BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 2.127,25 Km 2 atau 2,97% dari luas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bidang sosial, kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan kekacauan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas, tanah

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. faktor yaitu faktor sosial,pendidikan, dan ekonomi yang luar biasa pada

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sekitar kaki Gunung Sinabung, terutama Desa Guru Kinayan,

BAB I PENDAHULUAN. negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai salah satu badan usaha keuangan merupakan lembaga perantara

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap dunia usaha. Setiap waktu selalu terjadi banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sektor tersebut mempunyai andil dalam menambah devisa negara dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki peranan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkesinambungan diberbagai bidang diperlukan untuk

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi Tanah Karo dengan ketinggian antara 600 sampai 1400 meter di

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan modal sebagai salah satu sarana dalam pengembangan unit usaha oleh para

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng. menjadi negara yang rawan terhadap bencana alam.

BAB I PENDAHALUAN. orang atau lebih yang mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Mengingat pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. alam dan manusia dengan sebaik-baiknya, dengan memanfaatkan kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

XI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. erupsi Merapi terhadap sektor pertanian dan lingkungan TNGM di Provinsi DIY dan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN. oleh perbankan dari masyarakat berupa Giro, Tabungan dan Deposito. Dana yang. kredit, surat berharga lainnya dan aktiva tetap.

BAB I PENDAHULUAN. simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank merupakan tempat untuk meminjam

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. Prosedur Pemberian Kredit..., Astrid Qisti Maharani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan terdiri dari lembaga keuangan bank dan non bank. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penyediaan dana untuk perkembangan pembangunan atau untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

I. PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 2.127,25 Km 2 atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera Utara. 1 Kabupaten Karo sering disebut dengan Tanah Karo Simalem, yang berarti Kabupaten Karo yang menyejukkan hati. Hal ini disebabkan oleh, beberapa objek wisata yang didukung dengan udara pegunungan yang segar. Udara yang segar serta letak kabupaten yang berada di areal pegunungan, membuat Kabupaten Karo memiliki tanah yang subur, sehingga banyak menghasilkan produksi pertanian dan perkebunan. Hasil pertanian karo seperti buah-buahan dan sayur-sayuran sangat dikenal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa jenis sayuran dan buahbuahan yang menjadi sumber pemasok pangan di Sumatera Utara. Selain hasil pertanian, Kabupaten karo juga dikenal dengan hasil perkebunannya seperti kemiri, cengkeh, kopi dan lain sebagainya. Produksi pertanian dan perkebunan yang sangat berlimpah dengan tanah yang sangat subur ini, banyak dihasilkan oleh masyarakat yang tinggal di sepanjang kaki Gunung Sinabung dan juga Gunung Sibayak. Kesuburan 1 http://www.karokab.go.id/in/index.php/gambaran umum 1

2 tanah di Kabupaten Karo menyebabkan mayoritas penduduknya tidak kurang dari 74.79% bermata-pencaharian sebagai petani. 2 Pada tahun 2010, Gunung Sinabung yang dianggap tidak aktif lagi, mennyemburkan debu vulkanik dan beberapa kali guncangan. Masyarakat karo yang berada di lereng kaki pegunungan sangat ketakutan karena sebelumnya sudah selama 400 tahun gunung sinabung tidak pernah beraktivitas. Para ahli geografi menyatakan bahwa Gunung Sinabung terkahir kali beraktivitas pada tahun 1600. Kepanikan masyarakat tidak berlangsung lama, karena aktivitas gunung sinabung hanya berupa semburan dan mengeluarkan lahar pijarnya. Untuk beberapa waktu, masyarakat dapat beraktivitas kembali secara normal, walau sempat ada penduduk yang mengungsi, namun hal itu tidak berlangsung lama. Hanya untuk waktu beberapa minggu saja. Pada tahun 2013, Gunung Sinabung kembali aktif beraktivitas dan tidak berhenti-berhenti beraktivitas sampai sekarang tahun 2015. Aktivitas Gunung Sinabung yang sangat tinggi dan berkelanjutan, menyebabkan penduduk yang berada di lereng kaki Gunung Sinabung sebagian tidak dapat kembali pulang ke desa mereka, dan hidup dipengungsian. Penduduk yang mengungsi tidak dapat menjalankan usaha pertaniannya, karena tidak ada lahan lagi yang dapat dikerjakan. Ketidakadaan lahan juga didukung dengan adanya larangan dari pemerintah memasuki kawasan desa asal mereka, karena merupakan zona yang berbahaya. 2 Balitbang Provinsi Sumatera Utara. Kajian alh fungsi lahan. Hlm 34

