BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap pasangan suami istri karena sebuah kesempurnaan bila seorang

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lia Afrilia,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

PENGARUH METODE KUBACA DENGAN GAMBAR TERHADAP PENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS I SDLB

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intan Mara Mutiara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk penguasaan konsep sepanjang kehidupan mereka. Semua indera yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I Nyoman Sumertna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar

ALAT IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (AI ABK)

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Kurikulum terus berganti dari kurikulum 1975 hingga kurikulum

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. lukisan, dan mimik muka. (Syamsu Yusuf, 2000:118)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 1 ayat (1) (dalam Samino, 2010:36) menyebutkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa bertambah, begitu juga halnya di Indonesia (

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan yang diperoleh dari hasil penelitian, didapat kesimpulan

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain,

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan bagian terpenting dari pelajaran bahasa Indonesia di

KONSEP DASAR KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

Lulu Fatimah (Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNJ)

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sadar dapat mengembangkan aspek potensial dalam dirinya terhadap. sehingga Allah meninggikan kedudukannya beberapa derajat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul. pentingnya proses pembelajaran dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diisyaratkan pada sebuah sistem simbol (Santrock, 2011:187). Menurut Vygotsky

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Ada sebuah. ungkapan yang mengatakan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak dalam perkembangannya dapat berkembang normal atau mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. (Narendra, 2004). Pembelajaran pada masa golden age merupakan wahana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan komunikasi merupakan salah satu kompetensi yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. membosankan dan tidak menarik. Salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

Kuliah 3 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ) T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan, yang berlanjut sepanjang rentang hidup (Santrock, 2007 : 7). Perkembangan adalah hal yang sangat penting yang dialami oleh setiap individu. Namun, setiap individu memiliki perbedaan dalam proses perkembangannya. Setiap individu berkembang berdasarkan tahapan perkembangannya masing- masing. Salah satu perkembangan yang terjadi pada setiap individu adalah perkembangan bicara dan bahasa. Bagi seorang anak, belajar bicara dan bahasa merupakan tugas perkembangan yang utama. Dalam kebanyakan permasalahan perkembangan anak, terlambat dalam kemampuan bicara dan bahasa merupakan indikator awal bahwa anak tersebut telah mengalami hambatan perkembangan pada kemampuan akademik ataupun keterampilan sosial dalam kehidupan selanjutnya. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami hambatan pendengaran karena diakibatkan kerusakan pada organ pendengarannya. Sehingga anak tunarungu kesulitan dalam berbahasa. Menurut Permanarian Somad (1996) bahwa : Anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari- hari yang membawa dampak terhadap kehidupan secara kompleks. Berdasarkan pernyataan di atas bahwa anak tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan dalam pendengaran sehingga berdampak pada kemampuan berbahasa di dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini sejalan

2 dengan pendapat Friend, M dalam Rahardja (42: 2006) mengungkapkan bahwa : Tunarungu (hearing impairment) merupakan kelainan pada pendengaran, apakah menetap atau tidak tetap, yang secara merugikan berpengaruh terhadap kinerja pendidikan anak, dalam kasus yang paling rendah dikarenakan anak memiliki kelainan dalam melakukan proses informasi linguistik melalui pendengaran. Berdasarkan pengertian dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan pendengaran yang mengakibatkan anak tunarungu kesulitan dalam menerima informasi melalui bahasa yang diperlukan dalam kehidupan sehari- hari. Tahapan- tahapan perkembangan bahasa yang dilalui oleh anak tunarungu sama dengan tahapan perkembangan bicara dan bahasa anak pada umumnya. Hanya saja setelah fase meraban (babbling), anak tunarungu tidak mengalami perkembangan secara optimal. Sehingga proses penerimaan bicara dan bahasa anak tunarungu terganggu karena tidak ada stimulus yang masuk ke dalam area bahasa anak dan menyebabkan anak tunarungu tidak memiliki pengalaman bahasa yang baik. Oleh karena itu anak tunarungu tidak mampu berbicara dan berbahasa dengan baik. Dampak yang ditimbulkan dari hambatan pendengaran pada anak tunarungu mempengaruhi pada perkembangan kognitif, perkembangan bicara dan bahasa, perkembangan sosial emosi, dan prestasi akademik. Dampak yang ditimbulkan anak tunarungu dalam perkembangan bicara dan bahasa adalah kesulitan berbicara, kesulitan berbahasa yang ditandai dengan kesulitan dalam keterampilan menggunakan lambang, mengucapkan lambang serta mengadakan penggabungan dari lambang- lambang tersebut, kesulitan dalam mengungkapkan perasaan, ide, gagasan, kesulitan dalam berkomunikasi dengan lawan bicara. Pada umumnya intelegensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak pada umumnya, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan bicara dan bahasa, keterbatasan informasi, dan daya abstraksi. (Sutjihati, 1996).

