HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

GAMBARAN KEPATUHAN DIET PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan perilaku yang disarankan (Smet, 1994). Kepatuhan dapat dibedakan dua yaitu : 1) Kepatuhan penuh (total compliance)

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

PERILAKU PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK STADIUM V DALAM MEMPERTAHANKAN KADAR NORMAL BUN DAN KREATININ. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

Naskah Publikasi SKRIPSI. Disusun oleh : LELY ERNAWATI 0302R00019

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

PEMAKAIAN DIALIZER REUSE YANG LAYAK DIGUNAKAN PADA PASIEN DENGAN HEMODIALISA

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel. Ginjal berfungsi sebagai. kerusakan pada sistem endokrin akan menyebabkan terganggunya

Kata kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Hemodialisis, Penyakit Ginjal Kronis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PASIEN HIPERTENSI DI RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia menginginkan kondisi yang sehat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN PADA PASIEN HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya polusi lingkungan, tanpa disadari dapat mempengaruhi terjadinya

HUBUNGAN PENAMPILAN PERAN DENGAN STRES PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI UNIT HEMODIALISA RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1


BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI TINDAKAN HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

Idea Nursing Journal Vol. V No ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GALUR 1 KULON PROGO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cukup lanjut. Penyakit gagal ginjal kronis mengakibatkan laju filtrasi

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: YULIANA

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terletak di Jl. Wates Km. 5,5 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping merupakan

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN HEMODIALISA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

Transkripsi:

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : MEGAWATI SATYANINGRUM 070201076 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2011

i

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 1 Megawati Satyaningrum 2, Harmilah 3 INTISARI Latar belakang: Pada pasien gagal ginjal kronis yang mendapatkan terapi hemodialisis, ginjal mereka tidak dapat berfungsi dengan baik. Sehingga diet pada pasien sangat penting mengingat adanya efek uremia, penumpukan cairan juga dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru yang dapat berujung pada kematian. Dukungan keluarga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada pasien gagal hemodialisis. Tujuan: Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien gagal hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen yang menggunakan pendekatan waktu cross sectional dengan metode penelitian deskriptif korelasi. Pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling selama 3 hari pada shift pertama, jumlah sampel 33 orang. Pengambilan data dengan menggunakan kuisioner. Hasil: Menunjukkan bahwa 84,8% dukungan keluarga responden pada kategori tinggi, sedangkan kepatuhan diet responden 81,8% pada kategori sedang. Berdasarkan analisa data spearman rank, didapatkan hasil p= 0,317 (p>0,05). Sehingga Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien gagal hemodialisis. Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien gagal hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Saran: Pasien lebih memperhatikan diet yang dianjurkan terutama diet cairan dan keluarga tetap selalu mendukung pasien dalam menjalani terapi hemodialisis terlebih dukungan informasi. Kata kunci Kepustakaan Jumlah halaman : Dukungan Keluarga, Kepatuhan Diet, Terapi Hemodialisis : 19 buku (2002-2010), 11 website, 2 jurnal, 1 artikel : i-xiii, 67 halaman, 16 tabel, 2 gambar, 17 lampiran 1 Judul Penelitian 2 Mahasiswa STIKES Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen Pembimbing STIKES Aisyiyah Yogyakarta ii

