BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Defenisi Serta Konsep Demand Pada Pelayanan Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

PROVINSI KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masayrakat setinggi-tingginya diwilayah kerjanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 46

KATA PENGANTAR. Sampang, Desember 2015 Tim Penyususn,

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. nifas sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB 1 PENDAHULUAN. telah menempatkan dokter dalam peran sebagai pelaku ekonomi, yakni sebagai

KONSEP DEMAND DALAM SEKTOR KESEHATAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan yang bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS AN PEDOMAN PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS PINKER

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum

BAB 1 PENDAHULUAN. Mulut yang merupakan pusat rujukan, pendidikan dan penelitian (Peraturan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk

I. PENDAHULUAN. rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2002). Oleh karena itu, status. baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula.

EKONOMI KESEHATAN BANDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. 02/05/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal (Nursalam, 2013). Keperawatan merupakan indikator dari kualitas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jika dikaitkan dengan produktivitas kerja (Kementerian Kesehatan, 2005). Gigi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. gigi penting dilakukan (Depkes RI, 1999). Hasil laporan morbiditas 2001,

PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS AN PEDOMAN PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS SEMATANG BORANG

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien sebagai pengguna jasa merupakan salah satu indikator dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merit goods. Margolis (1982) dalam Tjiptoherijanto (2008 : 47) mengatakan merit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya dengan komunikasi yang baik dalam organisasi dimana komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang atau individu mampu untuk hidup produktif dalam segi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Serta Konsep Demand Pada Pelayanan Kesehatan Pelayanaan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Biasanya pelayanan kesehatan diukur berdasarkan ketersediaa atau penggunaan (jumlah konsultasi atau pembedahan per kapita). Awal pembahasan mengenai demand terhadap kesehatan dapat dilakukan melalui pengertian tentang dan kebutuhan (needs). Pengertian ini dibutuhkan mengingat demand dalam pelayanan kesehatan merupakan suatu hal yang agak berbeda dibandingkan dengan demand untuk komoditi atau pelayanan lain. Pengertian Permintaan (Demand) menurut Cooper yang dikutip oleh Nurlina (2014). a. Suatu keinginan, kebutuhan yang direalisasikan dengan tindakan dan mendapatkan pelayanan kesehatan secara nyata. b. Barang atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh pasien. c. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter, dan juga faktor lain seperti pendapatan dan harga obat. Demand berbeda dengan need dan want. d. Permintaan pelayanan kesehatan timbul melalui proses perubahan persoalan kesehatan menjadi persoalan kesehatan yang dirasakan, dilanjutkan dengan merasa dibutuhkannya pelayanan kesehatan dan akhirnya dinyatakan dengan permintaan aktual. Dalam upayanya mengubah kebutuhan pelayanan yang dirasakan menjadi suatu bentuk permintaan yang efektif, konsumen harus memiliki kesediaan (willingness) dan kemampuan (ability) 9

10 untuk membeli atau membayar sejumlah jenis pelayanan kesehatan yang diperlukan. Konsepwants needs demand WANTS NEEDS DEMAND Ingin dilayani Ingin dilayani Realisasidari Sebaik mungkin sebaik mungkin keinginandan Tetapi belum tentu kebutuhan dibutuhkan Gambar2.1 Konsep wants needs demand Perbedaan want, need, dan demand penting karena tujuannya adalah memenuhi semaksimal mungkin kebutuhan orang, dengan cara memperbaiki keputusan dokter, dan mendekatkan keinginan dan permintaan sedekat mungkin dengan kebutuhan, melalui pendidikaan kesehatan, dan sebagainya (Nurlina, 2014) Menurut Tjiptoharijanto (1994), ada 2 (dua) pendekatan yang biasa digunakan untuk membahas Demand terhadap pelayanan kesehatan, yaitu: 1. Demand Menurut Agency Relationship Model Agency Relationship mengasumsikan bahwa peranan pasien amatlah kecil dibandingkan peranan ahli kesehatan atau dokter dalam membentuk demand pelayanan kesehatan. Pendekatan ini digunakan untuk menggabungkan antara demand dan need, dimana dalam pendekatan ini dokter bertindak sebagai agen bagi pasiennya yang kurang mempunyai informasi tentang segala sesuatu yang menyangkut pelayanan kesehatan yang akhirnya mengacu kepada situasi

