Perancangan Alat Pendinginan Portable Menggunakan Elemen Peltier

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

TERMOMETER BADAN DIGITAL OUTPUT SUARA BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA8535

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III. Perencanaan Alat

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Februari Instrumen dan komponen elektronika yang terdiri atas:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

Papan Pergantian Pemain Sepak Bola Berbasis Digital Menggunakan IC4072 dan IC7447

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020

BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Perancangan Sistem Pendingin Air Menggunakan Elemen Peltier Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Tujuan Pengukuran 4.2. Peralatan Pengukuran

BAB II KWH-METER ELEKTRONIK

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PEMILIHAN KOMPONEN DAN PERANCANGAN ALAT. perancangan perangkat keras dan perangkat lunak sistem alat penyangrai dan

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

PERANCANGAN INKUBATOR BAYI DENGAN PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

BAB III PERANCANGAN ALAT

Input ADC Output ADC IN

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

Pengatur Suhu Ruangan Otomatis Berbasis Mikrokontroler ARM Cortex M0 NUMICRO NUC140VE3CN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

KARYA ILMIAH KWH METER DIGITAL DENGAN FITUR PEMBATAS ENERGI LISTRIK

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

Tugas Akhir PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK PADA KENDARAAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 OLEH : PUTU TIMOR HARTAWAN

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan Air Conditioning dan untuk penyimpanan bahan makanan dan. minuman menggunakan Domistic Refrigerant ( lemari es ).

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

BAB II LANDASAN TEORI

Rancang Bangun Alat Penentu 16 Arah Mata Angin Dengan Keluaran Suara

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16. Enis Fitriani,DidikTristianto,SlametWinardi

RANCANG BANGUN PENDINGIN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI OTOMATIS BERBASIS ARDUINO UNO

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di

SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER)

BAB 3 PERANCANGAN ALAT. Sensor Utrasonik. Relay. Relay

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

RANCANG BANGUN SISTEM AKUISISI DATA TEMPERATUR BERBASIS PC DENGAN SENSOR THERMOPILE MODULE (METODE NON-CONTACT)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM. kadar karbon monoksida yang di deteksi oleh sensor MQ-7 kemudian arduino

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT

RANCANG BANGUN KONTROL PERALATAN LISTRIK OTOMATIS BERBASIS AT89S51

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Transkripsi:

