KAJIAN PERSYARATAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS IBN

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A. Latar Blakang 01 B. Dasar Hukum 03 C. Definisi. 04 Tujuan Instruksional Umum 06 Tujuan Instruksional Khusus..

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi:

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

oleh Werdi Putra Daeng Beta, SKM, M.Si

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

OLEH : Dra. Suyati INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF ZAT RADIOAKTIF

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN KETENAGANUKLIRAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

KAJIAN TERHADAP PERATURAN TENTANG SEIFGARD DAN KEAMANAN BAHAN NUKLIR MENGGUNAKAN KUESIONER US DOE (UNITED STATES DEPARTMENT OF ENERGY)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK WELL LOGGING

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.83, 2013 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Nuklir. Inspektur. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL

PENGEMBANGAN SILABUS PELATIHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN KOMPETENSI PETUGAS PROTEKSI RADIASI BIDANG MEDIS

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Laporan. Analisis Keselamatan Reaktor Nondaya. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN KETENAGANUKLIRAN

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum 02 Tujuan Instruksional Khusus. 02

Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir. Aris Sanyoto Balai DIKLAT - BAPETEN

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kajian Soal Tertulis Sertifikasi Personel PPR Tahun 2015 Review of the Written Test Question for RPO Sertification Year of 2015

MANAJEMEN OPERASI REAKTOR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif

2 Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir tentang Keamanan Sumber Radioaktif; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (L

EVALUASI LEGALISASI KEGIATAN PENGENDALIAN DAERAH KERJA RADIASI DI LINGKUNGAN RSG-GAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 07/Ka-BAPETEN/V-99 TENTANG JAMINAN KUALITAS INSTALASI NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: Panduan Penyusunan Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi Dalam Kegiatan Well Logging LEMBAR PENGESAHAN

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS*)

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

SISTEM PELAPORAN KEJADIAN DI RSG GAS

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN INSPEKSI DALAM PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI. Oleh : SUYATI

2013, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tam

Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 Tentang : Perijinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN IMPOR, EKSPOR, DAN PENGALIHAN BARANG KONSUMEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

KAJIAN PERSYARATAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI Liliana Yetta Pandi* dan Berthie Isa S** * Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir ** Direktorat Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR ABSTRAK Kajian Persyaratan Operator Dan Supervisor Reaktor Kartini. Di Indonesia terdapat 3 buah reaktor penelitian. Untuk mengoperasikan reaktor penelitian diperlukan operator dan supervisor reaktor. Operator dan supervisor reaktor yang akan mengoperasikan reaktor mempunyai peranan penting untuk menentukan aman atau tidaknya pengoperasian reaktor tersebut. Oleh karena itu setiap petugas yang akan menjalankan fungsi sebagai operator atau supervisor reaktor harus memiliki Surat Izin Bekerja dari BAPETEN sesuai dengan Undang-undang No 10 tahun 1997 Pasal 19. Untuk mendapatkan Surat Izin Bekerja petugas tersebut harus mengikuti pelatihan dan pengujian untuk membuktikan kualifikasinya. Dalam makalah ini akan menjelaskan tentang pelatihan dan kualifikasi untuk petugas reaktor, persyaratan ujian, surat izin bekerja dan kajian kualifikasi operator dan supervisor reaktor Kartini. Kata kunci: Operator, Supervisor, Surat Izin Bekerja ABSTRACT Assessment of the Operators and Supervisors of Kartini Reactor Requirement. Currently there are three operating research reactors in Indonesia which require qualified reactor operator and supervisor in order to operate them. The reactor operator and supervisor who operate the reactors have important tasks to ensure the safe operation of the facilities. For that reason, personnel who are in charge to operate the reactors, both operators and supervisors, shall possess working license issued by BAPETEN according with the Act No. 10 year 1997 Article 19. To obtain the working license, reactor operators and supervisors are required to attend the operators and supervisors training and pass the examination to prove their qualification. This paper describes the training and qualification program for reactor personnel, the requirements for examination, the working license for reactor personnel in Indonesia, and the assessment of the operators and supervisors of Kartini Reactor. Keyword: Operator, Supervisor, Working License I. PENDAHULUAN 230