PENDAHULUAN Perkiraan dari The World Foundation for Renal Care bahwa pada tahun 2020 di dunia akan ada lebih dari 1 juta orang menghendaki untuk mengambil perawatan, sekitar 1,4 juta orang menerima dialisis dan sekitar 1,2 juta orang dengan transplantasi ginjal (Terrill, 2002). Biaya untuk hemodialisis di Indonesia sekitar Rp. 100 juta per tahun dengan asumsi pasien cuci darah 2 kali seminggu dengan biaya cuci darah sekitar Rp. 750.000 per tindakan (belum termasuk obat-obatan). Ini merupakan jumlah yang cukup besar untuk masyarakat Indonesia, sehingga bagi pasien yang tidak mampu membayar biaya dialisis atas kemampuan sendiri dibantu PT. Askes oleh program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang diadakan oleh pemerintah Indonesia (Anonim, 2010, 1, http://groups.yahoo.com, diakses tanggal 28 Oktober 2010). Masyarakat pada umumnya belum memberikan perhatian khusus kepada pasien terapi hemodialisis karena kondisi pasien yang jarang keluar rumah dan pengobatan pasien yang hanya dilakukan di Rumah Sakit. Di Yogyakarta, khususnya di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2007 telah menangani tindakan hemodialisis bagi pasien gagal ginjal kronis terbanyak di Jawa Tengah dan di Yogyakarta (Atmaja, 2008, PKU Jogja Tangani Hemodialisis Terbanyak di Jateng-DIY, 1, http://www.muhammadiyah.or.id, diakses tanggal 28 Oktober 2010). Diet pada pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisis sangat penting mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksin dalam tubuh penderita. Semakin banyak toksin yang menumpuk akan lebih berat gejala yang muncul. Penumpukan cairan juga dapat terjadi yang mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru sehingga dapat berujung pada kematian. Karena hal-hal tersebut sangatlah penting pasien patuh pada dietnya. Agar kebutuhan pasien tetap tercukupi dan dapat beraktivitas secara normal (Smeltzer dan Bare, 2002). Diet yang bersifat membatasi akan merubah gaya hidup dan dirasakan pasien sebagai gangguan, serta diet yang dianjurkan tersebut tidak disukai oleh kebanyakan pasien. Pasien merasa seperti dihukum bila menuruti keinginan untuk makan dan minum. Karena bila pasien menuruti keinginannya maka akan terjadi seperti asites, hipertensi, edema, kram dan lain-lain. Hal ini membuat pasien merasa sangat kesakitan dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, pasien menjadi tergantung pada keluarga (Smeltzer dan Bare, 2002). Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk dorongan dan selalu memberikan bantuan bila pasien membutuhkan (Friedman, 1998, dalam Akhmadi, 2009, Dukungan Keluarga, 1, http://www.rajawana.com/artikel/kesehata n, diakses tanggal 15 November 2010). Dukungan keluarga menurut Friedman (1998, dalam Setiadi, 2008) memiliki 4 bentuk yaitu: dukungan instrumental (sumber pertolongan yang praktis dan konkrit), dukungan informasional (keluarga sebagai kolektor dan penyebar informasi yang baik dan dapat dipercaya), dukungan penilaian (keluarga sebagai pembimbing, penengah dalam memecahkan masalah, sebagai sumber 1

dan validator identitas dalam keluarga), dan dukungan emosional (keluarga sebagai tempat berlindung yang aman dan damai untuk beristirahat dan pemulihan serta dapat membantu dalam menguasai terhadap emosi). Berdasarkan hasil penelitian Nurkhayati (2005) keluarga berperan penting dalam keberhasilan terapi hemodialisis baik saat pradialisis maupun saat proses dialisis karena dukungan dari keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku pasien dan tingkah laku ini memberi hasil kesehatan seperti yang diinginkan. Dukungan yang diberikan keluarga akibat diet yang salah yaitu dengan memberikan support, segera mengatasi akibat diet yang salah dengan mencari obat dan mengantarkan ke dokter. Keluarga juga berperan penting dengan memantau asupan makanan dan minuman pasien agar sesuai dengan ketentuan diet. Melalui studi pendahuluan pada tanggal 7 Januari 2011, didapatkan dari 10 pasien yang diwawancarai ada 7 orang pasien yang tidak patuh terhadap dietnya, dan hanya 1 orang pasien yang setiap terapi selalu sendiri tidak ada keluarga yang menemani. Berdasarkan data dari unit hemodialisis pada bulan Desember 2010 jumlah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ada 193 pasien. Hal tersebut yang mendorong penulis untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien gagal hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen dengan desain penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan waktu cross sectional dengan menggunakan metode penelitian deskriptif korelasi. Menggunakan teknik accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti dan cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2010). Penelitian ini dilakukan selama 3 hari pada hari selasa, rabu dan kamis dengan mengambil responden yang cuci darah pada shift pagi atau pertama (Jam 07.00 11.00 WIB). Jumlah sampel dalam penelitian ini ada 33 responden. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Dukungan keluarga pada pasien gagal hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Data dukungan keluarga diperoleh dari kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan dengan jumlah 33 responden. Berikut tabel 4.1 kategori dukungan keluarga: Tabel 4.1 Kategori Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Terapi Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2011 Sumber : Data Primer, 2011 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui responden terbanyak pada kategori dukungan keluarga tinggi sebanyak 28 responden (84,8%), dan yang terendah pada kategori dukungan keluarga