Perancangan Alat Pendinginan Portable Menggunakan Elemen Peltier R. Umboh, J. O. Wuwung, E. Kendek Allo, B. S. Narasiang, Jurusan Teknik Elektro-FT, UNSRAT, Manado-911, Email: umboh.ronald@gmail.com Abstrak - Teknologi refrigerasi adalah bidang teknik yang berkaitan dengan penggunaan mesin untuk menjaga suhu suatu objek pada titik atau range tertentu, yang biasanya berkisar dari o C (suhu ruangan) sampai dengan -18 o C. Teknologi refrigerasi saat ini menggunakan sistem kompresi gas yang menggunakan refrigeran sebagai penukar kalornya. Refrigeran yang digunakan dalam sistem kompresi gas merupakan senyawa sintetik yang dirancang sedemikian rupa sebagai penukar kalor ideal. Namun, refrigeran ini dapat merusak lapisan ozon jika terurai di udara. Sehingga, rusaknya lapisan ozon ini memberikan dampak langsung pada pemanasan global. Berdasarkan masalah tersebut, penulis memanfaatkan efek termoelektrik melalui elemen peltier dengan beberapa komponen penunjang seperti heatsink dan kipas dalam merekayasa sistem pendingin. Sistem pendingin tersebut dapat digunakan untuk menjaga suhu suatu objek berada dibawah suhu lingkungan. Untuk menunjang kerja sistem pendingin diperlukan sistem-sistem tambahan seperti termometer agar kita dapat mengetahui suhu sistem pendingin dan menentukan suhu objek yang ingin kita jaga melalui pengaturan setpoint suhu. Sistem pengendalian ini dikerjakan sepenuhnya oleh mikrokontroler AVR ATmega8. Kemampuan pendinginan dari sistem pendingin ini tergantung dari objek atau beban pendinginan yang kita berikan. Rata-rata suhu minimum yang dicapai adalah 0 o C untuk pendinginan selama 1 jam. Kata Kunci : Teknologi Refrigerasi, Efek Termoelektrik, Elemen Peltier, Sistem Pendingin I. PENDAHULUAN Pemanfaatan teknologi telah merambah dalam semua aspek kehidupan manusia, salah satunya teknologi household appliances yang sudah tidak terlepas dari keseharian kegiatan manusia saat ini. Household appliances atau peralatan rumah tangga adalah berbagai peralatan yang mempermudah manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari di dalam rumah/tempat tinggalnya. Peralatan rumah tangga adalah salah satu contoh teknologi yang terus berkembang mengikuti kebutuhan manusia akan berbagai faktor, misalnya, kemudahan, keandalan, kenyamanan, ekonomi, dan sebagainya. Seiiring perkembangan teknologi dalam bidang household appliances, manusia menyadari bahwa terdapat hal yang merugikan. Beberapa bahan kimia yang digunakan manusia sebagai salah satu sumber daya peralatan rumah tangga, terbukti berbahaya/tidak ramah lingkungan. Salah satunya adalah refrigeran yang digunakan dalam lemari es. Refrigeran adalah bahan kimia yang digunakan dalam siklus kerja lemari es yang dapat merusak struktur lapisan O (ozone) jika terurai di udara. Hal ini sangat memprihatinkan karena merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan global. 1 Upaya untuk mengatasi penggunaan refrigeran yang dapat merusak lapisan ozone adalah dengan menggunakan bahan kimia lain yang tidak merugikan atau mengaplikasikan metode lain yang tidak menggunakan bahan kimia. Perlu dipertimbangkan metode yang tetap bekerja sebagai pompa kalor, namun dalam aplikasinya, tidak lagi menggunakan siklus kompresi-uap seperti yang digunakan lemari es saat ini. Sebut saja efek termoelektrik. Efek termoelektrik adalah hubungan antara energi panas dan energi listrik yang terjadi pada titik temu antara dua jenis logam yang berbeda. Efek termoelektrik ini kini dikembangkan dalam suatu alat yang disebut elemen Peltier. Dengan kelebihan maupun kekurangannya, elemen ini dapat direkayasa dalam merancang suatu sistem pendingin yang nantinya dapat menggantikan sistem yang konvensional. II. LANDASAN TEORI A. Efek Termoelektrik Efek termoelektrik pertama kali ditemukan pada tahun 181 oleh T. J. Seebeck. Ia menunjukkan bahwa gaya gerak listrik (ggl) dapat dihasilkan dengan memanaskan titik sambungan antara dua penghantar listrik yang berbeda. Efek Seebeck dapat didemonstrasikan dengan membuat sambungan antara dua kawat dari jenis logam yang berbeda ( misalnya, tembaga dan besi). Ujung kawat lainnya dihubungkan ke galvanometer atau voltmeter yang sensitif. Jika sambungan antara kawat dipanaskan, maka alat ukur akan membaca adanya sejumlah kecil tegangan. Susunan demonstrasi ini ditunjukkann pada gambar 1. Dua kawat dapat dikatakan membentuk sebuah termokopel. Didapati juga bahwa besar tegangan termoelektrik sebanding dengan perbedaan suhu antara titik sambungan termokopel dan koneksinya pada alat ukur. Tiga belas tahun setelah Seebeck melakukan penemuannya, J. Peltier, seorang pembuat jam tangan, Gambar 1. Eksperimen yang menunjukkan efek Seebeck dan Peltier

