Budaya Visual Visual Culture Visual Culture

dokumen-dokumen yang mirip
Mata Kuliah Persepsi Bentuk

PERSEPSI BENTUK. Bahasa Rupa Modul 13. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAHASA RUPA GAMBAR ANAK APA PERANAN GAMBAR

MENILIK PERBENDAHARAAN BAHASA RUPA. Taswadi ABSTRAK

A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Pengertian Seni Rupa. Prinsip - prinsip Seni

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan disajikan pembahasan pada produk final hasil

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Poster Pendidikan. Soal:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. PENUTUP. A. Kesimpulan

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai uraian matematika dari entitas atau kondisi suatu urusan (Parlaungan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

BAB IV ANALISIS DATA

BEELAJAR MENCIPTAKAN RUANG MELALUI GAMBAR ANAK-ANAK Oleh: Taswadi. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. dianalisis dengan kajian semiotik.semiotika adalah cabang ilmu yang semula berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya

Aspek-Aspek Karya Seni Rupa

Contoh lukisan daerah Bali. Contoh lukisan daerah kalimatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. hiburan dan kebermanfaatan (pinjam istilah Horatio : dulce et utile). Melalui

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Raymond Williams dalam Komarudin (2007: 1).

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penampilan serta identitas. Wajah merupakan salah satu bagian terpenting pada

PERSEPSI KELOMPOK 4. Febrianto Amelia Sheren Shelly Meilisa

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Bab IV. Konsep Desain

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

02FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Disadur dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. robotika dan otomatisasi dalam kehidupan manusia seiring dengan meningkatnya dunia

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

Bab 1 Tujuan dan Isi Tahap 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan penerangan (Shadily, 1980, p.1007). bergerak. Dalam bahasa Indonesia, dahulu dikenal istilah gambar hidup, dan

BAB 4 KONSEP DESAIN. Representasi ikonis adalah sebuah penggunaan gambar-gambar piktorial untuk

2009/2010 Course Plan. DK-206 Ilustrasi II Tim Dosen

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER. Oleh : Ritter Willy Putra Christina Abigail Daniz Puspita

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

Estetika. Gestwicki (2007: 2), estetika (aesthetics) kemampuan untuk merasa melalui perasaan.

2015 PENCIPTAAN KARAKTER SUPERHERO SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

Budaya Visual Sumber : John A. Walker & Sarah Chaplin. 1997. Visual Culture. Manchester University Press. New York. Jenks, Chris. 1995. Visual Culture, Routledge, NewYork

Budaya Visual Bidang Seni Rupa Desain adalah bagian dari keseluruhan budaya visual (visual culture ) Mencakup pencitraan dalam segala jenis media, melibatkan asosiasi imaji Budaya Visual juga sinonim dengan budaya material, yaitu semua produk fisik dari kebudayaan Cakupan budaya visual adalah segala yang dapat dipersepsi secara visual, diindra dengan mata, dengan kata lain: NAMPAK atau DAPAT DILIHAT. Visual Pleasure, Visual World, Visual Literacy, Visual Representation, Visual Language.

Visual Pleasure Budaya visual menyediakan kesenangan visual dan kenikmatan lainnya (pleasure) Kesenangan di sini punya cakupan yang luas Kesenangan dan nilai sangat erat. Ragam kesenangan Banyak benda seni yang membawa kesenangan yang beragam/berbeda-beda Melankolik, ceria, ajaib dan menakjubkan, menarik, keharuan, ketakutan, amarah, bahkan seksual Karya seni seperti film bisa melibatkan emosi dan sekaligus intelektual penonton

Visual Pleasure Kesenangan adalah bagian penting dalam mengalami budaya visual, tetapi BUKAN tujuan utamanya, melainkan sebatas sarana saja. Tujuan budaya visual adalah mengkomunikasikan gagasan, nilai-nilai, pesan moral dan cerita. Kesenangan adalah sarana yang digunakan budaya visual utk mempersuasi kita utk mau melihat, sementara gagasan bisa tersampaikan.