Di Indonesia terdapat 3 buah reaktor penelitian yaitu Reaktor RSG-GAS, Reaktor TRIGA 2000 dan Reaktor Kartini. Untuk mengoperasikan diperlukan petugas reaktor. Pengusaha insatalasi nuklir (organisasi pengoperasi instalasi nuklir) harus menjamin bahwa petugas reaktor yang ditunjuk telah memenuhi syarat untuk mengoperasikan reaktor nuklir, sesuai yang dipersyaratkan dalam Undang-undang No. 10 tahun 1997 Pasal 19 bahwa setiap petugas yang mengoperasikan reaktor nuklir dan petugas tertentu di dalam instalasi nuklir lainnya dan di dalam instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi pengion wajib memiliki izin 1. Pada Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 yaitu organisasi pengoperasi harus mempunyai petugas ahli yang memenuhi kualifikasi untuk pemanfaatan tenaga nuklir 2 dan petugas yang mengoperasikan atau mengawasi jalannya operasi reaktor atau petugas yang berkaitan langsung dengan keselamatan harus memperoleh surat izin bekerja yang dikeluarkan oleh Bapeten sebelum diperkenankan melaksanakan tugasnya 2,3. Tujuan kajian persyaratan operator dan supervisor reaktor adalah untuk mengetahuai apakah organisasi pengoperasi telah mematuhi ketentuan yang dikeluarkan oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir). Dalam makalah ini dilakukan kajian terhadap operator dan supervisor Reaktor Kartini untuk mengetahui organisasi pengoperasi (PTAPB) telah mengimplementasikan ketentuan/persyaratan dari BAPETEN atau tidak. II. BAHAN II.1. Peraturan Pelatihan, kualifikasi dan penerbitan surat izin bekerja petugas reaktor didasarkan pada peraturan sebagai berikut : - Undang-undang No. 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran. - Peraturan pemerintah No. 63 tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion. - Peraturan Pemerintah No. 64 tahun 2000 tentang Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir. - Keputusan Kepala BAPETEN No. 06/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Pembangunan dan Pengoperasian Reaktor Nuklir. - Keputusan Kepala Bapeten No. 17/Ka-BAPETEN/IX-99 tentang Persyaratan untuk Memproleh Izin Bagi Petugas pada Instalasi Nuklir dan Instalasi yang Memanfaatkan Radiasi Pengion. - Keputusan Kepala Bapeten No. 04P/Ka-BAPETEN/I-03 tentang Pedoman Pelatihan Operator dan Supervisor Reaktor Nuklir. Dalam Keputusan Kepala BAPETEN/ No. 06/Ka-BAPETEN/V-99 Pasal 10 diterangkan bahwa 3 : 231

