BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan individu dari belahan dunia lain menjadi lebih mudah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antarpersonalnya menjadi berbeda satu dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI. terjadi antara dua orang atau diantara kelompok kecil orang-orang, dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. program pelatihan bahasa Inggris dengan menggunakan English native teacher

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup sendirian. Perwujudan manusia sebagai mahluk sosial nampak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar etnis bangsa telah banyak terjadi di Indonesia. Khususnya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang berbeda pada masing-masing masa. Diantara masamasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat banyak orang Korea berdatangan di negara di mana mereka. satunya di Indonesia. Selain ingin melakukan perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada

PERKAWINAN CAMPURAN DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

I. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya yang berasal dari imajinasi pengarang, imajinasi

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persahabatan, pertemanan, perkumpulan dan juga perkawinan. Komunikasi. orang lain, sekecil apapun perbedaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sarana teknologi menjadikan interaksi antar negara dan antara

Interpersonal Communication Skill

BAB I PENDAHULUAN. bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut. Tahap yang paling panjang

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. adat ( kebiasaan ), tujuan gaya hidup dan semacamnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi keluarga adalah komunikasi interpersonal yang sangat penting.

PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri

Budaya dan Komunikasi 1

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

BAB I PENDAHULUAN UKDW

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi telah menciptakan dunia yang tanpa batas. Sebuah artikel dalam Institut

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

PEDOMAN WAWANCARA. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif

BAB I PENDAHULUAN. dan kasih sayang. Melainkan anak juga sebagai pemenuh kebutuhan biologis

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah tenaga kerja hampir terjadi di seluruh kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan rumah tangga merupakan salah satu tahap yang signifikan dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era Globalisasi dan perkembangan teknologi saat ini telah membantu manusia dengan mudah untuk berinteraksi dengan masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Seiring dengannya globalisasi dan perkembangan teknologi, berkomunikasi dengan individu dari belahan dunia lain menjadi lebih mudah. Perbedaan jarak dan waktu tidak menjadi kendala untuk berinteraksi antar warga negara. Hal ini mempengaruhi individu untuk berinteraksi karena alasan kebudayaan, bisnis ataupun adanya ikatan yang berujung pada pernikahan. Pernikahan beda negara atau pernikahan campuran (intercultural marriage) merupakan suatu fenomena yang sudah terjadi di Indonesia. Pernikahan campur atau intercultural marriage menurut UU pasal 57 No 1 tahun 1974 adalah : " Perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan asing dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia". Pernikahan campuran Menurut catatan organisasi yang mengurus pernikahan berbeda negara, Aliansi Pelangi Antar Bangsa (APAB), pada tahun 2009 sudah ada 4200 wanita indonesia yang menikah dengan warga negara asing (WNA). Setiap 1

tahunnya pernikahan beda negara ini meningkat, pada tahun 2013 sudah lebih dari 5000 wanita indonesia menikah dengan pria asing. Data ini diyakini akan meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2014 dan tahun 2015, data ini belum dipublikasikan. Pasangan yang menjalani cross cultural marraige, akan menemukan hal-hal baru dari individu masing-masing, perbedaan ini tidak hanya menyangkut individu masing-masing melainkan satu keluarga. Pasangan akan beradaptasi dengan sistem budaya dan sistem sosial dari masing-masing budaya. Tentu saja, beradaptasi untuk mengenal budaya baru tidaklah mudah. Beradaptasi dengan budaya baru butuh waktu yang cukup lama. Dengan adanya perbadaan nilai dari budaya masing-masing jika tidak dipatuhi akan menimbulkan konflik. Persoalan yang sering muncul dalam intercultural communication adalah dalam pengiriman dan penerimaan suatu pesan. Komunikasi yang dilakukan oleh individu yang memiliki budaya yang sama akan menerima pesan dan menginterpreatsikannya sesuai dengan values (nilai), beliefs (kepercayaan) dan ekspektasi yang sama dengan individu yang mengirimkan pesan. Bagi Hocker dan Wilmot (1991: 131) dalam buku Human communication, konflik adalah suatu proses alamiah yang melekat pada sifat semua hubungan yang penting dan dapat diatasi dengan pengelolaan konstruktif lewat komunikasi. Komunikasi dan konflik akan selalu berdampingan saat adanya perbedaan budaya. Budaya asing seperti budaya barat memiliki nilai budayanya sendiri dalam 2

