commit to user BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
TLDDP ( Tempat Lain Dalam Daerah Pabean )

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

-1- PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 2 /BC/2011 TENTANG PENGELOLAAN JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori atas Penyelesaian BM & PDRI pada Pekerjaan Subkontrak dari Kawasan Berikat ke TLDDP pada KPPBC TMC Kudus.

A. PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENARIKAN JAMINAN CUSTOM BOND 1. PENGAJUAN JAMINAN CUSTOM BOND

2) Dalam hal permohonan disetujui, Kepala Kantor Pelayanan Utama, atau Kepala Kantor Pabean yang mengawasi Kawasan Berikat menerbitkan surat

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/PMK.04/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -17 /BC/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 65/PMK.04/2007 TENTANG PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 68/PMK.04/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152/PMK.04/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 580 / KMK.04 / 2003 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah dan pengertian kepabeanan menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1996 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-205/ BC / 2003

NOMOR: 208/KMK.01/1999

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152/PMK.04/2010 TENTANG

Presiden Republik Indonesia,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-27/BC/2009 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2009 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 04 /BC/2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1996 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100/KMK.05/2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1996 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya (A.Md) Program Diploma III Manajemen Administrasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P - 23/BC/2009 PEMBERITAHUAN PABEAN DALAM RANGKA PEMASUKAN BARANG DARI TEMPAT LAIN DALAM DAERAH PABE

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 615/PMK.04/2004 TENTANG TATALAKSANA IMPOR SEMENTARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

FASILITAS KB DAN KITE:

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 25 /BC/2005 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

2017, No Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tent

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/KMK.05/2000 TENTANG ENTREPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FASILITAS KB DAN KITE:

2017, No Melaksanakan Pelunasan dengan Cara Pembayaran; c. bahwa untuk lebih memberikan kepastian hukum, meningkatkan pelayanan di bidang cukai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 101/PMK.04/2005 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN MENTERI

Konsekuensi Penetapan Tarif dan Nilai Pabean

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 129/KMK.04/2003 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KELUAR TERHADAP BARANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-12/BC/2001 tanggal 20 April 2001 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BEA MASUK ANTI DUMPING TERHADAP

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat kita bahas melalui topik tersebut. Pada kesempatan ini, penulis ingin

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG NOMOR: P- 41/BC/2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KE LUAR TERHADAP BARANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

P - 22/BC/2009 PEMBERITAHUAN PABEAN IMPOR

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 25/BC/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

No. SOP: 16/TMPB/2016. Revisi Ke - Tanggal Penetapan 7 Desember Tanggal Revisi: -

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom

M E M U T U S K A N :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KELUAR TERHADAP BARANG EKSPOR

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KELUAR TERHADAP BARANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

MENTERI KEUANGAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 461/KMK.05/1997 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.04/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.04/2007 TENTANG PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.04/2014 TENTANG REGISTRASI KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR TEKNIS KEPABEANAN PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI KEPABEANAN DAN CUKAI. Drs. AHMAD DIMYATI


PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG

PENYEGARAN PERATURAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DAN BANDING

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.04/2011 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. impor merupakan suatu fenomena yang setiap saat selalu terjadi.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KAWASAN BERIKAT

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 585 /KMK.05/1996

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Barang Ekspor. Barang Impor. Pengeluaran.

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

148/PMK.04/2011 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KE

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permohonan dalam pengajuan jaminan bagi suatu perusahaan adalah kewajiban yang harus dipenuhi untuk melakukan kegiatan pengolahan produk yang akan diekspor maupun diimpor suatu perusahaan. Eksportir atau importir yang melakukan kegiatan produksi di kawasan berikat yang mana disebut sebagai Pengusaha Kawasan Berikat diberikan fasilitas yang berupa penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas barang dan bahan asal impor yang dipergunakan dalam pembuatan komoditi ekspor berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 615/KMK.01/1997 tentang Pelaksanaan Custom Bond. Pengusaha di Kawasan Berikat merangkap Penyelenggara di Kawasan Berikat, yang selanjutnya disingkat PDKB, adalah Badan Hukum yang melakukan kegiatan pengusahaan Kawasan Berikat yang berada di dalam Kawasan Berikat milik Penyelenggara Kawasan Berikat yang statusnya sebagai badan hukum yang berbeda. Penyelenggara Kawasan Berikat adalah badan hukum yang melakukan kegiatan menyediakan dan mengelola kawasan untuk pengusahaan Kawasan Berikat. Barang-barang yang diimpor maupun diekspor tersimpan dalam tempat penimbunan berikat. Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan penangguhan Bea Masuk. Sedangkan Kawasan Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dan/ atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean guna diolah atau digabungkan, yang hasilnya terutama untuk diekspor. Kegiatan penggabungan adalah menggabungkan barang Hasil Produksi Kawasan Berikat yang bersangkutan sebagai produk utama dengan barang jadi yang berasal dari impor,dari Kawasan Berikat lain, dan atau dari tempat lain dalam daerah pabean. 1

