UPAYA MENGHADAPI MASALAH KESEHATAN DI MASA DEPAN SURYA UTAMA. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
MENUJU TEBO SEJAHTERA (MTS), AMAN, HARMONIS DAN MERATA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

B. Maksud dan Tujuan Maksud

I. PENDAHULUAN. Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan organisasi/perusahaan dalam menjawab tantangan bisnis di masa

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pengembangan kinerja dosen di IAIN Sulthan Thaha

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

2015 PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DALAM INSTITUSI PENDIDIKAN DI KANTOR DINAS PENDIDIKAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

PROGRAM KERJA FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Perubahan paradigma ini antara lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

ETIKA KERJASAMA DALAM PENELITIAN

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK JENIS JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. satu usaha pembangunan watak bangsa. Pendidikan ialah suatu usaha dari setiap diri

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BAB IV DUKUNGAN POLITIK DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

Kata kunci: analisis kebutuhan, pelatihan.

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalannya suatu perusahaan. Karena setiap perusahaan didirikan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang dilahirkan oleh

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA DI SEKOLAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Sebagaimana amanat Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor

BAB I PENDAHULUAN. maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan,

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEBIJAKAN PEMBINAAN KEARSIPAN DAERAH

BAB V PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN. secara berurutan sebagaimana telah disajikan dalam

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan diperlukan faktor-faktor yang harus dimiliki oleh

Bab VI Analisa VI.1 Pembahasan Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur yang ada di sekolah dengan orang tua murid/masyarakat.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

Bismillahi rahmani rahiim,

M E N C A R I B E N T U K STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAERAH 1 Oleh Drs. Syarifuddin, M.Soc.Sc., Ak.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian.

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS. Oleh: UTIK SETYARTI Q

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IX MANAJEMEN PERUBAHAN SISTEM PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BABl PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan diri, pendidikan merupakan upaya meningkatkan derajat. kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. maupun swasta memegang peranan yang sangat dominan. Berhasil atau. sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusianya dalam

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ini tercermin dari penetapan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan

INOVASI PENDIDIKAN DI SEKOLAH (Suatu Perspektif Manajemen Kepala Sekolah)

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

Transkripsi:

UPAYA MENGHADAPI MASALAH KESEHATAN DI MASA DEPAN SURYA UTAMA Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan merata untuk seluruh masyarakat merupakan keinginan yang menjadi landasan pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia. Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus diakui relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang telah menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan yang sudah dicapai belum dapat menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh, bahkan sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat. Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC, DHF dan malaria); hal ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan. Tantangan lainnya yang harus ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, masalah obatobatan; dan perubahan dalam bidang ekonomi, kependudukan, pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi yang akan memberikan pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan masyarakat. Berdasarkan penjelasan di atas sangat diperlukan upaya agar masalah kesehatan di masa depan dapat ditanggulangi sehingga mencapai kualitas kesehatan masyarakat yang diinginkan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain meliputi pengembangan organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan, pengembangan institusi pendidikan, peningkatan orientasi penelitian dan peningkatan partisipasi masyarakat. 2. PENGEMBANGAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN Pengembangan organisasi pelayanan kesehatan merupakan suatu keharusan. Pendekatan organisasi birokrasi yang selama ini berlaku dan bersifat sangat hirarkis (top down) atau sentralistis haruslah dirubah menjadi suatu tatanan organisasi pelayanan yang lebih mengutamakan pendekatan kewilayahan. Keberhasilan pembangunan kesehatan yang telah dicapai pada berapa bidang (terutama pembangunan sarana fisik) merupakan suatu hal yang tidak dapat dipungkiri. Namun berdampingan dengan keberhasilan yang ada, banyak fakta menunjukkan bahwa kegagalan pembangunan kesehatan tidak kalah besarnya. Salah satu faktor sulitnya mencapai prestasi optimum organisasi pelayanan kesehatan adalah organisasi ini terlalu terpusat (sentralistis). Sentralisasi yang terlalu kuat, menyebabkan pejabat di daerah hanya selalu menunggu paket program yang akan dilaksanakan didaerahnya. Budaya sentralisasi dicurigai menimbulkan kematian inisiatif dan menghidupkan/menyuburkan sikap pasif pengelolaan organisasi kesehatan di daerah. Disamping itu budaya sentralisasi cenderung menyebabkan banyak aspek karakakteristik kondisi dan situasi daerah yang luput dari perhatian para pembuat program hal ini mengakibatkan banyak paket program kesehatan sulit dilaksanakan. 2004 Digitized by USU digital library 1