peneliti efek termoelektrik yang kedua. Ia mendapati dimana arus listrik yang melalui suatu termokopel akan menghasilkan efek pemanasan atau pendinginan bergantung pada arah aliran arus listrik tersebut. Efek Peltier cukup sulit untuk didemonstrasikan menggunakan termokopel karena selalu terdapat efek pemanasan Joule yang juga muncul. Jika digunakan susunan seperti yang ditunjukkan pada gambar 1, barulah efek peltier dapat didemonstrasikan, pada prinsipnya, mengganti meter dengan sumber arus searah dan menempatkan termometer kecil pada titik sambungan termokopel. B. Elemen Peltier Elemen peltier atau pendingin termoelektrik (thermoelectric cooler) adalah alat yang dapat menimbulkan perbedaan suhu antara kedua sisinya jika dialiri arus listrik searah pada kedua kutub materialnya, dalam hal ini semikonduktor. Pada gambar ditunjukkan bentuk fisik elemen peltier. Dalam hal refrigerasi, keuntungan utama dari elemen peltier adalah tidak adanya bagian yang bergerak atau cairan yang bersikulasi, dan ukurannya kecil serta bentuknya mudah direkayasa. Sedangkan kekurangannya terletak pada faktor efisiensi daya yang rendah dan biaya perancangan sistem yang masih relatif mahal. Namun, kini banyak peneliti yang sedang mencoba mengembangkan elemen peltier yang murah dan efisien. Gambar menunjukkan elemen peltier tersusun atas serangkaian dua tipe semikonduktor (tipe-p dan tipe-n) yang dihubungkan secara seri. Pada setiap sambungan antara dua tipe semikonduktor tersebut dihubungkan dengan konduktor yang terbuat dari tembaga. Interkoneksi konduktor tersebut diletakkan masingbagian bawah masing di bagian atas dan di semikonduktor. Konduktor bagian atas ditujukan untuk membuang kalor dan konduktor bagian bawah ditujukan untuk menyerap kalor. Pada kedua bagian interkoneksi ditempelkan pelat yang terbuat dari keramik. Pelat ini bertujuan untuk memusatkan kalor yang berasal dari konduktor. Gambar 4 menunjukkann elemen peltier yang sedang dialiri arus listrik dan menimbulkan perbedaan suhu pada kedua interkoneksi. Interkoneksi yang dialiri arus dari arah semikonduktor tipe-n ke tipe-p akan menyerap kalor atau dengan kata lain menjadi dingin. Sedangkan, interkoneksi yang dialiri arus dari arah semikonduktor tipe-p ke tipe-n akan membuang/mendisipasi kalor atau dengan kata lain menjadi panas. Interkoneksi antara semikonduktor pada elemen peltier terbuat dari konduktor yang menyebabkan arus dapat mengalir dalam kedua arah, berbeda dengann dioda yang interkoneksinya (depletion layer) hanya membuat arus mengalir dalam satu arah saja. III. PERANCANGAN SISTEM A. Skema Perancangann Sistem Pada Gambar, buah elemen peltier yang terdapat diantara heatsink dan coldsink bekerja saat dicatu oleh tegangan dc 1 V. Saat elemen tersebut bekerja masingmembuang kalor dan melepas masing sisi elemen akan kalor. Heatsink akan memfokuskan pembuangan kalor dan coldsink akan memfokuskan penyerapan kalor. Kipas C dan C akan mempercepat pembuangan kalor sedangkan C 1 akan mempercepat penyerapan kalor. Kipas C dan C akan meniupkan udara bersuhu t 0 (suhu lingkungan) ke heatsink, sehingga udara yang keluar dari heatsink bersuhu t 1. Kipas C 1 akan meniupkan udara bersuhu t melalui coldsink,, sehingga udara yang keluar dari coldsink bersuhu t 4. Seiiring waktu, t akan mencapai t 4 sehingga t = t 4. Gambar 4. Prinsip kerja elemen Peltier t 0 t 0 C C D Gambar. Elemen Peltier t 1 B t 1 A 1 A t 4 C 1 t t Kabinet Pendingin t 4 Keterangan: A1 = Coldsink 1 A = Coldsink B = Heatsink C1 = Kipas 1 C = Kipas C = Kipas D = Elemen Peltier Gambar. Struktur elemen Peltier Gambar. Skema perancangan