3 Penduduk yang tidak mengungsipun, tidak luput dari penderitaan. Tanaman para petani yang masih dapat menanam dilahannya, setiap saat terancam gagal panen karena terkena hujan abu vulkanik hasil aktivitas Gunung Sinabung. Hal ini dibuktikan dengan adanya laporan Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang menyatakan bahwa, erupsi Gunung Sinabung menyebabkan tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Karo mengalami puso. Dari 2.842 Ha pertanian padi, sebanyak 1.244,26 Ha terkena puso 3. Hujan abu vulkanik dari Gunung Sinabung juga terkadang menuju kota berastagi yang menyebabkan jumlah pengunjung wisata sangat menurun. Aktivitas Gunung Sinabung ini berdampak sekali pada sektor pertanian dan pariwisata yang membuat ekonomi di Kabupaten Karo menjadi lumpuh. Penurunan pendapatan secara drastis yang dialami oleh petani dan pengusaha sektor pariwisata, otomatis menyebabkan penurunan usaha pendukung lainnya yang ada di Kabupaten Karo. Meskipun tidak terkena imbas secara langsung, seperti penduduk yang bertani dan juga pengusaha bidang pariwisata, namun secara otomatis akan menurunkan daya beli masyarakat sehingga usaha disektor lain di Kabupaten Karo juga ikut menurun. Sistem perekonomian seperti rantai, yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dimana, jika terjadi kenaikan pendapatan, akan meningkatkan daya beli masyarakat yang berarti adanya peningkatan 3 Kajian Ekonomi Regional Sumatera Utara. Triwulan IV 2013 Hlm. 29

4 pendapatan di sektor usaha lainnya. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan pendapatan di salah satu sektor terkhusus sektor pendapapatan mayoritas, akan menyebabkan daya beli akan menjadi menurun dan melemah yang akan menurunkan ekonomi di sektor lainnya. Bencana letusan Gunung Sinabung menyebabkan menurunnya pendapatan pada sektor mata pencaharian mayoritas yaitu pertanian dan pariwisata, sehingga sudah pasti dalam keadaan ini daya beli masyarakat menjadi menurun dan terjadi juga penurunan ekonomi pada Kabupaten Karo. Bencana alam Gunung Sinabung berdampak sangat luas, tidak hanya menurunkan pendapatan masyaraka pada umumnya, namun juga menimbulkan beberapa risiko dan penurunan pendapatan perbankan. Bank yang merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya yang meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, juga tidak luput terkena dampak. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan pendapatan masyarakat sudah pasti menyebabkan berkurangnya masyarakat yang akan menyimpan uangnya. Selain itu disisi lain, pada usaha penyaluran atau Kredit pastinya menyebabkan penurunan atau bahkan adanya kesulitan masyarakat dalam melakukan prestasi pembayaran kembali hutang kredit mereka. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang

5 mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pemberian kredit merupakan usaha perbankan yang didukung oleh pemerintah daerah, dimana salah satu peran pemerintah yang dilakuakan untuk menunjang kesejahteraan petani dan juga peningkatan ketahanan panan diberikan pembinaan kredit-kredit kepada masyarakat. Terjadinya Penurunan pendapatan, pastinya akan menyebabkan adanya gangguan dalam pembayaran kredit kepada bank. Gangguan Pembayaran Kredit kepada bank dikenal dengan Kredit Macet, Kredit macet merupakan suatu keadaan dimana kreditur tidak mampu melakukan pembayaran hutangnya sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan sebelumnya. Bencana alam letusan gunung sinabung ini merupakan suatu keadaan yang tidak terduga kedatangannya dan tidak ada seseorangpun yang mampu untuk mencegah adanya bencana ini, oleh karena itu bencana alam letusan Gunung Sinabung termasuk suatu keadaan memaksa (Force majeure). Keadaan memaksa (Force majeure) ini pastinya memiliki beberapa akibat dan risiko terhadap para pihak. Pada perjanjian pada umumnya, dalam hal terjadinya suatu keadaan memaksa akan menghilangkan hak kreditur untuk melakukan tuntutan prestasi, atau risiko kerugian ditanggung bersama sebagaimana kesepakatan keduabelah pihak atau pembebenan kerugian ditanggung sama besar. Sehingga Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian, bagaimana risiko pelaksaaan perjanjian kredit dalam hal terjadi keadaan memkasa

6 (force majeure) dan bagaimana langkah penyelesaian yang diambil oleh bank, dalam mengatasi adanya kredit macet karena adanya bencana Erupsi Gunung Sinabung, di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pijer Podi Cabang Berastagi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana risiko pada pelaksanaan perjanjian kredit dalam hal terjadi force majeure di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pijer Podi Cabang Berastagi? 2. Bagaimana langkah penyelesaian kredit macet, yang timbul akibat bencana alam gunung sinabung, yang diambil oleh pihak Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pijer Podi Cabang Berastagi? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam melakukan penelitian, meliputi dua hal, yaitu : 1. Tujuan Objektif a. Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai perjanjian kredit dan kredit macet.

