BAB I PENDAHULUAN. dengan obat-obatan masih merupakan pilihan utama untuk terapi epilepsi pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kejang berulang disebabkan oleh pelepasan sinkron berulang, abnormal, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting, disintesa dihati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi dan penyakit

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Epilepsi merupakan salah satu penyakit pada otak tersering mencapai 50 juta

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

Di Indonesia penelitian epidemiologik tentang epilepsi belum pernah dilakukan, namun epilepsi tidak jarang dijumpai dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolesterol adalah alkohol steroid di jaringan tubuh yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai serangan otak atau brain attack merupakan penyebab kematian ketiga

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mempunyai dua faktor yang berpengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler degeneratif kronis. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Insiden epilepsi di dunia berkisar antara tiap penduduk tiap

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epilepsi merupakan bangkitan kejang bersifat sementara yang disebabkan oleh aktifitas neuron yang abnormal atau berlebihan dan sinkronisasi. Penanganan dengan obat-obatan masih merupakan pilihan utama untuk terapi epilepsi pada berbagai usia. Pengobatan epilepsi memerlukan jangka waktu yang lama bahkan tidak jarang memerlukan dosis yang lebih besar dan terapi kombinasi, oleh karena itu perlu dipertimbangkan efek samping terapi. Beberapa efek samping jangka panjang obat anti epilepsi diantaranya pengaruh terhadap hepatotoksisitas, gangguan perilaku, gangguan daya ingat, efek pada sistem hematologi, densitas tulang dan terhadap profil lipid (Soetomenggolo dan Ismael, 1999; Harsono et al. 2012; Ali M et al. 2013). Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui efek samping jangka panjang obat anti epilepsi antara lain Muna (2015) menilai adanya hubungan yang bermakna antara usia saat onset epilepsi (p<0,032) dan frekuensi kejang(p<0,003) dengan penurunan intelektual anak epilepsi, didapatkan rata-rata IQ 84,65 ±15,25. Umma (2014) yang memaparkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian fenobarbital dengan kejadian hipokalsemia, namun tidak signifikan secara statistik (OR1,4;p=0,682). Untuk pengaruh obat anti epilepsi (OAE) terhadap profil lipid adalah melalui suatu mekanisme induksi dari enzim sitokrom P450 (CYP450). OAE seperti fenitoin, karbamazepin dan fenobarbital merupakan agen yang paling 1

2 kuat dapat menginduksi enzim sitokrom P450. Indonesia sendiri merupakan negara berkembang yang masih sering menggunakan OAE lini pertama seperti fenitoin, karbamazepin, fenobarbital dan asam valproat, sehingga diperlukan pemantauan secara berkala terhadap efek samping berupa peningkatan kadar profil lipid maupun kejadian dislipidemia (Kantoush et al. 1998; Fajriman, 2011). Epilepsi termasuk salah satu penyakit yang masih sering ditemukan, dimana data dari WHO menunjukkan epilepsi menyerang 1% penduduk dunia. Angka kejadian epilepsi di negara berkembang yaitu mencapai 100 per 100.000 penduduk pertahun. Sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat prevalensinya mencapai 50 per 100.000 penduduk pertahun. Di Indonesia terdapat paling sedikit 700.000-1.400.000 kasus epilepsi dengan pertambahan sebesar 70.000 kasus baru setiap tahun dan diperkirakan 40%-50% terjadi pada anak-anak.secara keseluruhan insiden tahunan dalam dekade pertama kehidupan mencapai 60 per 100.000 anak (Soetomenggolo dan Ismael, 1999; Harsono et al. 2012; Suwarba, 2011).Insiden tertinggi yaitu dibawah usia 2 tahun dan diatas usia 65 tahun, dimana penderita lakilaki lebih banyak dibanding perempuan. Obat anti epilepsi dapat mengontrol kejang pada 70-80% kasus anak-anak dengan epilepsi. Risiko utama penghentian OAE adalah kambuhnya kejang. Kekambuhan diperkirakan sekitar 8%, 15%, dan 24% dalam 5, 10 dan 20 tahun berturut-turut sesudah mengalami remisi. Hal ini semakin menunjukkan pentingnya pemantauan terhadap efikasi sekaligus efek samping OAE (Soetomenggolo dan Ismael, 1999; Nordi, 2006).Data yang diperoleh dari National Cholesterol Education Program (NCEP) menunjukkan angka kejadian dislipidemia sekunder akibat penggunaan OAE yang memicu peningkatan profil