Fenomena yang menarik, meskipun paket program tidak mencapai tujuan yang dikehendaki laporan akhir program sering menunjukkan tercapainya target dan tujuan sama seperti yang ditetapkan oleh pejabat pusat. Fenomena di atas haruslah segera dirubah melalui pengembangan organisasi dan manajemen agar lebih siap menghadapi tantangan di masa depan dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pengembangan organisasi adalah suatu proses sadar dan terencana untuk mengembangkan kemampuan suatu organisasi sehingga mencapai dan mempertahankan suatu tingkat optimum prestasi yang diukur berdasarkan efisiensi. efektifitas dan kesehatan organisasi. Pengembangan manajemen ditekankan pada upaya memperbaiki pengetahuan dan keterampilan para manajer/pimpinan (McGill.1982). Pengembangan organisasi mengacu kepada strategi reedukasi dan normatif yang ditujukan untuk mempengaruhi sistem kepercayaan, nilai, dan sikap dalam organisasi sehingga dapat beradaptasi lebih baik terhadap akselerasi laju perubahan teknologi lingkungan industri dan lingkungan masyarakat umumnya. Pengembangan organisasi mencakup pula penataan kembali organisasi formal yang sering mulai, diperlancar dan diperkuat oleh perubahan normatif dan perilaku (Gibsori dkk. 1994). Otonomi Daerah yang dicanangkan pemerintah dapat dikategorikan sebagai model pengembangan organisasi don manajemen daerah (termasuk organisasi kesehatan di daerah). Daerah akan menjadi tuan di rumahnya sendiri. Otonomi organisasi pelayanan kesehatan diharapkan dapat dilakukan dengan sungguhsungguh bukan sekedar komoditas politik untuk kepentingan yang dangkal. Ancangan efisiensi efektifitas dan kesehatan organisasi merupakan sasaran utama pengembangan organisasi birokrasi pelayanan keserlatan yang ditujukan untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara kontinue hal inilah yang dikatakan sebagai pencapaian dail mempertahankan optimum prestasi. Dengan demikian otonomi sebagai perwujudan pengembangan organisasi haruslah direncanakan dan dilaksanakan dengan benar dan sungguh-sungguh, untuk menciptakan suatu organisasi pelayanan kesehatan yang siap menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah kesehatan yang senantiasa berkembang, terutama di daerah. Pengembangan organisasi pelayanan kesehatan yang dilakukan harus dapat menghilangkan berbagai penyimpangan perilaku birokrasi kesehatan yang tidak bermoral, seperti tidak efisien, tidak efektif, korupsi, kolusi, dan mengabaikan kualitas pelayanan. Kegiatan pengembangan organisasi harus dilandasi oleh nilai moral, jika tidak birokrat kesehatan akan mudah tergelincir untuk melakukan kostitusi birokratis; yang pada akhirnya menjadikan rakyat sebagai korban. Segala sesuatunya punya moral, kata Alice dalam petualangannya di negeri ajaib. asal kau mampu menemukannya (Lewis Corral, dipetik oleh Sumateri JS.1994). 3. PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA MELALUI PENGEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN KESEHATAN Upaya pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan kesehatan maupun pembangunan bidang lainnya yang terkait dengan kesehatan masyarakat antara lain dilakukan dengan meningkatkan kuantitas sumber daya manusia melalui perencanaan kebutuhan dan peningkatan kualitas melalui jalur pendidikan. Pembangunan jangka panjang di Indonesia telah mrencanakan partisipasi perguruan tinggi jauh lebih besar dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya dalam usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Melalui 2004 Digitized by USU digital library 2