11 dimana dokterlah yang secara efektif sering bertindak untuk melakukan permintaan. 2. Demand Menurut Model Grossman Model Grossman mengasumsikan bahwa masing-masing individu melakukan penelitian manfaat dan pengeluaran untuk kesehatan yang diperbandingkan dengan pengeluaran untuk komoditi lainnya dalam rangka memutuskan status kesehatannya yang optimal. Dalam hal ini konsumen diasumsikan mempunyai pengetahuan tentang status kesehatannya sendiri, tingkat depresiasi status kesehatannya dan fungsi produksi yang mengaitkan antara perbaikan kesehatan dengan pengeluaran untuk pelayanan kesehatan. Dengan kata lain pasien mempunyai peranan yang benar dalam membentuk demand pelayanan kesehatan. 2.2 Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Demand terhadap Pelayanan Kesehatan Menurut Mills dan Gilson dikutip oleh Yenni (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi demand, yaitu : 1. Ada hubungan antara tingginya pendapatan dengan besarnya permintaan akan pelayanan kesehatan. 2. Harga beperan dalam menentukan demand terhadap pelayanan kesehatan. 3. Sulitnya pelayanan kesehatan dicapai secara fisik akan menurunkan demand terhadap pelayanan kesehatan. 4. Kemajuan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk meminta pelayanan dari pemberi jasa tertentu.

12 Andersen dan Anderson membuat 7 (tujuh) kategori model penggunaan pelayanan kesehatan, yaitu : 1. Model Demografi (kependudukan) Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan besar nya keluarga. Variabel-variabel ini digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda (umur dan jenis kelamin), dan juga siklus hidup (status perkawinan dan besarnya keluarga), dengan asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan dan penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyaknya berhubungan dengan variabel diatas. 2. Model-Model Struktur Sosial (Social Structure Models) Di dalam model ini tipe variabel-variabel yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan, dan kebangsaan. Variabel-variabel ini mencerminkan keadaan sosial dari individu atas keluarga di dalam masyarakat. Model ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dengan latar belakang, struktur sosial tertentu akan menggunakan pelayanan kesehatan dengan cara tertentu pula. 3. Model-Model Sumber Keluarga (Family Social Models) Dalam model ini tipe variabel-variabel yang dipakai adalah ukuran dari sikap dan keyakinan individu. Variabel-variabel sosio-psikologis pada umumnya terdiri dari empat kategori, yaitu: pengertian kerentanan terhadap penyakit, pengertian keseluruhan dari pada penyakit, keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan menghadapi penyakit, serta kesiapan tindakan individu.

13 4. Model-Model Sumber Keluarga (Family Resource Models) Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pendapatan keluarga, cakupan asuransi keluarga dan pihak-pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Model ini menekankan kesanggupan untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi anggotanya. 5. Model-Model Sumber Daya Masyarakat (Community Resource Models) Pada model ini tipe variabel yang digunakan adalah penyediaan pelayanan kesehatan, ketercapaian dari pelayanan kesehatan yang tersedia serta sumbersumber di dalam masyarakat. Model ini menggambarkan suplai ekonomi yang berfokus pada ketersediaan sumber-sumber kesehatan pada masyarakat setempat. 6. Model-Model Organisasi (Organization Models) Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pencerminan perbedaan bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan. Biasanya variabel yang di gunakan adalah gaya praktek pengobatan, sifat dari pelayanan tersebut, letak dari pelayanan kesehatan, dan petugas yang pertama kali kontak dengan pasien. 7. Model Sistem Kesehatan (Health System Models) Model ini mengintegrasikan keenam model ke dalam model yang lebih sempurna. Dengan demikian apabila hendak dilakukan analisa terhadap penggunaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat, maka harus diperhitungkan juga keenam model diatas (Notoatmodjo 2007). Menurut Dever yang dikutip oleh siska (2001), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan atau permintaan pelayanan kesehatan adalah:

14 1. Faktor Sosial Psikologis a. Persepsi masyarakat dalam pelayanan kesehatan Persepsi atau tanggapan masyarakat terhadap pelaynan kesehatan tersebut akan mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. b. Keyakinan dalam pelayanan kesehatan keyakinan yang ada pada masyarakat akan mempengaruhi seseorang dalam bertindak, termasuk dalam menggunakan pelayanan kesehatan 2. Faktor Organisasi a. Ketersediaan sumber daya Yaitu sumber daya yang mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas, sangat mempengaruhi penggunaaan pelayanan kesehatan. Suatu sumber daya tersedia apabila sumber daya itu ada atau bisa didapat tanpa mempertimbangkan sulit ataupun mudah penggunaannya. Suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia. b. Keterjangkauan Lokasi Berkaitan dengan keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat di ukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh, dan biaya perjalanan. Peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu, ataupun biaya tempuh mungkn mengakibatkan peningkatan pemakayan pelayanan yang berhubungan dengan keluhan-keluhan penyakit ringan.

15 c. Sarana dan Prasarana kelengkapan peralatan atau fasilitas yang mendukung pelayanan kesehatan mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan tersebut. 3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintan pelayanan kesehatan. Kebutuhan terdiri atas kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan diagnosa klinis (evaluted need). Perceived need ini dipengaruhi oleh: a. Faktor sosio demografi, yang terdiri dari umur, jenis kelamin, ras, bangsa, status perkawinan atau jumlah keluarga, dan status sosial ekonomi. b. Faktor sosio psikologis, yang terdiri dari persepsi sakit, gejala keyakinan terhadap rawan medis atau dokter. c. Faktor epidemiologis, yang terdiri dari mortalitas, morbilitas, morbiditas dan faktor resiko. 4. Faktor yang berhubungan dengan petugas kesehatan a. Faktor ekonomi Konsumen tidak sepenuhnya memiliki prepensi yang cukup akan pelayanan yang akan diterima, sehingga mereka menyerahkan hal ini sepenuhnya ke tangan provider. b. Karakteristik dari petugas kesehatan atau provider Yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian petugas, serta fasilitas yang dimiliki pelayanan kesehatan tersebut.

16 Menurut Rafael yang di kutip oleh Azhari (2002), ada delapan faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan, yaitu: 1. Faktor Demografi Jumlah, penyebaran, kepadatan, pertumbuhan, struktur, umur, dan rasio jenis kelamin adalah variabel yang mempengaruhi tingkat demand pelayanan kesehatan. Di antara variabel diatas, jumlah dan penyebaran penduduk adalah yang terpenting. 2. Faktor Ekonomi Tingkat pendapatan seseorang berhubungan kuat dengan demand pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, jika biaya pelayanan meningkat biasanya diseratai dengan penurunan demand terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Pada fasilitas pelayanan pemerintah, dimana faktor biaya biasa dapat diabaikan, variabel waktu menunggu pelayanan adalah variabel biaya yang menghubungkan antara supply dan demand. 3. Faktor Sosial Budaya Dua faktor utama adalah tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pelayanan kesehatan modern (tingkat pengetahuan mereka akan adanya/ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan di sekelilingnya. 4. Status Kesehatan Bila status kesehatan menurun biasanya disertai dengan penurunan demand terhadap pelayanan. Namun demikian, pada masyarakat lapisan ekonomi rendah hubungan diatas tidak begitu kuat dibanding lapisan sosial ekonomi atas.