sedang sebanyak 2 responden (6,1%). Dukungan keluarga ini dibagi dalam 4 bentuk dukungan yaitu: dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental, dan dukungan penghargaan. Berikut tabel 4.2 yang menunjukkan tiap bentuk dukungan keluarga: Tabel 4.2 Bentuk Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Terapi Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2011 Sumber : Data Primer, 2011 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dukungan dari keluarga yang paling besar diterima responden adalah dukungan instrumental sebesar responden 91,9% dan dukungan keluarga yang paling kecil diterima responden adalah dukungan informasi sebesar 83,0%. 2. Kepatuhan diet pada pasien gagal hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Data kepatuhan diet diperoleh dari kuesioner yang terdiri dari 14 pertanyaan dengan jumlah 33 responden. Berikut tabel 4.3 kategori kepatuhan diet: Tabel 4.3 Kategori Kepatuhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Terapi Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2011 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui responden terbanyak pada kategori kepatuhan diet sedang sebanyak 27 responden (81,8%), dan kepatuhan diet kategori tinggi dan rendah sama banyak yaitu 3 responden (9,1%). Kuisioner kepatuhan diet ini terdapat 6 bentuk diet yang dinilai yaitu: protein, lemak, cairan, kalsium, garam dan natrium, serta kalium. Berikut tabel 4.4 yang menunjukkan bentuk kepatuhan diet: Tabel 4.4 Bentuk Kepatuhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Terapi Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2011 Sumber : Data Primer, 2011 Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui kepatuhan diet yang paling besar pada diet kalsium sebesar 97,0%, dan kepatuhan diet yang paling kecil pada diet cairan yaitu sebesar 30,3%. 3. Hubungan Dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien gagal hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tabel 4.5 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Terapi Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2011 Sumber : Data Primer, 2011 Sumber : Data Primer, 2011 3

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh nilai Spearman Rank sebesar 0,180 dengan tabel (0,291) dan nilai signifikan (p) sebesar 0,317. Nilai hitung kurang dari nilai tabel dan nilai p lebih dari alpha 5%, sehingga ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisis. Dari hasil nilai Spearman Rank menunjukkan pola positif yang artinya adalah semakin bertambah dukungan keluarga maka semakin tinggi kepatuhan dietnya. PEMBAHASAN Dukungan yang diberikan oleh keluarga responden berdasarkan hasil penelitian sebesar 84,8% pada kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwa keluarga responden sangat memperhatikan dan peduli pada kondisi anggota keluarganya yang sedang sakit. Responden yang mendapatkan dukungan keluarga tinggi menunjukkan, keluarga menyadari bahwa pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga. Keluarga sebagai orang terdekat pasien yang selalu siap memberikan dukungan moril maupun materiil yang dapat berupa informasi, perhatian, bantuan nyata, dan pujian bagi klien. Sehingga responden merasa terkurangi bebannya dalam menjalani perawatan. Hal ini sesuai dengan Akhmadi (2009, Dukungan Keluarga, 1, http://www.rajawana.com/artikel/kesehata n, diakses tanggal 15 November 2010) bahwa anggota keluarga menganggap bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Pasien dengan 4 dukungan yang baik akan memberikan koping yang positif. Kepatuhan diet pada pasien gagal hemodialisis berdasarkan hasil penelitian sebanyak 27 responden (81,8%) pada kategori sedang. Hasil penelitian tersebut didukung data pada tabel 4.13 yang menunjukkan bentuk kepatuhan diet responden. Kepatuhan diet yang terendah adalah diet cairan hanya 30,3% responden yang patuh. Hal ini dapat disebabkan oleh keyakinan responden. Menurut Susetyo (2009, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Perawatan Hemodialisis, http://contoh-askep.blogspot.com, diakses tanggal 15 November 2010) individu yang pada awalnya sudah memiliki cara pandang yang negative terhadap terapi hemodialisis, tidak memiliki keyakinan untuk hidup lebih baik dan cenderung tidak menjalani terapi dengan sungguhsungguh. Keyakinan responden yang negative terhadap terapi hemodialisis membuat responden merasa tidak perlu membatasi masukkan cairan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) diet yang bersifat membatasi akan merubah gaya hidup dan dirasakan pasien sebagai gangguan, serta diet yang dianjurkan tersebut tidak disukai oleh kebanyakan penderita sehingga pasien sering mengabaikan dietnya. Pada kepatuhan diet garam dan natrium sebesar 41,2% responden tidak patuh pada diet tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh budaya responden yaitu tidak mantap kalau tidak pakai penyedap rasa dan serasa tidak makan bila makanan terasa hambar/tidak asin. Selain itu dapat disebabkan oleh menurunnya indra pengecap. Seperti menurut teori Leyner dan Goldberg (2006) sejak usia empat puluh lima tahun, indra pengecap mulai kehilangan