B. Blok Diagram Rangkaian Diagram blok pada gambar dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Sensor suhu berfungsi untuk membaca suhu dari kabinet pendingin kemudian meneruskan sinyal analog tersebut ke ADC.. ADC (Analog-to-Digital Converter) berfungsi untuk mengubah sinyal analog dari sensor suhu menjadi sinyal digital, kemudian meneruskan sinyal digital tersebut ke mikrokontroler.. Input disini adalah tombol up dan down untuk menaikkan atau menurunkan permintaan suhu minimum. 4. LCD (Liquid Crystal Display) akan menunjukkan berapa permintaan suhu minimum yang diatur melalui input (tombol up dan down ).. Mikrokontroler berfungsi untuk memproses masukan dari ADC dan membandingkannya dengan input permintaan suhu minimum, menampilkan pembacaan suhu di dalam kabinet pendingin melalui 7-segment, mengendalikan kerja elemen peltier dan kipas dc berdasarkan perintah-perintah yang telah diprogram sebelumnya di dalam mikrokontroler.. Driver relay berfungsi sebagai rangkaian kopel untuk mengendalikan aktif tidaknya kipas dc, yang dipicu dari sinyal output mikrokontroler. 7. Pada masing-masing heatsink dan coldsink yang di- tempelkan pada elemen peltier, terdapat kipas dc yang berfungsi untuk mempercepat pembuangan dan penyerapan kalor. C. Perancangan rangkaian tiap blok Dari rangkaian sensor dan pengkondisi sinyal pada gambar 7, sensor yang digunakan adalah IC LMDZ yang dapat mendeteksi perubahan suhu dan merubahnya menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik ini kemudian dimasukan ke dalam IC ADC0804 untuk diubah menjadi sinyal digital 8-bit. Naik atau turunnya 1 bit dari keluaran ADC tergantung dari resolusi ADC. Resolusi ADC adalah berapa besar tegangan yang dibutuhkan untuk menaikan atau menurunkan 1 bit pada keluaran ADC. Untuk menaikkan 1 bit per derajat celcius, resolusi ADC harus diatur menjadi 10 mv. Seperti dilihat pada gambar 8, mikrokontroler digunakan untuk memroses data dari ADC dan up/down counter. Kemudian sebagai output adalah tampilan pada LCD, 7-segment dan sistem pendingin elemen peltier. Data dari ADC dimasukan dalam port A, data dari up/down counter dimasukan dalam port B, untuk LCD dikendalikan dari port D, perintah kendali relay dari port B dan untuk tampilan 7-segment dari port C. Rangkaian referensi suhu pada gambar 10 menggunakan buah tombol push-on masing-masing untuk menaikkan dan menurunkan suhu referensi. Untuk membedakan kombinasi logika yang masuk dalam IC updown counter CD409, digunakan IC SN74LS00. Gambar. Diagram blok sistem Gambar 8. Rangkaian mikrokontroler ATmega8 Gambar 7. Rangkaian sensor dan pengkondisi sinyal Gambar 9. Rangkaian tampilan 7-segment