17 5. Aksesibilitas Aksesibilitas terhadap pelayanan adalah derajat kemudahan dicapai orang fungsi faktor lain, seperti jarak tempuh dan waktu yang terbuang untuk pergi ke fasilitas, biaya, kendala sosial, budaya terhadap pelayanan kesehatan modern atau keramahan pelayanan kesehatan. 6. Availabilitas Availabilitas pelayanan kesehatan berbanding lurus dengan tingkat demand terhadap pelayanan. Bila fasilitas kesehatan cukup tersedia, biasanya demand akan timbul. 7. Produktivitas Sumber Daya Semakin tinggi produktivitas suatu pelayanan, semakin baik kepuasan masyarakat, akan semakin tinggi demand terhadap pelayanan tersebut. 8. Teknologi Kesehatan Semakin canggih teknologi yang ditawarkan biasanya diikuti dengan meningkatnya demand terhadap pelayanan kesehatan, walaupun teknologi tersebut hanya sedikit berkonstribusi terhadap perbaikan status kesehatan. 2.3 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tinggi nya di wilayah kerja nya (Permenkes no.75 tahun 2014).

18 2.4 Fungsi Puskesmas 1. Penyelenggara UKM tingkat pertama di wilayah kerja nya, Puskesms berwenang untuk. a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisiskebutuhan pelayananan yang diperlukanan b. Melaksanakan advokasi dan sosisalisasi kebijakan kesehatan c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan. d. Menggerakan masyarakat untuk mengidentifikasi dan meyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan sektor lain terikat. e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat. f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas. g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,mutu dan cakupan pelayanan kesehatan dan i. Memberikan rekomendasi terkait maslah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulanagn penyakit. 2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerja nya, Puskesmas berwenang untuk.

19 a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu. b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif. c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung. e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi. f. Melaksanakan rekam medis g. Melaksanakan pencatatan,pelaporan dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan, i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya dan j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sisem rujukan. k. Wahana pendidikan tenaga kesehatan. (Permenkes no.75 tahun 2014) 2.5 Upaya Kesehatan Masyarakat Upaya kesehatan Puskesmas dikelompokan menjadi 2 (dua), yaitu upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. 1. Upaya kesehatan wajib

20 Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: a) upaya promosi kesehatan, b)upaya kesehatan lingkungan, c) upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, d) upaya perbaikan gizi keluarga, e) upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dan f) upaya pengobatan. 2. Upaya kesehatan pengembangan Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang teah ada, yakni : a) upaya kesehatan sekolah, b) upaya kesehatan olahraga, c) upaya perawatan kesehatan masyarakat, d) upaya kesehatan kerja, e) upaya kesehatan gigi dan mulut, f) upaya kesehatan jiwa, g) upaya kesehatan mata, h) upaya kesehatan usia lanjut, dan i) upaya pembinaan pengobatan tradisonal ( Depkes RI, 1990). 2.6 Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas Penyelengaraan upaya kesehatan gigi ini pada dasar nya salah satu upaya kesehatan pengembangan puskesmas. Upaya kesehatan gigi ini pada dasarnya dibagi dalam 3 (tiga) kegiatan, yaitu: 1. Pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat/keluarga dengan pendekatan PKMD. 2. Pelayanan kesehatan gigi pada anak usia sekolah. 3. Pelayanan kesehatan gigi pada penderita/pengunjung Puskesmas. Upaya kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas secara umum bertujuan untuk mencapai keadaan kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang optimum. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk menambah kesabaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi, menghilangkan atau menghilangkan

