonomi yang semakin tinggi. 8. Rendahnya kontribusi pendapatan pedagang terhadap total pendapatan rumah tangga. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada permasalahan sebagai berikut: 1. Perkembangan fisik Pasar Tempel lima tahun terakhir. 2. Kondisi sosial ekonomi rumah tangga pedagang di Pasar Tempel. 3. Kontribusi pendapatan pedagang di Pasar Tempel terhadap total pendapatan rumah tangga pedagang.

10 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan fisik Pasar Tempel lima tahun terakhir? 2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi rumah tangga pedagang di Pasar Tempel? 3. Seberapa besar kontribusi pendapatan pedagang di Pasar Tempel terhadap total pendapatan rumah tangga pedagang? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui perkembangan fisik Pasar Tempel lima tahun terakhir. 2. Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi rumah tangga pedagang di Pasar Tempel. 3. Untuk mengetahui besar kontribusi pendapatan pedagang di Pasar Tempel terhadap total pendapatan rumah tangga pedagang.

11 F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis a. Menambah khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu geografi. b. Diharapkan dapat menambah wawasan dalam kajian ilmu geografi khususnya geografi ekonomi dan geografi sosial. 2. Manfaat Praktis a. Bagi masyarakat khusunya para pedagang Pasar Tempel, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga mereka. b. Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan khususnya bidang perdagangan di Kabupaten Sleman. 3. Manfaat Dalam Bidang Pendidikan a. Sebagai penerapan ilmu dan teori-teori yang telah didapatkan di bangku kuliah dan membandingkan dengan kondisi yang ada di lapangan. b. Berdasarkan kurikulum mata pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI dengan Standar Kompetensi (SK) Menganalisis fenomenas biosfer dan antroposfer, dan lebih mengacu pada Kompetensi Dasar (KD): Menjelaskan pengertian

12 fenomena antroposfer dan menganalisis aspek kependudukan, maka penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengayaan untuk mendukung pembelajaran.