+1V Gnd Vin LM780 1 Gnd Vout PortB.1 PortB. PortB. PortB.4 Down 1kΩ 1kΩ Up SN74LS00 CD409 1 14 1 1 A1 Vcc PE Vdd 1 1 B1 Y4 Q4 Clk 1 Y1 B4 14 J4 Q 4 11 4 1 A A4 J1 J 10 1 B Y Carry In J 9 11 Y B Q1 Q 7 8 7 10 Gnd A Carry Out U/D 8 9 Vss B/D Gambar 1. Rangkaian Driver Relay NE 1 8 Gnd Vcc 7 Trig Dis Out Thres 4 Rst Control 10kΩ 100 kω 10µF V OUT /V (Tanpa Beban) TABEL I PENGUJIAN CATU DAYA V OUT /V I /A P /W (Dengan (Arus) (Daya) Beban) η /% (Efisiensi) Gambar 10. Rangkaian referensi suhu LCD x1 karakter 1,00 11,99 11,99 11,97 1,01 11,98 1,01 11,99 1,00 11,98, 7,74 99,91,70 8, 99,8,8 8,0 99,7,8 8,10 99,8,9 8, 99,8 Ground +Vdc PortD.0 PortD.1 PortD. PortD.4 PortD. PortD. PortD.7 Vss Vcc Vee Rs Rw E D0 D1 D D D4 D D D7 LED+ LED- 1 4 7 8 9 101111141 1 Keluaran LM (mv) 40 400 0 00 0 00 10 100 0 0 Karakteristik Keluaran LM 0 4 8 1011411804804840 Suhu padatermometer Digital (oc) Gambar 11. Rangkaian Tampilan LCD Keluaran IC up-down counter CD409 adalah sinyal digital 4-bit yang dimasukan ke mikrokontroler sebagai input pemilih suhu minimum. Sinyal denyut dibutuhkan untuk mengoperasikan pewaktuan pencacah CD409, denyut ini disuplai oleh multivibrator NE. Tampilan LCD pada gambar 11 telah menjadi bentuk kit dengan 1 pin. Pin-pinn ini nantinya dihubungkan ke mikrokontroler sebagai monitor dari rangkaian input. Berdasarkan hubungan pin dari LCD ke mikrokontroler dapat diklasifikasikan sifat pin tersebut, dimana pin D4-D7 adalah sebagai data, pin 4- adalah kontrol dan pin 1- adalah catu daya. Pin 1 dan 1 adalah kaki anoda dan katoda dari LED yang menentukan tingkat kecerahan dari LCD. Untuk menampilkan suhu di dalam kabinet pendingin, digunakan buah 7-segment dimana buah 7- segment digunakan untuk menampilkan angka 0 sampai 4 Gambar 1. Karakteristik Keluaran LM 99, dan 1 buah 7-segment digunakan hanya untuk menampilkan satuan derajat celsius seperti pada gambar 9. buah 7-segment yang digunakan untuk menampilkan angka masing-masing dihubungkan dengan IC decoder BCD-ke-7-segment SN74LS47, untuk mengkonversi bilangan BCD dari mikrokontroler menjadi tampilan angka pada 7-segment. Pada setiap masukan segment dihubungkan resistor 1 kω secara seri untuk membatasi tegangan pada LED dalam segment tersebut. Pada gambar 1, perintah dari mikrokontroler dimasukkan terlebih dahuluu ke dalam rangkaian driver berupa kombinasi transistor switching dan relay, dimana fungsinya adalah untuk mengendalikan kerja kipas di dalam kabinet. Berdasarkan gambar 1 juga dapat dilihat dimana digunakan satu buah driver relay yang digunakan sebagai switch pada kipas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Catu Daya Untuk menguji catu daya, dilakukan kali pengukuran pada tegangan dan arus keluaran. Untuk pengukuran tegangan dilakukan pengukuran saat tanpa beban dan saat diberikan beban. Tujuan dari pengujian catu daya ini adalah untuk mengetahui efisiensi dari catu daya. Berdasarkan hasil pengujian, tingkat efisiensi catu daya berkisar antara 99,7% 99,91%, mengingat tidak ada catu daya yang sempurna atau memiliki tingkat efisiensi 100%. B. Pengujian Sensor Suhu Untuk menguji sensor suhu, dilakukan perbandingan antara termometer digital yang telah ditera terhadap IC sensor suhu LM. Pengujian dilakukan pada kisaran suhu 10 o C 40 o C. Keluaran IC sensor suhu LM adalah tegangan dc sebesar 10 mv/ o C, oleh karena itu T pada sensor dapat ditentukan melalui V OUT sensor/10mv. C. Pengujian Rangkaian ADC Untuk menguji rangkaian ADC, masukan analog diberikan oleh keluaran IC sensor LM, oleh karena itu kisaran tegangan analog adalah 98 mv 98 mv. Keluaran dari rangkaian ADC telah dimasukkan ke dalam mikrokontroler sehingga dapat ditampilkan melalui tampilan 7-segment, oleh karena itu hasil konversi ADC dapat langsung dibaca melalui tampilan 7-segment, sehingga pengujian dapat dilakukan dengan membaca langsung hasil pada tampilan 7-segment saat IC sensor LM diberikan variasi suhu. Keluaran ADC adalah tegangan dc dengan keadaan yaitu V saat logika 1 dan 0 V saat logika 0. VOUT (IC Sens or DB LM 0 ) TABEL II PENGUJIAN RANGKAIAN ADC Keluaran ADC Konver si Biner DB DB DB DB DB DB DB ke 1 4 7 Desim al 98 0 1 1 1 1 0 0 0 0 09 1 1 1 1 1 0 0 0 1 18 0 0 0 0 0 1 0 0 8 1 0 0 0 0 1 0 0 9 0 1 0 0 0 1 0 0 4 48 1 1 0 0 0 1 0 0 9 0 0 1 0 0 1 0 0 9 1 0 1 0 0 1 0 0 7 79 0 1 1 0 0 1 0 0 8 88 1 1 1 0 0 1 0 0 9 98 0 0 0 1 0 1 0 0 40 D. Pengujian Sistem Pendingin Pengujian sistem pendingin dilakukan pada saat tidak ada beban pendinginan (kabinet kosong), dan pada air dengan tiga massa berbeda, masing-masing 100 gr, 00 gr dan 00 gr. Dimana pengujian dilakukan selama 0 menit untuk masing-masing sampel. Kesimpulan sementara penulis didapat berdasarkan, 1. Suhu minimum, a. saat kosong (tidak ada beban) adalah 19 o C b. dengan air bermassa 100 gr adalah o C c. dengan air bermassa 00 gr adalah o C d. dengan air bermassa 00 gr adalah o C. Penurunan suhu yang paling signifikan terjadi antara menit 0 0, a. saat kosong (tidak ada beban) sebesar 7 o C b. dengan air bermassa 100 gr sebesar 4 o C c. dengan air bermassa 00 gr sebesar o C d. dengan air bermassa 00 gr sebesar o C V. KESIMPULAN Setelah melakukan pengujian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Suhu minimum yang dapat dicapai sistem pendingin bergantung pada beban yang diberikan, dimana saat kosong suhu minimum adalah 19 o C, dengan air bermassa 100 gr suhu minimum adalah o C, dengan air bermassa 00 gr suhu minimum adalah o C, dengan air bermassa 00 gr suhu minimum adalah o C. TABEL III PENGUJIAN SISTEM PENDINGIN T n / o C No. t / menit Air Kosong 100 gr 00 gr 00 gr 1. 0 8 8 8 8. 10 7 7. 0 1 4 4. 0 0. 40 19 4. 0 19 4 4 7. 0 19 0 Suhu (oc) 0 1 100 gr 10 00 gr 00 gr 0 Kosong 0 10 0 0 40 0 0 Waktu (menit) Gambar 14. Penurunan Suhu Untuk 4 Keadaan Beban