1. Para ahli dan para petugas yang akan bertindak sebagai operator untuk reaktor nuklir harus memiliki izin kerja dari BAPETEN 2. Izin kerja bagi operator tersebut diberikan oleh BAPETEN setelah diadakan pengujian. 3. Izin kerja diberikan untuk jangka waktu tertentu dan ditinjau kembali secara berkala. Sesuai dengan Keputusan Kepala BAPETEN No. 06/Ka-BAPETEN/V-99 Pasal 24 ayat 2.c. bahwa Organisasi pengoperasi harus menetapkan program pelatihan untuk petugas reaktor, dan dalam Keputusan Kepala No. 17/Ka- BAPETEN/IX-99 Pasal 5 diterangkan bahwa setiap pengoperasian nuklir harus dilakukan oleh tenaga yang cakap dan terlatih, sekurang-kurangnya terdiri dari 4 : a. satu orang operator reaktor. b. satu orang supervisor reaktor. c. satu orang petugas proteksi radiasi dan, d. satu orang petugas perawatan dan perbaikan. Pada Pasal 6 Keputusan Kepala No. 17/Ka- BAPETEN/IX-99 menerangkan bahwa tenaga-tenaga tersebut harus menjalani pelatihan dan pengujian untuk membuktikan kualifikasinya. Secara garis besar Keputusan Kepala 17/Ka- BAPETEN/IX-99 dapat disimpulkan bahwa petugas reaktor harus mengikuti pelatihan dan kualifikasi yang dilakukan oleh lembaga kursus yang terakreditasi serta ujian yang diselenggarakan oleh BAPETEN untuk mendapatkan Surat Izin Bekerja (SIB) dari BAPETEN. II.2. Pelatihan dan Kualifikasi A. Program Pelatihan Awal 5 Program pelatihan awal bagi petugas pengoperasi harus dapat memberikan pemahaman tentang prinsip dasar teknologi nuklir, keselamatan nuklir, proteksi radiasi, desain reaktor dan penggunaannya dan hal-hal lain yang diperlukan pada saat kerja di lapangan. 1. Pelatihan bagi operator dan supervisor reaktor nuklir Pelatihan bagi operator dan supervisor reaktor harus mencakup bidang teknologi sampai ke tingkat yang diperlukan sesuai dengan tugas yang akan dilaksanakan. Pelatihan tersebut harus memuat pengetahuan teoritis dan praktis yang memadai tentang sistem reaktor, fungsi, tata letak dan moddaoperasinya, dan hendaknya juga menekankan pada pentingnya mempertahankan reaktor pada batas dan kondisi operasi dan konsekuensi dari pelanggaran terhadap batasan ini dan konsekuensi keselamatan akibat adanya kesalahan prosedur. 232

2. Pelatihan petugas Perawatan Pelatihan awal untuk petugas perawatan harus memuat pengetahuan tentang tata letak fasilitas, ciri umum dan tujuan sistem reaktor, jaminan kualitas dan kendali kualitas, prosedur perawatan termasuk survailans dan inspeksi serta keahlian khusus tentang perawatan sesuai dengan tingkat keahlian yang disyaratkan bagi tugasnya. Pelatihan bagi petugas perawatan harus ditekankan pada konsekuensi keselamatan, potensial akibat kesalahan teknis dan kesalahan prosedur. 3. Pelatihan petugas proteksi radiasi Pelatihan awal untuk petugas proteksi radiasi harus memuat dasar fisika radiasi dan proteksi radiasi, dosimetri, pengangkutan zat radioaktif, penanggulangan keadaan darurat, alat ukur radiasi dan kalibrasinya, efek biologi radiasi, kontaminasi dan dekomtaminasi. B. Program Ujian Kualifikasi 5 Calon operator dan supervisor reaktor nuklir harus diuji dan dinilai pada akhir pelatihan sebelum mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh BAPETEN untuk mendapatkan surat izin bekerja sesuai dengan jabatannya. Calon operator dan supervisor reaktor harus lulus pelatihan dan penilaian yang diselenggarakan oleh lembaga kursus yang terakreditasi. Penilaian tersebut terdiri dari : i. ujian tertulis ii. ujian lisan (dapat dilakukan di kelas atau sebagai bagian dari ujian praktek di fasilitas); dan atau iii. ujian praktek dalam kondisi operasi normal dan daurat C. Program Rekualifikasi 5 Program rekualifikasi yang didasarkan pada pendekatan sistematik adalah penting untuk menjamin bahwa pengetahuan, ketrampilan dan sikap petugas operasi dapat dipertahankan, bila perlu ditingkatkan keahliannya. Setiap petugas yang fungsinya berkaitan erat dengan keselamatan operasi, diwajibkan mengikuti program ini. Program rekualifikasi harus dilaksanakan dalam kurun waktu tidak lebih dari dua tahun. Program ini harus mencakup topik-topik yang dipilih dari pelatihan awal, yang menunjang tugas yang penting untuk keselamatan operasi reaktor nuklir, tugas yang jarang dilakukan atau tugas yang sulit dilakukan. Program rekualifikasi harus memuat juga latihan secara berkala dan latihan skenario bila terjadi kedaruratan atau kecelakaan yang diselenggarakan oleh organisasi pengoperasi yang harus diikuti oleh operator dan supervisor. D. Program ujian rekualifikasi 5 Organisasi pengoperasi harus mempunyai program ujian rekualifikasi yang telah dinilai dan disetujui oleh BAPETEN, serta diwajibkan melaporkan hasil 233