berkomunikasi begitu pula dengan budaya timur seperti indonesia. Orientasi budaya berkomunikasi yang dimiliki budaya barat lebih pada individualis sedangkan orientasi budaya yang dimiliki oleh budaya timur lebih pada kolektivis. Negaranegara yang memiliki orientasi individualis antara lain, United states, Australia, Great Britain, Canada, New Zealand, Italy, Denmark. Sedangkan negara-negara yang berorientasi kolektivis antara lain, Indonesia, Guatamela, Ecuador, Colombia. Dalam budaya individualis, setiap individu dalam suatu kelompok lebih mementingkan atau bertanggung jawab pada kepentingan sendiri dan mungkin kepentingan keluarganya sendirisedangkan budaya kolektivis, setiap individu memiliki tanggung jawab terhadap anggota keluarganya. Artinya ia berdiri untuk kepentingan dari kelompok atau keluarganya.(devito, 2009: 40) Dengan adanya orientasi budaya yang berbeda akan menimbulkan konflik. Konflik adalah suatu masalah yang timbul yang disebabkan oleh komunikasi yang buruk. Biasanya konflik komunikasi muncul padapasangan suami istri yang memiliki perbedaan budaya. Penggunaan bahasa, intonasi, arti, pengucapan, aksen, dialek dan latar belakang budaya merupakan beberapa hal yang dapat menyebabkan konflik komunikasi dalam rumah tangga. Perbedaan budaya dalam berkomunikasi dapat menimbulkan ketidakserasian informasi atau menimbulkan konflik bagi pasangan tersebut. 3

Menurut Dugan Romano ( 2008: 33-155), sumber-sumber konflik dalam intercultural marriage ada 15, antara lain : 1. Values 2. Food and Drink 3. Sex 4. Male-Female Roles 5. Time 6. Place of Residence 7. Politics 9. Finances 10. In-Laws 11. Social Class 12. Religion 13. Raising Children 14. Language and communication 15. Responding to stress and conflict 8. Friends Degenova (2008; 201), menyatakan bahwa konflik muncul karena 4 sumber. Sumber-sumber konflik tersebut adalah : 1. Sumber Pribadi konflik ini muncul dari pribadi masing-masing, dimana naluri dan nilai-nilai yang berpengaruh saling berlawanan satu sama lain. Ketakutan irasional dan kecemasan neurotic yang terjadi pada individu seperti terlalu posesif akan menjadi sumebr konflik. Depresi juga menjadi salah satu sumber dasar dari konflik suami istri terjadi. 4

2. Sumber Fisik Kelelahan fisik merupakan salah satu sumber konflik. Kelelahan dapat membuat emosi individu naik-turun, cepat marah, tidak sabar, frustasi dan sedikit toleransi. Hal ini dapat menyebabkan individu berkata atau melakukan hal-hal yang tidak ingin dilakukannya. 3. Sumber Hubungan Interpesonal konflik ini terjadi dalam hubungan dua individu. Pasangan tidak bahagia dalam pernikahannya lebih sering mengeluhkan tentang perasaan diabaikan, kasih sayang, kurangnya cinta. Individu merasa bahwa pasangan mereka terlalu membesarkan masalah dan menganggap usaha yang dilakukan tidak cukup baik. Kesulitan menyelesaikan perbedaan dan kekurangan komunikasi juga menyebabkan pernikahan tersebut menjadi konflik dan tidak bahagia. 4. Sumber Lingkungan Konflik ini meliputi kondisi lingkungan tempat tinggal, tekanan sosial pada anggota keluarga, dan budaya diantara keluarga yang berbeda. Miscommuniation dalam pernikahan beda budaya seringkali terjadi, yakni adanya perbedaan persepsi dalam menerima pesan.miscommunication merupakan salah satu konflik komunikasi. Konflik dalam artian umum adalah perbedaan yang menimbulkan pengaruh positif maupun negative diantara dua belah pihak atau lebih. 5