pendidikan diharapkan dapat terbentuk manusia yang berkualitas mempunyai kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk mendukung pembangunan seluruh sektor kehidupon msyarakat. Dengan demikian pendidikan merupakan wahana dan sekaligus cara untuk membangun manusia baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan. Pentingnya sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan syarat utama pengembangan organisasi upaya untuk mendorong terciptanya organisasi pelayanan kesehatan yang mampu mencapai dan mempertahankan optium prestasi, menghendaki sumber daya manusia yang berkualitas. Pengembangan organisasi dan manajemen pada dasarnya menempatkan peningkatan kualitas sumberdaya manusia, sebagai salah satu fokus utama. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, umumnya menjadi tindakan awal (masuk dalam program jangka pendek) untuk melakukan tindakan pengembangan organisasi dan manajemen secara konprehemsif. Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dari organisasi pelayanan kesehatan, haruslah diantisipasi oleh institusi pendidikan kesehatan masyarakat. Artinya, jika organisasi pelayanan kesehatan telah bersiap untuk melaksanakan pengembangan organisasi dan manajemen sebagai antisipasi untuk menghadapi tantangan kesehatan masyarakat yang semakin kompleks; maka institusi pendidikan kesehatan masyarakat juga harus melakukan pengembangan organisasi dan manajemen untuk menghadapi tantangan kesehatan yang semakin kompleks. Institusi pendidikan kesehatan masyarakat harus mampu menciptakan ilmuan dan praktisi kesehatan yang dapat menopang pengembangan organisasi dan manajemen pelajaran kesehatan dan dapat membantu memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Upaya pengembangan institusi pendidikan dapat dilakukan berdasarkan segmen pendidikan, antara lain meliputi : 1. Kurikulum Pendidikan. Kurikulum pendidikan harus selalu dikaji dan dievaluasi agar senantiasa relevan dengan perkembangan tantangan/masalah kesehatan masyaakat. 2. Peningkatan Mutu Pengajaran. Mutu pengajaran dapat dilakukan melalui peningkatan jenjang pendidikan para staf pengajar (strata 2 dan 3) serta pengembangan metode proses belajar mengajar yang lebih efeisien dan efektif. 3. Pengembangan Institusi. Sebagai antisipasi kebutuhan tenaga kesehatan yang berkualitas dalam jumlah besar. harus dilakukan dengan mengembangkan jenjang pendidikan yang dikelola oleh instansi upaya memenuhi kebutuhan tenaga. kesehatan pada level top dan middle management, maka insitusi pendidikan sebaiknya telah mematangkan rencana dan segera membuka pendidikan Strata 2 dan Srata 3. Adapun upaya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada level lower management maka institusi pendidikan sebaiknya mematangkan rencana dan segera membuka pendidikan Diploma 3 dan 4. 4. Pengembangan Kerjasama. Institusi pendidikan dengan organisasi pelayanan kesehatan segera mengembangkan kerjasama yang relatif permanen. Pengembangan kerjasama ini diharapkan dapat menciptakan sifat interdependen dan komplementer antar kedua organisasi, sehingga berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk keberhasilan dan kelangsungan pembangunan kesehatan dapat dipenuhi. 2004 Digitized by USU digital library 3