Visual World Beberapa hal terkait soal dunia visual: seeing is believing VS appearances are deceptive 80% informasi dunia ditangkap melalui indra penglihatan Kita HIDUP DI DUNIA VISUAL

Kita, Mata, dan Dunia Visual pada saat bayi, pandangan masih serba kabur kemampuan visual kita baru benar2 obyektif saat menjelang remaja Mesti dibedakan antara pandangan (vision) dan visualitas : Pandangan merujuk pada proses fisiologis, yaitu saat cahaya masuk ke mata Visualitas merujuk pada proses sosial Visualitas adalah pandangan yg tersosialkan

Melihat dan mengenali Melihat terjadi sebelum kata-kata. Kanak-kanak melihat dan mengenali sebelum dapat berbicara. Hubungan antara apa yang kita lihat dan apa yang kita ketahui tidak pernah tetap, selalu berubah-ubah.

Gambar Gambar adalah visualisasi dari bentuk dan pikiran orang Pepatah Tiongkok: "A Picture is Worth A Thousand Word Sebuah gambar mengandung makna tersirat. Tiap orang mempunyai pemahaman terhadap gambar tergantung dari latarbelakang pendidikan, pengalaman dalam melihat gambar bahkan peminatan akan visual. Ada orang-orang yang tidak tertarik dengan gambar, tetapi ada orang lain yang peka akan gambar.

Seni, sebagai representasi visual, berbeda dengan yang nampak alamiah. Seni bersifat sengaja, adanya komunikasi tersandi (dengan aturan/terkode), dan merepresentasikan sesuatu yang lain, yang tidak ada/imajinatif, atau yang akan dibuat Seni tidaklah menghasilkan yang nampak, tapi membuatnya lebih kelihatan art perfects nature

Representasi visual Seni salah satu tujuannya adalah meraih kemiripan sepersis mungkin (imitasi/peniruan), Kemampuan meniru secara riil/realistis memperlihatkan keahlian/kehandalan (skill/prowess) Obyek seni yang diwujudkan mengikuti prinsip ini disebut dengan penggambaran visioplastis (sesuai dengan apa yang nampak atau ditangkap mata), sangat logis-rasional Ada juga penggambaran ideoplastis (sesuai dengan gagasan atau apa yang diketahui), biasa terdapat pada gambar primitif, tradisional dan anak-anak

Melek visual (visual literacy) Paul Messaris 1. Melek visual umumnya dianggap prasyarat untuk memahami media visual. Sebaliknya, melek visual bisa didapat melalui banyaknya keterpaparan terhadap berbagai media visual 2. Melek visual meningkatkan kemampuan kognitif umum anak2, sehingga bisa membantu mereka menyelesaikan tugas2 intelektual lain. 3. Melek visual meningkatkan pemahaman siswa akan mekanisme bagaimana media visual memanipulasi mental dan emosi, sehingga mampu membuat mereka lebih tahan akan daya persuasif dari propaganda politik maupun iklan komersial. 4. Melek visual memperdalam apresiasi estetik. Meskipun pengetahuan tentang pembuatan efek visual tertentu bisa membongkar pesona misteriusnya, tetapi melek visual dapat menilai kemampuan artistik yang terlibat

Bahasa Visual Barat Sistem Bahasa Visual Barat yg visioplastis, disebut juga NPM Naturalis (menggambar apa yang dilihat, sealamiah & senyata mungkin) Perspektif (ilusi kedalaman/dimensi) Moment opname (terjadi sesaat/ cklik ) : Sistem bahasa rupa Barat ini sudah terbudayakan sejak Renaissance, menjadi terbiasa atau lumrah, dan menjadi kiblat dunia hingga masakini, dianggap mencerminkan intelektualitas dan rasional

Bahasa Visual Nusantara

Relief kisah Lalitavistara di Candi Borobudur Terkait dengan masalah persaingan global, budaya Nusantara memiliki tradisi bahasa rupa tersendiri yang unik. Contoh visual Nusantara bisa kita jumpai pada wayang beber, relief candi, ilustrasi lontar. Banyak kesamaannya dengan lukisan prasejarah maupun gambar anak2 Bahasa rupa Nusantara ini merupakan potensi atau modal kita untuk bersaing dalam percaturan budaya global karena keunikan tersebut. Lalu, apakah keunikan tersebut?

Membaca Visual Berbagai cara membaca fenomena visual Yang terpenting dari semua ini adalah melek visual dan sadar visual.