3 lipid di Korea pada anak usia 10-18 tahun mencapai 19,7%, dimana peningkatan terhadap kadar kolesterol yaitu 6,5%, LDL sebanyak 4,7%, peningkatan trigliserida>150 mg/dl mencapai 10,1% serta penurunan kadar HDL yaitu 7,1% (Lim, 2013). Dislipidemia sekunder akibat obesitas juga dilaporkan meningkat, hal ini sebanding dengan peningkatan prevalensi kejadian obesitas. The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) melaporkan peningkatan kejadian obesitas yang dipicu oleh beberapa jenis obat, termasuk OAE di Amerika Serikat dari 23% menjadi 31% pada tahun 1999-2000 (Reck et al. 2008). Beberapa laporan penelitian menggambarkan suatu kecenderungan OAE golongan induksi enzim sitokrom P450 yang dapat berpengaruh terhadap profil lipid atau dislipidemia terutama fenitoin, karbamazepin, dan fenobarbital sehingga menjadi salah satu faktor risiko disfungsi endotel yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler (Seth dan Montouris, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Kantoush et al. (1998) menunjukkan adanya peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL dan penurunan HDL pada anak epilepsi yang mendapatkan fenitoin, karbamazepin, fenobarbital dibandingkan dengan asam valproat dalam terapi bulan ke-6. Beberapa penelitian menunjukkan kesimpulan yang sama dimana terapi dengan asam valproat tidak menunjukkan adanya peningkatan profil lipid yang signifikan dibandingkan dengan fenitoin, karbamazepin, dan fenobarbital (Jakubus et al. 2009). Sonmez et al. (2006) menemukan bahwa pada pemberian fenobarbital, karbamazepin dan asam valproat secara signifikan meningkatkan kadar lipoprotein a pada evaluasi terapi bulan ke- 3, 6, dan 12. Dimana hal tersebut tidak hanya merupakan parameter profil lipid

4 tetapi juga merupakan faktor risiko mayor terjadinya aterosklerosis, selain itu juga dikaitkan terhadap penebalan tunika intima yang dilaporkan juga meningkat secara signifikan pada pasien yang menggunakan OAE golongan induksi enzim CYP450 sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Khot et al, dan Chuang et al (Tekgul et al. 2006; Khot et al. 2013; Chuang et al. 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Castro et al. (2006) membandingkan intervensi pemberian low fat diet dan regular diet pada pasien yang mendapatkan fenobarbital, asam valproat dan karbamazepin menunjukkan penurunan profil lipid yang signifikan pada evaluasi setelah intervensi selama 3 bulan pada kelompok yang mendapat low fat diet. Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa kombinasi antara intervensi diet dan perubahan gaya hidup dapat membantu untuk menurunkan kadar profil lipid pada pasien dislipidemia. Pembahasan di atas menunjukkan bahwa dampak perubahan profil lipid akibat pemberian OAE sangat luas, maka penelitian ini dilakukan untuk memberikan pembuktian secara ilmiah apakah terdapat perbedaan pemberian terapi OAE dalam hal ini karbamazepin, fenobarbital, asam valproat dan fenitoin yang sering digunakan terutama di negara berkembang termasuk Indonesia dapat berpengaruh terhadap profil lipid yang mengarah ke suatu kondisi dislipidemia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyokong pentingnya pemantauan secara berkala profil lipid pada pasien epilepsi, sehingga dapat dilakukan deteksi dini terhadap kejadian dislipidemia dan menjadi dasar untuk mengambil langkah preventif terhadap fakor risiko aterosklerosis pada pasien epilepsi dengan melibatkan terapi secara holistik

5 seperti perubahan pola diet, perubahan pola hidup atau perilaku dan peningkatan aktivitas fisik. B. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan pengaruh OAE (fenobarbital, karbamazepin, fenitoin dan asam valproat) terhadap profil lipid. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Menganalisis hubungan pemberian fenobarbital, asam valproat, fenitoin, dan karbamazepin terhadap perubahan profil lipid (LDL, HDL, kolesterol, dan trigliserida) pada pasien epilepsi. 2. Tujuan khusus a. Menganalisis perbedaan kadar LDL, HDL, kolesterol, dan trigliserida pada pasien epilepsi berdasarkan jenis OAE (fenobarbital, karbamazepin, fenitoin dan asam valproat). b. Menganalisis perbedaan kadar LDL, HDL, kolesterol, dan trigliserida pada pasien epilepsi berdasarkan lama terapi.

6 D. Manfaat penelitian 1. Bidang akademik a. Diharapkan memberikan bukti empiris pengaruh pemberian fenobarbital, karbamazepin, fenitoin dan asam valproat terhadap kadar LDL, HDL, kolesterol, dan trigliserida pada pasien epilepsi b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut oleh peneliti lain. 2. Bidang pelayanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui perubahan profil lipid akibat pemberian OAE sehingga kejadian dislipidemia pada pasien epilesi dapat diketahui sejak dini, dan dokter dapat mengambil langkah preventif untuk mencegah komplikasi lebih lanjut terhadap kejadian dislipidemia, dengan mengetahui perbedaan kadar profil lipid akibat beberapa jenis OAE dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan jenis OAE. 3. Bidang Kedokteran Keluarga Dengan memberikan bukti empiris adanya perubahan profil lipid atau kejadian dislipidemia akibat pemberian OAE, diharapkan prosedur pemeriksaan profil lipid menjadi monitoring secara berkala terhadap pasien epilepsi.

7