2 Apabila suatu perusahaan ingin mengeluarkan barang dan pengolahan barang impor diolah untuk kerja sama dalam memproduksinya, maka pengusaha kawasan berikat melakukan subkontrak kepada perusahaan yang menyerahkan proses produksinya. Pengolahan sebagian Kegiatan Pengolahan yang bukan merupakan kegiatan proses produksinya kepada Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB di tempat lain dalam daerah pabean yang disebut juga Pekerjaan Subkontrak.Pelaksanaan pekerjaan subkontrak paling lama jangka waktunya 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan subkontrak sampai dengan barang hasil subkontrak dimasukkan kembali ke Kawasan Berikat. Apabila Pengusaha tidak bisa mengembalikan barang yang telah dikeluarkan maka jaminan (Guarantee) yang telah dikeluarkan akan dicairkan untuk membayar Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) danpajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 Impor. Selain itu, pengusaha mendapat sanksi administrasi sebesar 100 % (seratus persen) dari bea masuk yang seharusnya. Maka dari itu PDKB harus mengikuti Peraturan Perundang-undangan sesuai Peratuaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Per-2/BC/2011 tentang Pengelolaan Jaminan Dalam Rangka Kepabeanan yang menjadi syarat pengeluaran Barang Impor dari Tempat Penimbunan Berikat. Pengusaha harus mengikuti Prosedur atau Tata Laksana dalam mendapatkan Fasilitas Impor dari Kantor Bea dan Cukai. Untuk penangguhan biaya yang masih terutang dari Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 Impor, maka pengusaha diwajibkan untuk menyerahkan jaminan dalam rangka kepabeanan. Jaminan dalam rangka kepabeanan adalah garansi pembayaran pungutan negara dalam rangka kegiatan kepabeanan dan/ atau pemenuhan kewajiban yang diisyaratkan dalam peraturan kepabeanan yang diserahkan kepada Kantor Pabean. Kantor yang dimaksud adalah Kantor Pabean dalam Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang telah diatur untuk melayani pengajuan jaminan sesuai peraturan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan.

3 Bentuk-bentuk Jaminan yang dapat digunakan untuk setiap kegiatan kepabeanan ditentukam sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan di bidang Kepabeanan yang mengatur kewajiban penyerahan jaminan. Jumlah Jaminan yang diserahkan sebesar pungutan negara dalam rangka kepabeanan yang terutang atau jumlah tertentu yang diatur dalam peraturan kepabeanan yang mensyaratkan penyerahan jaminan. Dari tiga bentuk jaminan yaitu Jaminan Tunai, Jaminan Bank dan Jaminan dari Perusahaan Asuransi, Penulis lebih tertarik dengan bentuk Jaminan dari Perusahaan Asuransi. Jaminan dari perusahaan asuransi yang berbentuk Customs Bond harus diterbitkan oleh surety (peusahaan asuransi) yang termasuk dalam daftar perusahaan asuransi umum yang dapat memasarkan produk. Jaminan dalam bentuk Customs Bond merupakan Jaminan berupa sertifikat yang memberikan kegiatan kepabeanan dan/ atau pemenuhan kewajiban penyerahan Jaminan yang diisyaratkan dalam peraturan kepabeanan kepada obligee dalam hal principal gagal memenuhi kewajiban pembayaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 259/PMK.04/2010. Jaminan yang disyaratkan menurut Undang-Undang Kepabeanan dapat digunakan sekali atau terus menerus. Jaminan terus menerus adalah jaminan yang diserahkan dalam bentuk dan jumlah tertentu dan dapat digunakan dengan cara dikurangi setiap ada pelunasan bea masuk sampai jaminan tersebut habis, atau jaminan tetap dalam batas waktu yang tidak terbatas sehingga setiap pelunasan bea masuk dilakukan dengan tanpa mengurangi Jaminan yang diserahkan. Hal tersebut sesuai dengan peranturan Perundang-undangan Kepabeanan Nomor 17 Tahun 2006. Prosedur adalah suatu rangkaian dalam tahapan kerja secara berurutan bertujuan untuk menyelesaikan tahapan kerja. Prosedur merupakan Metodemetode yang dibutuhkan untuk menangani aktivitas-aktivitas yang akan datang, Urutan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu dan Pedoman untuk bertindak. Tata Pelaksanaan ini sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Per 2/BC/2011 tentang Pengelolaan Jaminan dalam Rangka Kepabeanan. Bahwa