ujian tertulis dan ujian praktek atau simulasi ke BAPETEN. Program ini harus mempertimbangkan sifat khusus dan modus operasi reaktor, latar belakang yang luas, keahlian, tingkat tanggungjawab dan partisipasi personil pengoperasi. Harus ditunjuk personil yang bertanggungjawab untuk melaksanakan program ujian rekualifikasi. E. Promosi 5 Promosi seseorang ke jabatan yang lebih tinggi biasanya dilakukan di beberapa fasilitas. Bila seorang operator reaktor nuklir dianggap mampu menjadi supervisor reaktor, perlu dipertimbangkan pengalaman, kepemimpinan dan kemampuan komunikasinya. Petugas tersebut harus memperoleh pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya agar mempunyai kompetensi yang dibutuhkan untuk jabatan yang baru. Untuk dapat menduduki jabatan supervisor reaktor disyaratkan lulusan minimum D3 atau telah mendapat pelatihan tambahan di bidang khusus, antara lain dalam penanganan kejadian abnormal, kemampuan manajemen dan komunikasi. II.3. Persyaratan Peserta Ujian Persyaratan untuk mengikuti ujian sebagai operator dan supervisor reaktor adalah sebagai berikut 4 : a. Untuk operator minimum berijazah sekolah menengah umum dan sekolah kejuruan eksakta atau teknis dan untuk supervisor miminum berijazah D-III eksakta atau teknis. Keduanya berpengalaman minimum 2 tahun di bidang nuklir. b. Kondisi fisik dan kesehatan dari operator dan supervisor secara umum adalah sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan terjadinya kesalahan operasi yang membahayakan keselamatan dan kesehatan masyarakat, misalnya mengidap penyakit : ayan, jiwa, kencing manis, darah tinggi, jantung, sering kehilangan kesadaran, cacat pendengaran atau penglihatan, atau lain-lain kondisi fisik maupun mental yang dapat menghalangi kemampuannya untuk memberikan penilaian dari suatu keadaan. II.4. Permohonan Izin Permohonan izin diajukan dengan mengisi formulir yang disediakan dan melampirkan 3 : a. Bukti kecakapan pemohon tentang cara-cara mengendalikan reaktor secara aman, dalam hal supervisor, pemohon paham tentang tugas dan tanggungjawab yang harus dilakukan. Bukti tersebut dapat diajukan dalam bentuk sertifikat atau keterangan lain dari Tim yang mengujinya. Sertifikat atau keterangan tersebut 234

memuat : perincian tentang kursus yang telah diikuti, jumlah jam kursus, jumlah jam latihan, pengalaman start-up dan shut-down yang pernah dilakukan. b. Surat keterangan dokter tentang hasil pemeriksaan kesehatan. II.5. Surat Izin bekerja (SIB) SIB dikeluarkan oleh BAPETEN untuk mereka yang lulus ujian, SIB ini merupakan pernyataan tentang kemampuan mereka untuk bertugas sebagai operator dan supervisor reaktor. SIB ini berlaku untuk 2 tahun. SIB yang berakhir dapat diperpanjang, dengan cara mengajukan permohonan perpanjangan izin dan dalam permohonan tersebut harus memasukkan keterangan tentang 4 : a. pengalaman pemohon termasuk jumlah jam operasi b. bukti bahwa pemohon telah melaksanakan tugasnya dengan baik; keadaan ini dapat dibuktikan dengan pernyataan dari organisasi pengoperasi tempat pemohon bekerja. c. laporan pemeriksaan kesehatan d. telah mengikuti program rekualifikasi Permohonan perpanjangan izin akan diberikan, apabila : a. Kondisi fisik dan kesehatan dari operator dan supervisor secara umum adalah sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan terjadinya kesalahan operasi yang membahayakan keselamatan dan kesehatan masyarakat b. telah benar-benar secara aktif menjalankan tugasnya sebagai operator atau supervisor reaktor dan dapat mampu meneruskan tugas tersebut. c. telah lulus ujian yang diselenggarakan oleh BAPETEN. Bagi mereka yang tidak lulus ujian dapat mengikuti ujian ulang pada kesempatan berikutnya. SIB operator atau supervisor dapat dicabut jika : 1. Kondisi fisik dan kesehatan tidak memenuhi persyaratan seperti pada bagian II.3.b. 2. Karena kesalahannya mengakibatkan kecelakaan yang dapat menyebabkan/ menimbulkan bahaya radiasi dan kontaminasi bagi pekerja dan anggota masyarakat lainnya serta lingkungan. I. HASIL DAN PEMBAHASAN KAJIAN KUALIFIKASI OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI Reaktor Kartini merupakan reaktor penelitian di Indonesia. Karena reaktor nuklir mempunyai potensi bahaya radiasi, maka untuk mengoperasikannya diperlukan operator 235