sebagian besar kepekaannya. Sehingga responden menambahkan garam kedalam makanannya padahal menurut orang lain makanan tersebut sudah asin. Setelah dilakukan uji hipotesis ternyata didapatkan hasil bahwa hubungan kedua variabel tersebut tidak signifikan (p=0,317). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Handayani (2006) bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan menjalankan terapi diet rendah garam yang mendapatkan konseling gizi. Tidak adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisis dapat disebabkan oleh salah satu atau seluruh faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan diet yaitu: status sosial ekonomi, pengetahuan atau usia responden. Berdasarkan karakteristik pekerjaan responden yang sebesar 39,4% berada pada kategori lain-lain/tidak bekerja. Jika responden tidak bekerja maka mereka tidak memiliki penghasilan, padahal biaya yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan terapi hemodialisis cukup banyak. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Susetyo (2009, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Perawatan Hemodialisis, http://contohaskep.blogspot.com, diakses tanggal 15 November 2010) bahwa biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien cukup besar meliputi obat, pemeriksaan laboratorium, transportasi, dan hemodialisis. Sehingga klien dapat tidak begitu memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi meskipun semua responden sudah menggunakan jaminan kesehatan. Berdasarkan lama menjalani terapi cuci darah/terapi hemodialisis dan frekuensi terapi hemodialisis per minggu, didapatkan sebanyak 39,4% responden lebih dari 2 tahun dalam menjalani terapi hemodialisis dan 54,5% responden melakukan terapi hemodialisis 2 kali dalam seminggu. Tingkat pendidikan responden yang kebanyakkan adalah lulusan SMA, yang berarti responden memiliki pemahaman yang cukup tentang kondisi penyakit, terapi hemodialisis, upaya pencegahan, diet, dan obat-obatan. Pemahaman responden yang cukup dan pengalaman responden yang banyak tentang cara mengatasi kondisi tubuhnya yang memburuk akibat diet yang salah dapat membuat responden tidak memperdulikan diet yang dianjurkan terlebih ketika akan melakukan terapi hemodialisis. Selain itu mungkin responden merasa bahwa dukungan yang diberikan oleh keluarga tidak sesuai dengan yang dibutuhkan atau diharapkan oleh responden. Hal ini didukung data pada tabel 4.2 yang menunjukkan bahwa bentuk dukungan informasi yang diterima responden adalah yang paling rendah dibandingkan dengan bentuk dukungan keluarga yang lain. Seperti pada teori Sarafino (1998, dalam Sujono, Rahmat & Akhmadi, 2008) bahwa dukungan sosial keluarga dapat bermanfaat positif bagi kesehatan bila pasien merasakan dukungan tersebut sebagai dukungan yang layak dan sesuai dengan apa yang pasien butuhkan. Karena bentuk dukungan informasi tentang diet dari keluarga kepada 5