4 pentingnya prosedur antara lain mempersingkat waktu penyelesaian pekerjaan kantor sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan karena dapat dilakukan penghematan waktu kerja, memberikan pengawasan lebih baik dalam prosedur kerja dan mengkoordinasi setiap bagian prosedur kerja. Manfaat Prosedur adalah adanya perencanaan (Planning-Controlling) dan ada pelaksanaan dalam kerja yaitu pengawasan untuk mengontrol sudah sesuai prosedur belum. Selain itu, diperlukan instruksi (Organizing) yang baik kepada bawahan diperlukan juga adanya pelatihan kepada pegawai (Staffing- Leading) supaya adanya hasil yang baik untuk kantor dengan adanya keharmonisan koordinasi (Coordinating) untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Prosedur dalam melaksanakan Jaminan Custom Bond adalah untuk memberikan pengawasan kepada Perusahaan dan memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan Perusahaan untuk melancarkan kegiatan industrinya. Fungsi dari jaminan tersebut adalah untuk menjamin pungutan Negara dalam rangka kegiatan kepabeanan atas impor yang diberikan penundaan pembayaranatas pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan menyerahkan jaminan, atas impor sementara, atas pengajuan keberatan yang berdasarkan peraturan kepabeanan diisyaratkan adanya jaminan atau memenuhi kewajiban penyerahan jaminan yang dipersyaratkan dalam Peraturan Kepabeanan. Jadi, fungsi dari jaminan adalah untuk mengantisipasi pengusaha agar tidak lari dari kewajibannya membayar Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 Impor yang masih belum dibayar atau masih terhutang. Pelaksanaan Prosedur Jaminan Custom Bond adalah setelah sertifikat Custom Bond sudah selesai dibuat oleh Surety Bond (Pihak Asuransi), dengan begitu Perusahaan selanjutnya melengkapi dokumen penyertaan selain Jaminan yang telah diberikan. Prosedur dalam pengajuan Jaminan Custom Bond diperlukan untuk memperoleh kemudahan dalam penangguhan bea masuk oleh Kantor Pabean atau Obligee (penerima jaminan) yang ditunjuk sebagai pelayanan jaminan sesuai Peraturan Menteri Keuangan. Oleh karena itu, diperlukan prosedur

5 untuk pemrosesan jaminan yang telah diajukan guna mendapatkan penangguhkan bea masuk tersebut. Pentingnya prosedur dalam pengajuan jaminan adalah prosedur kerja yang membuat pekerjaan kantor dapat dilaksanakan lebih lancar. Sehingga waktu penyelesaian lebih cepat. Prosedur kerja juga memberikan pengawasan lebih baik tentang apa dan bagaimana suatu pekerjaan telah dilakukan. Prodsedur kerja menjadikan setiap bagian berkoordinasi dengan bagian yang lain. Tata pelaksanaan atau Prosedur dalam hal ini harus dilakukan oleh Principal (Perusahaan) guna mendapatkan Fasilitas Impor yang disediakan oleh Kantor Bea dan Cukai Surakarta demi ketersediaan Pelayanan yang penuh Integritas yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai Surakarta. Berdasarkan uraian yang terdapat diatas, maka penulis tertarik untuk membuat Tugas Akhir mengenai PROSEDUR PENGAJUAN JAMINAN CUSTOM BOND DALAM RANGKA KEPABEANAN DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam tugas akhir ini penulis merumuskan masalah yaitu Bagaimana prosedur pengajuan jaminan Custom Bond dalam rangka kepabeanan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta? C. Tujuan Pengamatan Tujuan berdasarkan pengamatan laporan tugas akhir ini adalah 1. Tujuan Operasional Mengetahui, memahami dan menjelaskan Prosedur pengajuan jaminan Custom Bond dalam rangka kepabeanan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta 2. Tujuan Fungsional

6 Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, diharapkan dapat berguna bagi penulis dan para pembaca serta bagi para pegawai di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta. 3. Tujuan Individual Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Manajemen Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Pengamatan Dari penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Merupakan sumbangan pemikiran serta ilmu dalam prosedur pengajuan jaminan Custom Bond dalam rangka Kepabeanan dan sebagai referensi untuk pembaca lain yang akan melakukan pengamatan terkait masalah yang sama. 2. Bagi Instansi Memberikan pertimbangan dan masukan bagi instansi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam prosedur pengajuan jaminan dalam rangka kepabeanan sesuai peratuaran perundang-undangan Menteri Keuangan. 3. Bagi Pembaca Memberikan berbagai manfaat seperti ilmu pengetahuan, wawasan dan informasi tentang prosedur pengajuan jaminan Cutom Bond dalam rangka kepabeanan dan untuk referensi bacaan dalam pembuatan tugas akhir dimasa yang akan datang.