dan supervisor yang terkualifikasi dan teruji kemampuannya sesuai yang ditentukan dalam Keputusan Kepala No. 17/Ka- BAPETEN/IX-99. Untuk mengetahui apakah operator dan supervisor reaktor Kartini telah memenuhi kualifikasi sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh BAPETEN, maka perlu dikaji tentang kualifikasi operator dan supervisor Reaktor Kartini. Persyaratan latar belakang pendidikan untuk menjadi operator dan supervisor reaktor adalah sesuai dengan persyaratan peserta ujian pada butir II.3.a. Dalam hal ini operator dan supervisor Reaktor Kartini berpendidikan sekolah Menengah Atas, Sekolah Teknik Menengah dan Diploma III dan mempunyai pengalaman di bidang nuklir kurang lebih 10 tahun. Program pelatihan awal bagi calon operator dan supervisor dan program rekualifikasi untuk operator dan supervisor yang akan memperpanjang SIB, program tersebut dilakukan secara berkala minimal 1 tahun sekali oleh PTAPB. Persyaratan kondisi fisik dan kesehatan sesuai dengan Butir II.3.b, PTAPB melakukan pemeriksaan kesehatan baik untuk calon operator/supervisor maupun operator/supervisor yang akan memperpanjang SIB. Bagi para peserta yang lulus pelatihan awal maupun rekualifikasi diharuskan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh BAPETEN, operator dan supervisor Reaktor Kartini setelah mengikuti pelatihan, mereka mengikuti ujian yang dilakukan oleh BAPETEN. Pada Tabel I dapat dilihat tentang hasil kajian terhadap kualifikasi operator dan supervisor untuk memenuhi ketentuan/persyaratan yang dikeluarkan oleh Bapeten. Informasi mengenai kualifikasi operator dan supervisor Reaktor Kartini ini diperoleh dari hasil pengumpulan data perizinan dan hasil diskusi dengan pihak PTAPB. Tabel 1 : Hasil Kajian Terhadap Kualifikasi Operator Dan Supervisor Reaktor Kartini No. Persyaratan/ketentuan Peraturan Hasil kajian 1. a. untuk operator minimum berijazah SMU dan sekolah kejuruan eksakta atau teknis berpengalaman minimum 2 tahun di bidang nuklir. b. untuk supervisor miminum berijazah D-III eksakta atau teknis. berpengalaman minimum 2 SK No.17/1999 Lampiran II. 2.1 Pendidikan operator/ supervisor umumnya SMU/STM sebanyak 7 orang, D-III sebanyak 14 orang dan S1 sebanyak 1 orang serta berpengalaman > 10 tahun tahun di bidang nuklir. 2. Kondisi fisik dan kesehatan dari operator dan supervisor secara umum adalah sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan terjadinya kesalahan operasi yang membahayakan keselamatan dan SK No. 17/1999 Lampiran II.2.1. Kondisi fisik dan kesehatan operator dan supervisor PTAPB dalam kondisi baik, dibuktikan dengan laporan pemeriksaan kesehatan 236