3 Pernyataan di atas menegaskan bahwa kemampuan intelegensi anak tunarungu sama dengan kemampuan anak pada umumnya tetapi karena anak tunarungu memiliki hambatan dalam kemampuan bicara dan bahasa mengakibatkan anak tunarungu mengalami keterbatasan dalam memperoleh informasi yang diterimanya. Sejalan dengan pendapat di atas bahwa perkembangan kognitif anak tunarungu dipengaruhi oleh perkembangan bicara dan bahasa. Dampak yang ditimbulkan dari hambatan yang dimiliki oleh anak tunarungu dalam perkembangan kognitif lebih kepada fungsi perkembanga bahasa. Kesulitan lainnya yang muncul sebagai akibat dari ketunarunguan adalah berhubungan dengan bicara, membaca, menulis, tetapi tidak berhubungan dengan tingkat intelegensi (Rahardja, 2006). Perkembangan sosial dan emosi akan sangat bergantung kepada kemampuan bicara dan bahasa. Interaksi bahasa dan respon yang kurang mengakibatkan anak tunarungu tidak mampu bersosialisasi dengan teman lainnya. Hal lain akan berdampak pada segi emosinya. Kekurang pahaman akan bahasa verbal maupun non verbal menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu secara negatif dan memicu pada tekanan emosi. Tekanan emosi ini akan menghambat pada perkembangan pribadinya. Emosi anak tunarungu dikarenakan kemiskinan bahasa, kesulitan mengungkapkan keinginan melalui bicara dipengaruhi oleh sedikitnya stimulus lingkungan yang diterima oleh anak tunarungu. Dalam prestasi akademik, anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran bahasa lisan dan tulisan. Dalam bidang akademik, membaca merupakan yang paling rendah prestasinya hal ini dikarenakan melihat dampak dari ketunarunguan. Hilangnya pendengaran, apakah ringan atau berat, menimbulkan dampak yang rendah bagi kemampuan bahasa anak tunarungu yang paling jelas terlihat dalam pemaknaan bahasa yang dibacanya.

4 Anak tunarungu sangat perlu untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa sejak dini.kemampuan bicara dan bahasa yang minim menyebabkan anak tunarungu terlihat seperti anak keterbelakangan. Dari dampak yang ditimbulkan tersebut, menyebabkan anak tunarungumengalami kesulitan- kesulitan secara komprehensif dan kompleks dalam kehidupan anak tunarungu itu sendiri. Dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari hambatan yang dimiliki anak tunarungu diatas, sebenarnya anak tunarungu memiliki potensi dalam kemampuan bicara dan bahasa. Tetapi karena hambatan yang muncul pada anak tunarungu, mengakibatkan potensi yang seharusnya terlihat pada anak tunarungu menjadi tidak nampak. Jika hambatan dapat diminimalisir sedini mungkin, maka kemampuan pada anak tunarungu itu dapat berkembang secara optimal. Untuk itulah diperlukan suatu intervensi dini pada anak tunarungu dalam bicara dan bahasa. Intervensi kepada anak tunarungu harus diberikan sedini mungkin untuk menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada anak tunarungu dan meminimalisir hambatan yang dimilikinya. Hasil akan tercapai dengan baik apabila anak tunarungu diberikan intervensi khususnya bicara dan bahasa sedini mungkin. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orangtua yang memiliki anak tunarungu, penanganan pertama yang dilakukan oleh orangtua ketika mengetahui anaknya tunarungu adalah datang ke dokter lalu diadakan pemeriksaan melalui medis saja. Setelah anaknya didiagnosa mengalami ketunarunguan, orangtua tidak melakukan apa- apa agar anaknya mau mengeluarkan suara (berbicara) dan berbahasa. Orangtua belum mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anaknya sejak didiagnosa mengalami ketunarunguan. Anak tunarungu hanya diberikan obat- obatan secara medis saja, melakukan berbagai tes dan tidak melakukan penanganan kepada anaknya yang tunarungu agar mampu berbicara dan berbahasa. Adapun orangtua melakukan upaya mengembangkan bicara dan bahasa

5 anaknya hanya sebatas pada bahasa yang umum sehari- hari (seperti: makan, minum yang diisyaratkan) selebihnya hanya mendiamkan anaknya saja (tidak diberikan stimulus yang sering) tanpa diajak untuk berbicara dan berbahasa. Pemahaman orangtua yang baik dalam pengetahuan, memahami, memberdayakan, dan mengajarkan anak tunarungu dalam kemampuan bicara dan bahasa secara benar akan membuat potensi yang dimiliki anak tunarungu tidak hilang dan dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tahapan perkembangan yang seharusnya dilalui anak khususnya dalam perkembangan bicara dan bahasa. Untuk mengakomodir pemahamanan terhadap anak tunarungu, orangtua harus terlibat secara aktif dalam suatu pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan bicara dan bahasa bagi anak tunarungu. Intervensi dini dengan melibatkan orangtua sangat penting dilakukan karena orangtua merupakan orang yang paling mengetahui anaknya secara mendalam dan kesempatan anak dalam melakukan aktivitas/ pemberian layanan di rumah lebih banyak dibanding di sekolah serta untuk mendapatkan hasil perkembangan khususnya bicara dan bahasa secara maksimal. Betapa pentingnya mendeteksi atau mengetahui adanya hambatan sedini mungkin dan bahwa kemudian hal tersebut perlu ditindaklanjuti dengan program intervensi dini guna mencegah terjadinya dampak yang kurang baik terhadap seluruh perkembangan anak. Intervensi dini pada anak harus melibatkan peran orangtua di dalam penanganannya. Peran orangtua sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam perkembangan selanjutnya. Pengaruh timbal balik yang diberikan oleh orangtua dan anak melampaui interaksi spesifik memiliki pengaruh yang cukup tinggi (Santrock, 2007: 158). Orangtua merupakan faktor pendukung dan penentu dalam kemajuan perkembangan anak. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama yang diselenggarakan dan ditangani langsung oleh orangtua. Keluarga, khususnya orangtua, sebagai pendidik harus memiliki pemahaman tentang perkembangan anak. (Lidyasari, tanpa tahun : 5).