7 b. Untuk memperoleh Pengetahuan bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit c. Untuk mengetahui mengenai risiko pada perjanjian kredit akibat adanya keadaan memaksa (force majeure) PT. Bank Perkereditan Rakyat (BPR) Pijer Podi Kekelengen Cabang Berastagi. d. Untuk memperoleh informasi bagaimana penyelesaian kredit macet oleh bank, akibat suatu keadaan memaksa (force majeure) di PT. Bank Perkereditan Rakyat (BPR) Pijer Podi Kekelengen Cabang Berastagi. 2. Tujuan Subjektif a. Mendapatkan informasi yang mendalam berkaitan dengan objek yang sedang di teliti. b. Mendapatkan informasi untuk penyusunan penulisan hukum yang merupakan suatu mata kuliah wajib dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian Setelah penulis melakukan penelusuran pada berbagai referensi dan hasil penelitian pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah

8 Mada, Penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu : 1. Penelitian oleh Sidik Purnomo Jati pada tahun 2012 mengenai Risiko dalam perjanjian kredit usaha rakyat (KUR) Akibat Force Majeure di bank rakyat indonesia unit cangkringan. Dengan pembahasan : a. Bagaimana risiko dalam hal terjadi force majeure pada pelaksanaan perjanjian Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia Unit cangkringan? b. Upaya apa yang dilakukan oleh pihak Bank Rakyat Indonesia Unit Cangkringan dalam hal terjadi force majeure pada pelaksanaan perjanjian Kredit Usaha Rakyat (KUR)? 2. Penelitian oleh Elisabeth Elis Prasasti pada tahun 2013 mengenai penyelesaian kredit macet pasca gempa bumi pada bank pembangunan daerah provinsi daerah istimewa yogyakarta kantor cabang bantul. Dengan pembahasan : a. Bagaimana mekanisme pemberian kredit pada Bank Pembangunan Daerah Provinsi Istimewa Yogyakarta Kantor Cabang Bantul? b. Bagaimana mekanisme penyelesaian kredit macet yang disebabkan oleh peristiwa gempa bumi 27 mei tahun 2006 pada Bank Pembangunan Daerah Provinsi Istimewa Yogyakarta Kantor Cabang Bantul?

9 c. Mengapa teori dan norma mengenai overmacht yang obyektif dan permanen tidak dapat diterapkan untuk menyelesaikan kredit macet akibat gempa bumi pada tanggal 27 mei tahun 2006 pada Bank Pembangunan Daerah Provinsi Istimewa Yogyakarta Kantor Cabang Bantul? d. Risiko apa yang akan ditanggung oleh Bank Pembangunan Daerah e. Provinsi Istimewa Yogyakarta Kantor Cabang Bantul apabila teori dan norma mengenai overmacht yang obyektif dan permanen diterapkan untuk menyelesaikan kredit macet akibat gempa bumi pada tanggal 27 mei 2006? Berdasarkan uraian sebagaimana tersebut diatas dapat dinyatakan bahwa penelitian ini berbeda atau tidak sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari : 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kota berastagi, Kabupaten Karo Sumatera Utara. Sedangkan Penelitian sebelumnya dilakukan di Cangkringan Yogyakarta, dan Bantul Yogyakarta. 2. Sumber data Penelitian ini dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pijer Podi Kekelengen cabang berastagi, sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia dan Bank Pembangunan Daerah Yogyakarta Cabang Bantul.

10 3. Bentuk Keadaan Memaksa (force majeure) Penelitian ini dilakukan akibat adanya bencana alam Gunung meletus Gunung sinabung yang masih berlangsung dan masih berdampak sampai sekarang, sedangkan penelitian sebelumnya mengenai keadaan memaksa akibat lahar dingin di Cangkringan yang dan Gempa Bumi di Bantul. Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian yang dilakukan ini belum pernah diteliti dan ditulis sebelumnya, apabila telah terdapat peneliian yang sejenis, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat melengkapinya. E. Manfaat Penelitian Melalui penelitian yang dilakukan, penulis berharap memberikan manfaat, yaitu: 1. Manfaat Bagi Penulis Manfaat penelitian bagi penulis adalah selain untuk memenuhi salah satu prasyarat tugas akhir, juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih mendalam lagi bagi penulis mengenai perjanjian,penyelesaian dan risiko kredit macet akibat suatu keadaan memaksa (fource majeure) yaitu bencana alam gunung meletus. Sehingga informasi-informasi yang didapatkan dalam penelitian diharapkan dapat membantu penulis dalam penyusunan penulisan hukum.

11 2. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan Informasi informasi yang diperoleh oleh penulis dari hasil penelitian, diharapkan dapat memperkaya ilmu pengatuhan. Selain itu juga penelitian yang telah dilakukan dapat memberikan informasi yang mendalam mengenai bagaimana risiko pelaksanaan dalam hal terjadinya keadaan memaksa dan penyelesaian kredit macet akibat adanya suatu keadaan memaksa (force majeure), yaitu bencana alam gunung meletus. 3. Manfaat Bagi Masyarakat Mengingat keadaan alam Indonesia yang memiliki banyak pegunungan baik yang aktif maupun yang tidak aktif, dan rentan terhadap bencana gunung meletus. Maka, penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sebagai bahan masukan ataupun refrensi mengenai bagaimana risiko pelaksanaan perjanjian kredit dalam hal terjadinya bencana alam gunung meletus dan juga mengenai bagaimana penyelesaian kredit macet akibat adanya suatu keadaan memaksa (force majeure). dengan mengambil sample atau studi kasus yang terjadi pada Bank Perkereditan Rakyat (BPR) Pijer Podi Kekelengen Cabang Berastagi.