kesehatan masyarakat, misalnya mengidap penyakit : ayan, jiwa, kencing manis, darah tinggi, jantung, sering kehilangan kesadaran, cacat pendengaran atau penglihatan, atau lain-lain kondisi fisik maupun mental yang dapat menghalangi kemampuannya untuk memberikan penilaian dari suatu keadaan. 3. Mengikuti pelatihan kualifikasi untuk operator dan supervisor baru dan pelatihan rekualifikasi untuk operator dan supervisor untuk perpanjangan SIB yang diprogramkan oleh organisasi pengoperasi. 4. Mengikuti ujian kualifikasi dan rekualifikasi yang diselenggara kan oleh BAPETEN. SK No. 17/1999 Pasal 6 SK No. 04P/03 SK No. 17/1999 Pasal 6, 10, Lampiran II.2.1. dan 5.1 SK No. 04P/03 Para operator dan supervisor telah mengikuti pelatihan kualifikasi maupun rekualifikasi yang diprogramkan oleh organisasi pengoperasi, dibuktikan dengan sertifikat pelatihan Lulus ujian, dibuktikan dengan adanya SIB yang dikeluarkan oleh Bapeten II. KESIMPULAN Petugas reaktor yang mengoperasikan reaktor nuklir harus memenuhi ketentuan yang dikeluarkan oleh BAPETEN, karena tugas petugas reaktor menentukan aman atau tidaknya pengoperasian reaktor. Ketentuan yang harus dipenuhi yaitu petugas reaktor harus mempunyai SIB. SIB ini diperoleh setelah petugas mengikuti pelatihan dan kualifikasi yang diadakan oleh lembaga kursus yang terakreditasi dan lulus pengujian yang dilakukan oleh BAPETEN untuk membuktikan kualifikasinya. Dari hasil kajian pada Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa organisasi pengoperasi Reaktor Kartini telah mematuhi ketentuan yang diberlakukan oleh BAPETEN untuk menyusun program pelatihan kualifikasi dan rekualifikasi bagi operator dan supervisornya. Para operator dan supervisor Reaktor Kartini telah mengikuti pelatihan dan ujian kualifikasi maupun rekualifikasi untuk memiliki SIB yang membuktikan kemampuan mereka dalam bertugas sebagai operator dan supervisor. 237

DAFTAR PUSTAKA 1. Undang-undang No. 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran. 2. Peraturan Pemerintah No. 64/2000 tentang Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir 3. Keputusan Kepala bapeten No. 06/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Pembangunan dan Pengoperasian Reaktor Nuklir. 4. Keputusan Kepala Bapeten No. 17/Ka-Bapeten/IX-99 tentang Persyaratan Untuk Memperoleh Izin Bagi Petugas Pada Instalasi Nuklir Dan Instalasi Yang Memanfaatkan Radiasi Pengion. 5. Surat Keputusan Kepala Bapeten No. 04P/Ka-Bapeten/I-03 tentang Pedoman Pelatihan Operator Dan Supervisor Reaktor Nuklir 6. Dokumen perizinan operator dan supervisor reaktor Kartini 238

DISKUSI DAN TANYA JAWAB Penanya: Haendra Subekti Pertanyaan: a.apakah kualifikasi SPV/ OPR Reaktor Kartini berdasarkan hasil ujian masuk kategori cukup, baik, atau sangat baik? Jawaban: a.kualifikasi SPV/ OR Reaktor kartini terhadap hasil ujian tidak dikaji, kajian ini hanya mengevakuasi SP/ OR lulus ujian dan mendapat SIB. Penanya: Ir. Iyos Subki, M.Sc. Pertanyaan: 239

a.apakah tindakan BAPETEN setelah inspeksi dan apa saja tugas BAPETEN selain inspeksi? Jawaban: a.setelah inspeksi BAPETEN merekomendasikan hasil inspeksi. Selain inspeksi BAPETEN melakukan sosialisasi peraturan, diskusi mengenai laporan analisis keselamatan sehubungan dengan perizinan. 240