Berdasarkan pertimbangan tantangan kesehatan dan kebutuhan tenaga kesehatan yang berkualitas di luar Jawa, maka FKM USU khususnya, sudah harus merintis pembukaan pendidikan jenjang D3 pada tahun 1999, dan jenjang S2 pada tahun 2000, serta jenjang S3 paling lambat pada tahun 2005. 4. PENINGKATAN ORIENTASI PENELITIAN Intensitas penelitian yang berorientasi keilmuan dan terapan harus dikembangkan dan dibudayakan dikalangan staf akademisi birokrat kesehatan dan dikalangan praktisi kesehatan. Kegiatan penelitian harus sungguh-sungguh dilakukan dengan berorientasi keilmuwan atau terapan yang jelas tidak lagi semata-mata berorientasi "panggilan proyek". Pembangunan kesehatan masa depan haruslah dilakukan dengan basis penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Agar terciptanya budaya penelitian diperlukan kemauan politik yang kuat. yang mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi kegiatan penelitian ilmiah. dan anggaran biaya yang cukup. Institusi pendidikan dan organisasi pelayanan kesehatan harus dapat mendorong unit organisasi penelitiannya yang berkembang dan menjadikannya sebagai pusat rujukan utama dalam penyusunan perencanaan pembangunan kesehatan. Selaras meningkatnya kompleksitas masalah kesehatan, dimasa depan. dengan tingginya variasi faktor yang mempengaruhi maka peneletian kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekan lintas disiplin ilmu. "Telitilah sebelum membeli" kata iklan suatu pesan moral yang dalam dari kalimat yang sederhana agar kita tidak tertipu dan merasa puas terhadap barang yang dibeli. 5. PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT Peran serta masyarakat merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan pembangunan. Hal ini menegaskan bahwa partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan menempati posisi yang sangat penting. Pandangan bahwa masyarakat adalah semata-mata objek pembangunan harus diganti dengan menempatkan masyarakat sebagai bagian dari pelaku (subjek) pembangunan. Masyarakat harus ikut serta dalam proses pembangunan sesuai kondisinya. Situasi dan kondisi masyarakatlah yang seharusnya menentukan secara objektif tingkat posisi partisipasinya dalam proses pembangunan; bukan keputusan sepihak birokrasi yang selalu cenderung menafikan potensi masyarakat yang pada akhirnya sering menempatkan masyarakat sebagai objek pembangunan. Beberapa program pemerintah yang berorientasi pada upaya peningkatan partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam kesehatan yang dilaksanakan saat iniseperti Program Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) dengan melibatkan LSM Perguruan Tinggi sebagai pembina Program JPKM dan pemberdayaan pesantren sebagai mitra kerja puskesmas haruslah dilaksanakn dengan benar Pengawasan dan evaluasi harus dilakukan secara objektif dan efektif, terutama diarahkan kepada birokrat pelaksana. Tindakan ini menjadi sangat penting agar tujuan program dapat tercapai sesuai yang diinginkan. Tantangan pembangunan kesehatan di masa depan tidak lagi harus menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya. tetapi harus dibagi kepada masyarakat. Pemerintah dapat mendorong dan menjadikan organisasi sosial kemasyarakatan LSM dan kelompok masyaratan. Kemitraan ini tidak saja akan mengurangi beban (material) pemerintah namun dapat diharapkan terciptanya jaringan informasi kesehatan. Jaringan ini diperkirakan akan menjadi sarana yang vital untuk menghadapi tantangan pembangunan kesehatan masa depan. 2004 Digitized by USU digital library 4

6. KESIMPULAN Problem kesehatan masyarakat di masa depan cenderung semakin meningkat dan kompleks. Hal ini membutuhkan berbagai upaya agar masalah kesehatan dapat ditanggulangi secara efisien dan efektif, sehingga kualitas kesehatan masyarakat senantiasa terjaga baik. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah pengembangan organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan peningkatan kualitas sumberdaya manusia menjadi pengembangan institusi pensisikan kesehatan, peningkatan oritansi penelitian dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Albert, K ; Pengembangan organisasi, Penerbit Angkasa : Bandung, 1985 Gibson, Ivansevic Donnely ; Organisas, Penerbit Erlangga : Jakarta, 1985 Lawler, EE; Sistem imbalan dan pengembangan organisasi, Pustaka Binaman Pressindo, 1983 McGill, M; Pengembangan Organisasi, Pustaka Binamana Pressindo: Jakarta, 1982 Sumantri, JS, Filsafat Ilmu, Siantar Harapan : Jakarta, 1984 Western,J [dan] Donogue, P, Pengelolaan sumberdaya manusia, Penerbit Bumi AKsara : Jakarta, 1994 2004 Digitized by USU digital library 5