6 Anak- anak memerlukan pembelajaran sedini mungkin dalam aspek bicara dan bahasa karena bahasa merupakan aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa adanya bahasa, anak akan sulit untuk bisa bertahan di lingkungan tempat dia berada. Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah dalam bahasa bagi anak tunarungu adalah belajar berbahasa saja. Pembelajaran yang dilakukan sekolah belum memberdayakan orangtua dalam penanganannya. Orangtua tua hanya berperan sebagai fasilitator (mengantarkan/ menjemput anak ke sekolah saja) tidak terlibat dalam pembelajaran. Pembelajaran ini belum sepenuhnya dapat mengakomodasi anak tunarungu dalam pembelajaran berbahasa. Di rumah pun orangtua kurang bisa belajar bersama dengan anak karena orangtua yang memiliki keterbatasan dalam memahami keinginan dan maksud yang diutarakan oleh anak, keterbatasan dalam mengajarkan berbahasa kepada anak, dan orangtua hanya puas dengan hasil yang diperoleh oleh anak padahal potensi yang dimiliki anak lebih dari kemampuannya yang sekarang. Berdasarkan pernyataan di atas, perlu adanya suatu program intervensi dini yang sesuai dalam kemampuan bahasa anak tunarungu agar orangtua dapat mengajarkannya sendiri dan dilakukan dengan mudah, murah, tepat guna dan hasil akhirnya anak tunarungu memiliki kecakapan dan kemampuan bahasa yang baik serta perkembangan yang optimal di masa yang akan datang. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba meneliti tentang program intervensi dini bagi orangtua dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa pada anak tunarungu. Diharapkan, penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada orangtua tentang apa yang seharusnya dilakukan orangtua dalam memberikan intervensi dini kepada anak tunarungu, memberdayakan orangtua dalam melakukan intervensi dini kepada anak tunarungu dan membantu anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa serta guru dapat memberikan layanan/ program yang tepat bagi anak tunarungu sesuai dengan perkembangan bicara dan bahasa anak.

7 B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian Fokus penelitian ini adalah program intervensi dini kepada orangtua yang memiliki anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. Dari uraian yang telah disebutkan bahwa intervensi dini yang dilakukan saat ini belum memberdayakan dan melibatkan orangtua, sehingga pembelajaran yang dilakukan belum sepenuhnya dapat mengakomodasi kebutuhan anak dalam hal bicara dan bahasa. Penelitian ini ingin mencoba merumuskan program intervensi dini orangtua yang memiliki anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. Pertanyaan yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu yang dikuasai saat ini? 2. Apa yang dilakukan orangtua dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anak nya saat ini di rumah? 3. Apa yang dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa pada anak tunarungu saat ini di sekolah? 4. Bagaimana rumusan program intervensi dini untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa pada anak tunarungu yang akan dijalankan oleh orangtua? 5. Apakah program intervensi dini dapat meningkatkan kemampuan orangtua dalam pemahaman ketunarunguan dan mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa kepada anak tunarungu? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah merumuskan program intervensi dini untuk membantu orangtua yang memiliki anak tunarungu dalam kemampuan bicara dan bahasa. Program tersebut

8 dikembangkan berdasarkan data empirik yang diperoleh dari studi pendahuluan terhadap orangtua yang sudah berhasil dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa kepada anak tunarungu dan teori yang mendukung dalam pengembangan intervensi dini tersebut. Jadi, hasil dari penelitian ini adalah sebuah program intervensi dini orangtua yang memiliki anak tunarungu dalam mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. b. Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah sebuah program pelatihan bagi orangtua dalam intervensi dini anak tunarungu untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini antara lain : a. Secara Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap disiplin ilmu pendidikan kebutuhan khusus dan mendorong peneliti lainnya untuk mengadakan dan mengembangkan penelitian lebih lanjut. b. Secara Praktis 1). Bagi Orangtua a) Melatih orangtua dalam menangani anak tunarungu untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu

9 b) Memberikan pemahaman kepada orangtua tentang ketunarunguan dan pengembangan kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu. c) Meningkatkan kemampuan orangtua dalam memberikan intervensi anaknya 2) Bagi Guru a) Sebagai bahan acuan dan motivasi dalam pembelajaran bicara dan bahasa yang dilakukan di sekolah. b) Mengajarkan guru membuat program yang sesuai dengan kebutuhan anak tunarungu dalam pembelajaran di sekolah.