responden kurang optimal maka responden kurang peduli pada diet dianjurkan. Oleh karena itu semua hal yang dapat mempengaruhi kepatuhan diet pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisis harus berjalan selaras dan seimbang sehingga dengan semua faktor tersebut tinggi, dapat meningkatkan kepatuhan diet dan kualitas hidup pasien. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Nurkhayati (2005) yang menyatakan bahwa keluarga berperan penting dalam keberhasilan terapi hemodialisis baik saat pradialisis maupun saat proses dialisis karena dukungan dari keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku pasien dan tingkah laku ini memberi hasil kesehatan seperti yang diinginkan. Keluarga juga berperan penting dengan memantau asupan makanan dan minuman pasien agar sesuai dengan ketentuan diet. Tanpa adanya keluarga mustahil program terapi hemodialisis dapat dilaksanakan sesuai jadwal (Susetyo, 2009, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Perawatan Hemodialisis, http://contohaskep.blogspot.com, diakses tanggal 15 November 2010). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan April tahun 2011, maka dapat disimpulkan: 1. Dukungan keluarga pada pasien gagal hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta termasuk kategori tinggi (84,8%). 2. Kepatuhan diet pada pasien gagal 6 hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta termasuk kategori sedang (81,8%). 3. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan nilai p = 0,317 (nilai p > 0,05 ). Saran Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang disampaikan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi pasien Diharapkan pasien dapat sesuai dengan anjuran diet bagi pasien gagal hemodialisis terutama yaitu: masukan natrium 1 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari (1 g untuk tiap ½ liter urin), dan masukan cairan sesuai dengan jumlah urin /24 jam ditambah 500-750 ml. 2. Bagi keluarga Diharapkan keluarga tetap selalu mendukung pasien dalam menjalani terapi hemodialisis. Terutama lebih sering untuk memberikan informasi tentang diet yang harus dijalani pasien, tanpa melupakan untuk selalu mengingatkan dan membantu pasien dalam pengaturan diet seperti memasak dan menyiapkan makanan yang sesuai dengan diet pasien. 3. Bagi perawat Perawat diharapkan lebih sering mengingatkan, memberi contoh diet yang benar kepada pasien dan menjelaskan kepada keluarga agar tetap selalu mendukung pasien selama menjalani terapi hemodialisis khususnya diet cairan. 4. Bagi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Diharapkan kepada ahli gizi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk kembali melakukan penyuluhan kesehatan terutama tentang diet dengan menggunakan metode ceramah dan media leaflet pada pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisis. 5. Bagi peneliti selanjutnya Supaya meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronis dengan terapi hemodialisis seperti: pengetahuan, usia dan tingkat ekonomi dan mengeksplor lebih dalam terkait kepatuhan diet pasien terhadap cairan. DAFTAR PUSTAKA Akhmadi. (2009). Dukungan Keluarga dalam http://www.rajawana.com/artikel/kes ehatan, diakses tanggal 15 November 2010 Anonim. (2010). dalam http://groups.yahoo.com, diakses tanggal 28 Oktober 2010 Atmaja. (2008). PKU Jogja Tangani Hemodialisis Terbanyak di Jateng DIY dalam http://www.muhammadiyah.or.id, diakses tanggal 28 Oktober 2010 Handayani, S. (2006). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Menjalani Terapi Diet Rendah Garam pada Pasien yang Mendapatkan Konseling Gizi di Instalasi Rawat Inap RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo. Karya Tulis Ilmiah Tidak dipublikasikan, Program Studi S-1 Gizi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. 7 Leyner, M dan Goldberg, B. (2006). Mengapa Pria Punya Putting Susu? Pertanyaan yang Tak Berani Anda Tanyakan pada Dokter. Gramedia: Jakarta Nurkhayati, D. (2005). Gambaran Dukungan Sosial Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang Menjalani Terapi Hemodialisis di Instalasi Dialisis RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi Tidak dipublikasikan, Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Smeltzer, S.C dan Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarht Edisi 8 Volume 2. Terjemahan. EGC: Jakarta Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung Sujono, Rahmat, I. dan Akhmadi. (2008). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Strategi Koping Klien Epilepsi Dewasa, Jurnal Ilmu Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM. 03 (01). 20-27 Susetyo, A. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Perawatan Hemodialisis dalam http://contoh-askep.blogspot.com, diakses tanggal 15 November 2010 Terrill, B. (2002). Renal Nursing a Practical Approach. Ausmed Publications: Australia