. Penurunan suhu yang paling signifikan terjadi selama 0 menit dari saat sistem diaktifkan, dimana saat kosong sebesar 7 o C, dengan air bermassa 100 gr sebesar 4 o C, dengan air bermassa 00 gr sebesar o C, dan dengan air bermassa 00 gr sebesar o C.. Setelah 0 menit, suhu akan turun + 1 o C per 10 menit sampai suhu konstan pada menit ke 0. DAFTAR PUSTAKA [1] W. Arismunandar, Penyegaran Udara, Bandung, 199. [] F. J. Blatt, Physics of Electronic Conduction in Solids, New York 000. [] H. J.Goldsmid, Introduction to Thermoelectricity, London, 009. [4] I. M. Gottlieb, Catu Daya-Switching Regulator, Jakarta, 199 [] K. Handoko, Lemari Es, Jakarta, 1981. [] S. Hasan, Sistem Refrigerasi dan Tata Udara Jilid 1, Direktorat Pembinaan SMK, Bandung, 008. [7] K. F. Ibrahim, Teknik Digital, Yogyakarta, 199. [8] J. H. Lienhard, A Heat Transfer Textbook Third Edition, Cambridge, 008 [9] A. K. Maini, Digital Electronics, West Sussex, 007. [10] S. Rangkuti, Mikrokontroler ATMEL AVR, Bandung, 010. [11] S. Wasito, Vademekum Elektronika, Jakarta, 1984. [1] D. L. Tobing, Fisika Dasar 1, Jakarta, 199. [1] R. J. Traister, Proyek IC, Jakarta, 1987. [14] A. Winoto, Mikrokontroler AVR ATmega8/1//8 dan Pemrogramannya dengan Bahasa C pada WinAVR, Bandung, 010.