21 segala sesuatu yang dapat merugikan kesehatan gigi, memberikan perlindungan khusus untuk memperkuat gigi dan jaringan penyangganya, serta mengurangi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hal-hal yang merugikan kesehatan gigi. Menurut Depkes RI (1990), kebijakan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas, yaitu: 1. Menetapkan tenaga kesehatan gigi di puskesmas secara nasional sebagai berikut: a. 1 perawat gigi untuk 1 puskesmas b. 1 dokter gigi untuk 1 puskesmas 2. Menyelenggarakan pelayanan medik dasar kedokteran gigi di puskesmas yang mencakup pengobatan atas permintaan dan yang dirujuk. 3. Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja puskesmas, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta digunakan pendekatan PKMD. 4. Meningkatkan sistem rujukan dengan meningkatkan mutu teknis dan pengelolahan pelyanan kesehatan gigi dan mulut di pusksmas. 5. Puskesmas mempunyai peranan untuk mengawasi, membantu dan membina pelayanan kesehatan gigi dan mulut oleh unsur swasta yang dalam jangka panjang akan meningkat. Dalam upaya penanggulangan penyakit gigi di puskesmas di tentukan strategi pendekatan sebagai berikut:

22 1. Pada dasarnya penanggulangan yang bersifat pencegahan/peningkatan dan pengobatan darurat, diintergrasikan dengan upaya kesehatan lain dan dapat dilakukan oleh petugas bukan tenaga kesehatan gigi. 2. Petugas kesehatan gigi (Dokter gigi, Perawat gigi) selain melakukan usaha penagnggulangan yang bersifat pencegahan/peningkatan dalam bentuk pelayanan asuhan juga usaha yang bersifat pencegahan/peningkatan dan juga perencanaan penanggulangan secara menyeluruh. 3. Sasaran penanggulangan penyakit gigi dapat berpusat pada masyarakat/keluarga, anak sekolah, maupun perorangan yang datang berobat ke Puskesmas. 2.7 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan studi kepustakaan, maka kerangka konsep penelitian iniadalah : Variabel Independen Faktor Sosial Psikologis Persepsi keyakinan Variabel Dependen Demand pasienpadapelayanan Faktor Organisasi kesehatan gigi Sarana dan Prasarana Meminta Tenaga Medis Tidak meminta Lokasi/Jarak Geografis Gambar2.2 Kerangka Konsep Penelitian

23 Berdasarkan gambar di atas definisi operasional dari kerangka konsep tersebut adalah sebagai berikut : 1. Faktor sosial psikologis adalah hal-hal yang melatar belakangi seseorang dalam usahanya untuk meminta pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas Bandar Khalifah yang meliputi persepsi dan keyakinan. a. Persepsi adalah pandangan, tanggapan, penerimaan pasien tentang kualitas pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas Bandar Khalifah yang melatar belakangi pengetahuan nya dan pendapat masyarakat disekitar tentang kualitas pelayanan tersebut b. Keyakinan adalah kepastian, kepercayaan pasien yang sungguh-sungguh terhadap kualitas pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas Bandar Khalifah tentang sarana dan tenaga kesehatan yang ada. 2. Faktor Organisasi adalah hal-hal yang melatar belakangi pasien dalam usaha nya untuk meminta kualitas pelayanan kesehatangigi di Puskesmas Bandar Khalifah yang meliputi sarana dan prasarana, tenaga medis dan lokasi. a. Sarana dan prasarana adalah kondisi dan kelengkapan peralatan atau fasilitas yang mendukung kualitas pelayanan kesehatan misalnya ruang pemeriksaan, alat-alat medis yang digunakan. b. Tenaga medis adalah tenaga kerja yang dapat menggerakan atau memberikan pelayanan kesehatan dibagian poli gigi seperti dokter dan perawat gigi.

24 c. Lokasi adalah letak, tempat atau jarak puskesmas dari rumah penduduk baik jarak tempuh dalam hitungan menit serta kemudahan alat trasportasi untuk menuju ke puskesmas. 2.8 Hipotesis Penelitian Bedasarkan latar belakang, tujuan, tinjauan pustaka, dan kerangka konsep, maka hipotesa penelitian ini adalah: 1. Ada pengaruh faktor sosial psikologis yaitu persepsi dan keyakinan terhadap demand masyarakat pada pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang 2016. 2. Ada pengaruh faktor organisasi yaitu sarana dan prasarana, tenaga medis serta lokasi/jarak geografis terhadap demand masyarakat pada pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang 2016.