Budaya merupakan hal yang sudah dibawa sejak kita lahir dan budaya juga kita pelajari sejak kita masih kecil. Budaya high context dan low context tentu saja hadir disekitar kita. Orang Batak menggunakan low context communication sedangkan orang Jawa menggunakan high context communication. Contoh lainnya, budaya barat lebih sering menggunkan low context communication dibandingkan dengan high context communication, sedangkan budaya timur sebaliknya.(liliweri, 2003: 190). Low context communication merupakan komunikasi yang diungkapkan secara langsung tanpa adanya penjelasan-penjelasan atau komunikasi yang dilakukan langsung pada inti dari permasalahan. Sedangkan High context communication adalah komunikasi yang diungkapkan dengan penjelasan-penjelasan atau komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan gaya komunikasi yang implisit.kedua hal tersebut merupakan salah satu yang dapat menyebabkan konflik komunikasi yang ada dalam suatu hubungan. High context dan low context merupakan klasifikasi konteks yang diperkenalkan oleh Edward T. Hall, yang digolongkan atas : a. High Context adalah konteks yang berasal dari orang-orang yang memiliki kode pesan yang bersifat implisit atau yang bersifat simbolis, koteks ini membuat kecil kemungkinan seseorang berbagi informasi dan pengalaman. b. Low context adalah konteks yang berasal dari orang-prang yang mempunyai kode pesan yang bersifat eksplisit atau lebih denotatif yang memudahkan 6

seseorang makin besar kemungkinan berbagi informasi dan pengalaman. (Liliweri, 2003: 191). Penelitian tentang manajemen konflik komunikasi menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif. Teori yang digunakan adalah Komunikasi antarbudya, konflik komunikasi dan face negotiation theory. Intercultural marriagecenderung memiliki potensi menimbulkan konflik dibandingkan pernikahan dengan budaya yang sama. Banyaknya fenomena pernikahan beda budaya di Indonesia yang cenderung menimbulkan konflik komunikasi, mendorong peneliti untuk mengambil topik konflik komunikasi pada pasangan beda budaya. Setiap pasangan beda budaya memiliki perbedaan latar belakang budaya yang berbeda dari masing-masing individu, bahasa dan aspek-aspek nilai dalam budaya masing-masing. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana manajemen konflik komunikasi yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang menjalani intercultural marriage. 1.2 Fokus Penelitian Pada penelitian Manajemen Konflik Komunikasi Intercltural Marriage peneliti akan memfokuskan penelitian pada : Bagaimana manajemen konflik komunikasi pada pasangan intercultural marriage? 7

1.3 Pertanyaan Penelitian Dari uraian latar belakang penelitian dan fokus penelitian,maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana manajemen konflik komunikasi antar budaya pada pasangan intercultural marriage digunakan dalam penyelesaian konflik? 2. Apa saja sumber-sumber konflik pada intercultural marriage? 1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana manajemen konflik komunikasi antar budaya pada pasangan intercultural marriage digunakan dalam penyelesaian konflik serta mengetahui apa saja sumber-sumber konflik pada intercultural marriage. 1.4.2 Kegunaan Penelitian 1.4.2.1 Kegunaan Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan penelitian bidang Komunikasi antarbudaya dalam konteks intercultural marriage dan konflik. 8

1.4.2.2 Kegunaan Praktis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan saran kepada pasangan berbeda budaya (intercultural marriage) untuk mengelola konflik komunikasi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah ilmu komunikasi, Komunikasi Antarpribadi, Komunikasi Antarbudaya, dan Manajemen Konflik Komunikasi. 9